"Eh.Eh, sembaraangaan!"
Nasta melotot dikatakan pengemis. Jelas Nasta tidak terima. Semiskin-miskinnya hidup Nasta, ayah tidak pernah tuh mengajari Nasta untuk minta-minta?
Lantas siapa laki-laki ini? Kenal juga tidak. Ketemu baru dua kali. Seenaknya saja mengatakan Nasta pengemis. Dasar gak punya sopan santun.!
Matanya menatap sinis kearah Pandu. Percayalah, didalam hatinya Nasta berteriak mengutuk Pandu dengan sumpah serapahnya. Nasta benci orang-orang yang arogan seperti ini. Kaya sih kaya, tapi percuma kalo kelakuannya bar-bar kayak gini.!
"Apa lihat-lihat..! Mengganggu kesenangan saja.!
Pergi nggak"
Nasta tak gentar. Bentakan Pandu justru menambah keberanian dalam dirinya untuk semakin membuat laki-laki didepannya itu berteriak emosi.
Nasta menaikkan dagunya menantang. Melebarkan diameter matanya. Beberapa detik. Sebelum akhirnya dia sadar. Sedari tadi ada perempuan dewasa yang memperhatikannya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ah, Nasta jadi malu sendiri kan.!
"Aduh, maaf ya tante...Nasta gak berniat minta-minta kok. Cuma mau ngembaliin dompet ini. Tadi ketemu dijalan keluar gang sana." Nasta menundukkan dagunya kembali keposisi semula. Tak lupa dia melunakkan ekspresi wajahnya yang mendongak menantang.
Ingat pesan Ayah, harus sopan sama orang yang lebih tua.
"Ini tante, silahkan dicek dulu. Barangkali ada yang kurang."
"Ya Ampun.. Terimakasih yaa.. Tante sudah nyari dimana-mana tapi gak ketemu sedari tadi. Untung yang nemuin orang baik. Nama kamu siapa?"
Perempuan itu mengambil dompet dari tangan Nasta hati-hati. Kemudian dia membuka dompetnya. Mengecek isinya.
"Nasta Tante... Nama saya Nasta"
"Terimakasih ya Nasta. Tante bersyukur yang nemuin dompetnya orang jujur seperti kamu."
"Jangan ketipu Ma, muka ramah hati rubah. Sudah banyak tipe manusia kayak gitu" Ucap Pandu dengan angkuhnya. Matanya melirik menatap Nasta dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Nasta mencelos. Laki-laki ini, beneran gak punya rasa terimakasih ya? Sudah untung Nasta mau mengembalikan dompet mama nya yang jatuh. Kalaupun gak punya rasa terimakasih, setidaknya gak usah ngata-ngatain kek.
"Hus.. kamu ini Ndu. Gak boleh suudzonn sama orang. Nasta ini tamu Mama... Minta maaf gih, truss buruan masuk sana.! Jangan ribut sama tamu Mama."
Iyesss..!
Nasta berteriak kegirangan dalam hati. Akhirnya ada yang belain juga. Haha, Boleh nggak Nasta lompat-lompat merayakan kemenangannya kali ini?
Rasain kamu, dasar gorila gila.! Gorila gak punya sopan santun.! Malu dong sama muka yang ganteng itu. Kalau kelakuannya zonk. Kan jadi percuma muka gantengmu itu.! Pajangan doang
"Ayooo.. minta maaf Ndu....!"
Senyum yang Nasta tahan semakin tak mau disembunyikan. Berdemo meminta dirayakan saja kesenangannya kali ini dengan tawa yang keras. Biar. Biarkan saja laki-laki didepannya itu semakin terbakar seperti cacing kepanasan.
"Sorry.."
Pandu berucap dengan masih dingin. Tanpa mendengar jawaban dari Nasta, dia langsung mencelos masuk kedalam rumah. Haha, Nasta semakin merasa senang melihat ekspresi wajahnya yang kesal.
"Maafin Pandu ya Nasta. Anak tante memang gitu.. Jangan dimasukkan hati. Mari masuk. dan duduklah dulu didalam. Tante buatkan minum."
Oh jadi namanya Pandu. Amit-amit akan ku ingat-ingat nama Pandu. Jangan sampek punya anak atau keturunan dengan nama yang sama kayak laki-laki zonk sopan santun itu.!
"Eh gak usah Tante, Nasta langsung pulang saja.! Sudah hampir sore. Kasian Ayah pasti sudah khawatir nunggu Nasta dirumah."
Nasta menolak dengan ramah. Tidak mau lagi melihat atau bahkan berurusan dengan Gorila Gila yang arogan itu. Membuang-buang energi saja.!
"Ayolah Nasta. Kali ini saja... ya? Jangan membuat Tante merasa memiliki hutang budi."
