Hari Pertama

Hari mulai sore. Matahari sudah beranjak pulang untuk tenggelam. Dengan langkah kesal Nasta berjalan dipinggir trotoar membawa map coklat ditangan kanannya.

Dia menarik nafas nya pelan mengusir rasa sesak di dadanya. Ini hari pertama dia mencari pekerjaan. Dan sudah hampir seharian penuh dia berjalan mengintari tempat pembelanjaan, tapi belum ada satupun tempat yang membutuhkan karyawan yang cocok dengan ijasahnya.

Belum lagi, hinaan dan cacian dari mulut pekerjanya yang menusuk hati benar-benar membuat energinya habis terkuras sia-sia hanya untuk menambah stok kesabarannya.

Mbak, kalau mau nglamar pekerjaan pakaiannya yang berkelas dikit dong

Eh dek, kamu memang gak punya make up ya? Kalau kerja disini tuh harus dandan

Cantik-cantik kok kumel. Memangnya kamu mau jadi apa disini?

Nasta mengamati pakaiannya sendiri. Rok span berwarna hitam dengan kemeja warna putih polos. Sudah umum untuk orang yang ingin melamar pekerjaan bukaan Lantas Nasta harus berpakaian bagaimana lagi supaya diterima bekerja ditempat elit itu.? Ya walaupun hanya sebagai penjaga stand. Tapi setidaknya Nasta ada pemasukan yang bisa sedikir meringankan beban ekonomi ayah ibunya.

Waktu sudah berjalan seminggu setelah pengumuman kelulusan tempo hari. Dan lagi-lagi, Nasta berhasil membuat Ayah dan Ibu nya bangga karena dia sanggup berada di tiga besar siswa dengan nilai kelulusan terbaik. Bayangkan saja, tahun ini hampir tiga ratus siswa yang seangkatan dengan Nasta. Dia mampu mengalahkan setidaknya dua ratus sembilan puluh lebih siswa lainnya dalam memperebutkan urutan terbaik.

Sejenak Nasta tersenyum. Hanya itu satu-satunya kelebihan Nasta yang dia sadari.

Langkahnya tiba-tiba terhenti saat sekilas matanya menangkap sesuatu tergeletak dijalan. Dia berjalan mundur beberapa jangkah,

Hah, Dompet?

Nasta memungut sebuah dompet yang sepertinya tanpa sengaja jatuh. Dia melinguk kekanan dan kekiri. Barangkali ada seseorang yang sedang kebingungan disana.

Atau mungkin, ada seseorang yang sedang menangis dibawah pohon? Bisa jadi kan dia menangis karena putus asa tak kunjung menemukan dompetnya?

Tapi zonk, Tak ada satu orang pun yang nampak batang hidungnya sedang berjalan di trotoar itu selain dirinya sendiri. Yang ada hanya kendaraan berlalu lalang dijalan raya. Nasta bisa pastikan, pemiliknya bukan salah satu dari pengemudi kendaraan yang sekedar lewat itu.

Namanya juga jalan raya, wajar kalau banyak kendaraan.!

Dengan sisa keberanian yang mungkin tak banyak lagi. Nasta membuka dompet itu hati-hati. Matanya terbelalak mendapati lembaran rupiah berwarna merah yang tidak sedikit.

Waahh... uangnya banyakk banget.!

Sejenak dia berfikir. Andai saja dia yang memiliki uang itu, pastilah dia bisa makan enak sampai kenyang. Atau setidaknya, uang gedung sekolah Rista tidak akan nunggak lagi sampai beberapa bulan kedepan. Atau mungkin, uang listrik ayah dan ibu akan langsung lunas sampai tahun depan.

Oh astagaa.. pikiran konyol dari mana itu. Nasta tersenyum masam.

Pelan-pelan dia mencari kartu tanda pengenal didalamnya. Barangkali dia searah, Nasta bisa mampir kerumah pemilik dompet itu untuk mengembalikannya.

Nasta bernafas lega, benar dugaannya.

Alamat pemiliknya tak jauh dari lokasinya berdiri saat ini. Tapi Nasta ragu. Dari yang Nasta ketahui, alamat ini hanya dihuni oleh orang orang kaya yang hartanya tak habis tujuh turunan.

