Chapter 4

Aku tengah terduduk di tepi ranjang sembari menatapi sepasang cincin yang dibelikan oleh Darren barusan. Walaupun di hatiku timbul beberapa pertanyaan, tapi aku berusaha memikirkan jawaban yang pasti tanpa bertanya pada Darren.

Aku terperanjat kaget saat secara tiba-tiba, Darren sudah berada di sampingku.

“Kenapa? Nggak suka cincinnya?” tanya Darren parau.

“B–b–bukan. Tapi ... aku ... ini cincinnya kenapa ada dua pasang?” Aku bertanya dengan gugup.

“Karena pengantinnya ada dua pasang juga,” jawab Darren santai. Kemudian, dia berjalan keluar dari kamar meninggalkanku yang masih mematung.

“Maksudnya Darren apa 'sih? Dia ingin menikahiku tapi ....” Aku memotong ucapan Darre saat membuka kembali pintu kamar sembari menyebut namaku.

“Kau ... bersiaplah, ada tamu yang akan bertemu denganmu,” ucap Darren dan menatapku datar.

“Pakai baju yang bagus,” ucap Darren dan menutup kembali pintu, lalu berjalan menjauh.

Walaupun aku masih bingung dengan Darren, tapi aku menurut dan bergegas beranjak dan bersiap diri.

Setelah beberapa menit aku berdandan, akhirnya aku keluar dari kamar dan menuju tempat dimana kehadiranku sudah ditunggu sedari tadi.

Di sana, sudah terdapat banyak orang yang sama sekali tidak ada yang ku kenal. Pikiranku kalut, aku bingung dan aku ... tak tau harus melakukan apa.

Aku mendudukkan tubuhku di salah satu sofa yang kosong dan menoleh ke arah Darren.

“Alfa, ini Audy. Wanita yang akan kunikahkan denganmu.” Darren berucap datar memperkenalkan diriku pada orang yang bernama Alfa. Aku sontak menoleh ke arah Darren ketika ucapan Darren bak petir yang menyambar.

'Apa maksudnya?' batinku dan menundukkan kepalaku pasrah. Tak berapa lama, satu bulir air mata jatuh di punggung tanganku. Buru-buru aku menyekanya dan tersenyum sekilas walaupun tak kentara.

“Dan, Audy. Perkenalkan, ini ... Carissa, calon istriku.

Deg!

Oh, apa ini? Aku sempat berpikir bahwa dia yang akan menikahiku. Tidak, aku tidak mencintainya. Melainkan menikah dengannya itu jauh lebih baik bukan daripada aku menikah dengan Alfa, orang yang baru saja aku kenal.

“Bisakah pernikahannya kita percepat saja?” Alfa bertanya pada Darren dengan santai dan sembari mengambil teh yang sudah disedakan.

“1 Minggu lagi,” ucap Darren datar. Kulihat Alfa dan Carrisa yang tersenyum girang sembari saling berpandangan.

Lagi-lagi, satu bulir air mata jatuh dari peluluk mataku. Aku berlari meninggalkan mereka yang masih mematung. Tak tau arah tujuan, aku terus berlari hingga aku tak tau babwa aku sudah berada di tengah jalan raya.

Tiinn! Dari kejauhan aku mendengar klakson panjang tapi aku bohngung bagaimana

caranya menghindar. Tak terasa, mobil itu semakin mendekat dan ....

Bruak!

Gelap. Semua tampak gelap.

Di sebuah rumah sakit, terdapat 3 orang yang sudah terduduk dengan panik.

Mereka tengah menunggu kabar akan kondisi Audy yang baru saja mengalami kecelakaan yang sangat parah beberapa menit lalu.

Darren mengusap wajahnya gusar dengan muka yang sudah memerah menahan emosi. Sesekali dia menatap tajam pada beberapa tenaga medis yang tengah menangani Zahra.

1 jam.

2 jam.

Belum ada tanda-tanda akan keluarnya seorang dokter dari dalam ruangan. Darren semakin kalut dan mengepalkan tangannya kuat seraya dengan nafas yang naik turun akan emosi yang sebentar lagi ingin meledak.

“Cih, aku membencimu, Audy!” umpat Darren dengan kesal dan tersenyum miring.

“Aku berharap nyawamu tidak akan bisa diselamatkan!”

“Cih, menjijikkan! Wanita murahan!” Darren membuka kemeja yang telah dilumuri oleh darah segar Audy dan membuangkannya ke tong sampah yang berada tak jauh dari hadapannya.

3 jam.

4 jam.

Cklek! Suara pintu ruangan itu. Darren menoleh ke arah pintu dan mendapati seorang dokter yang berada di hadapannya.

“Bagaimana kondisi Audy, Dok?” tanya Darren sigap.

“Huft, kemungkinan dia akan selamat hanya 10% saja. Mengingat benturan di kepalanya yang sangat tidak memungkinkan untuk sembuh.” Ucapan sang dokter bagai petir yang menyambar telinga Darren. Dia menyeka kasar air mata yang sedikit demi sedikit jatuh yang membelai pipinya.

“Jika dalam 10 jam kedepan pasien belum sadar juga. Berati ....”

“Berati apa?!” tanya Darren sembari berteriak.

“Nyawanya tidak akan tertolong. Saya permisi!” Dokter berlalu dari hadapan ketiganya.

Dengan langkah gontai, Darren masuk ke dalam ruangan UGD yang terdapat keberadaan Audy di sana.

Dia menghampiri tubuh Audy yang tak berdaya. Kemudian, dia tersenyum menyeringai dan mencengkram kasar lengan putih Audy yang terasa dingin.

“Jika kau tidak membuka matamu, maka kau akan merasakan sakitnya penyiksaan!” ucap Darren horor.

“Aku tau kau sedang berpura-pura. Dasar bodoh!”

__________________

~TO BE CONTINUE~

Terpopuler

Comments

Bunda

Bunda

🤔

2020-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!