***
Disini Nasta sekarang. Duduk sendirian di sofa ruang tamu yang bergaya american style. Sofa berwarna dasar hitam dengan perpaduan warna tambahan abu-abu ini tampak sangat berkualitas. Dan juga sangat empuk.
Ini berbeda dengan kursi kayu yang ada dirumahnya.
Apalagi dinding rumah Tante Maria dilapisi keramik berwarna putih mengkilat. Sangat kontras dengan warna semua furniture yang dominan warna hitam gelap.
Nasta mengedarkan pandangannya. Menyelusuri setiap jengkal kemewahan yang melekat sempurna didalam rumah besar bak istana ini dengan mata kepalanya sendiri. Jangan sampai ada yang terlewat satu centi-pun.
Ruang tamu yang luas dengan nuansa indah dan juga tampak sangat serasi dipadukan dengan semua isinya.
Bukan hanya sofanya yang bagus. Lihat, baru kali ini Nasta melihat televisi besar sebesar layar yang biasa digunakan untuk presentasi power poin disekolah nya dulu.
Oh Tuhan, tanggal berapa ya sekarang?
Ingin rasanya Nasta membuat biografi tentang dirinya sendiri. Tak lupa mencatat tanggal dan jam berapa saat ini sebagai sejarah pertama kalinya dia menginjakkan kaki di istana ini.
Nasta memperbaiki posisi duduknya saat Tante Maria sudah kembali membawa nampan berisi dua gelas jus jambu merah. Dengan senyum teduh, dia memberi Nasta satu gelas yang sudah dihias segitu indahnya.
"Terimakasih Tante..."
Astagaa, sudah mirip di iturestoran saja.
Memangnya aku pelanggan sampai mereka harus menghias gelas ini dengan begitu cantik? Kan jadi sayang mau meminumnya !
Nasta tersenyum simpul.
"Tidak apa-apa Nas.. Maaf ya agak lama. Tadi dijalan dipaksa berhenti sama Pandu.."
"Kenapa Tante? Anak Tante gak suka ya kalau ada Nasta disini? Gak papa kok Tante, Nasta bisa pulang dari pada nanti Tante yang ribut sama anak Tante... Nasta jadi merasa nggak enak tante..."
Kali ini Nasta sungguh-sungguh merasa bersalah kalau saja Tante baik ini harus ribut dengan gorila gila itu karena keberadaannya disini. Pokoknya jangan sampai, orang sebaik Tante Maria mendapat masalah karena dirinya.
"Enggak kok Nas, mana berani Pandu berdebat sama Tante? Dia itu sayang banget sama Tante. Apa yang Tante mau, pasti dia berusaha menurutinya."
Masih punya hati juga rupanya gorila itu.!
Dengan senyum berbinar, Tante Maria membanggakan anaknya didepan Nastka. Tapi sekecap pun Nasta tidak merasa heran. Juga tak sekalipun menyanggah. Karena Nasta tau, begitulah tabiat seorang ibu.
Dia akan tetap mengampuni dan membela anaknya, sekalipun anaknya tersebut berbuat salah yang bahkan seluruh dunia pun tidak bisa memberikan maafnya.
"Itu, minumannya diminum dulu Nas.."
"Eh iya Tante.."
Nasta meraih gelasnya. Meneguk minuman yang begitu menggoda. Ini pasti sangat nikmat. Ingin rasanya Nasta minta dibungkus kan untuk Ayah Ibu dan juga Rista dirumah. Hehe Untung saja Nasta masih punya urat malu.
Tegukan pertama mau lagi. Tegukan kedua sekali lagi lah.
Tegukan ketiga, Tegukan ke empat janji yang terakhir Tegukan ke empat. Sumpah, ini enak banget Tegukan kelima. Gak bisa berhenti Tegukan ke enam. Nasta plis jangan malu-malu in
"Haus banget ya Nas.."
Tante Maria melihat Nasta dengan senyum geli. Nasta jadi canggung kan? Buru-buru Nasta menaruh kembali gelasnya dimeja. Dan, Ya Tuhan, beneran tinggal sepertiga lagi yang tersisa.
Astaga Nasta, kenapa bikin malu sih!!
"Duh, maaf ya Tante.. saking enaknya Nasta jadi keterusan....hihi
Nasta malu-maluin ya?"
Nasta menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tersenyum hambar. Bagaimana bisa dia kelepasan begitu sih? Ayah Ibu, maafkan Nasta kali ini ya? Nasta malu-maluin kalian deh kayaknya. Nasta khilaf. Itu minumannya terlalu enak.
"Gak papa Nas.. Santai aja, nanti Tante bungkusin.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Amelia Syharlla
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-01-09
0
NandhiniAnak Babeh
owalah neng neng neng 🤭🤭🤭🤭
2022-11-13
1