Bagaimana kalau orang kaya itu tidak percaya kalau dirinya menemukan dompet dijalanan? Bahkah lebih parah lagi, bagaimana kalau dia dianggap pencuri atau pencopet?

"Bodo amat.. Niat baik pasti hasilnya baikk Nas..."

Gumamnya pelan sambil mengusap peluhnya.

***

Nasta menarik nafasnya dalam-dalam kemudian sekali lagi dia menghembuskannya pelan.

"Baiklah... aku akan mengantarkan kamu pada majikanmu"

Serunya sambil mengusap-usap dompet ditangannya.

Dia mulai berjalan menuju alamat si empunya dompet. Untuk mengusir rasa bosannya, Nasta mengeluarkan ponsel, memasang earphone ditelinganya. Mendengarkan musik untuk menemani langkahnya yang mungkin masih jauh lagi. Karena sebelum kembali kerumah. Nasta harus mengembalikan dompet itu terlebih dahulu. Sesekali bibir nya ikut menyanyikan lagu yang dia dengar.

Bintang Empat Belas Hari

Empat belas hari ku mencari dirimu, Untuk menanyakan dimanakah dirimu, Empat belas hari ku datangi rumahmu, Agar engkau tahu tertatihku menunggumu

Aku kangen sama kamu, Apa kamu udah gak sayang aku

Maafkanlah aku lari dari kenyataan, Bukan karena aku tak punyai rasa sayang, Maafkanlah aku mencoba tuk berlari, Karena satu hati engkau pasti kan mengerti

Kamu pacar terbaikku, Walau hanya sekejab di hatiku

Nasta tersenyum getir. Lirik lagu itu entah mengapa begitu masuk dihati nya. Dia merasa heran. Kenapa didunia ini ada lagu yang liriknya sebucin itu? dan anehnya lagi, justru Nasta menyukainya..!

Oh astagaaa... padahal jatuh cinta saja Nasta belum pernah..! Dia terkikik geli.

Tak terasa, dia sudah sampai didepan sebuah pagar yang tampak berdiri kokoh dipadukan dengan gerbang besi berwarna hitam mengkilat. Tidak terlalu besar. Tidak begitu tinggi. Tapi siapapun orangnya, Nasta bisa memastikan pemilik rumah dengan gerbang model seperti ini mempunyai gaya hidup yang tinggi.

"Permissii... Emm halooooo ada orang didalam?"

Nasta mengintip dari celah-celah kecil dipagar itu. Ada seorang laki-laki yang sedang berlari menghampirinya. Nasta menebak. Itu pasti security rumah ini. Atau jangan-jangan itu malah pemilik rumah ini?

"Ada apa ya Mbak?"

Laki-laki itu membuka gerbangnya sedikit. Dari suaranya, dia sepertinya seorang yang baik. Menyambut Nasta dengan senyuman. Bukan sengitan.

"Ehh.. ini pak, Apa bener ini rumahnya ibu Maria?"

"Iya bener Mbak.. Ada perlu apa ya Mbak sama ibu Maria?"

"Tadi tuh saya nemuin dompet ini dijalan. Sepertinya ini punya nya ibu Maria deh pak.. Coba bapak lihat dulu."

Nasta menyerahkan dompet itu pada laki-laki yang ternyata adalah seorang security. Sambil menerima, security itu menatap Nasta dari kaki sampai ujung kepala.

Mungkin dia curiga kali yaa kalau aku ini pencopet..!

"Bodo amat lah..." gumamnya pelan.

"Kalau dari tanda pengenalnya sih bener dompet ini punya Nyonya.. Atau kamu masuk dulu saja deh Mbak, siapa tau bisa ketemu langsung sama Nyonya..."

"Boleh deh pak...."

"Marii ......."

Nasta mengekori langkah kaki yang berjalan didepannya. Sambil berdoa dalam hati. Semoga Nyonya yang dimaksud orangnya baik.

"Mbak, duduk dulu disini yaa, saya lihat dulu Nyonya lagi sibuk apa tidak..."

Nasta diam mematung didepan tangga. Matanya mengedarkan pandangan keseluruh pemandangan yang tercipta didepannya.

"Mbak,.."

"Ini rumah pak?"

Sumpah demi Tuhan, Nasta tidak berani melangkahkan kaki menyentuh keramik yang terlihat sangat bersih mengkilat itu. Nasta merasa sepatu pantofel yang dia kenakan terlalu lusuh.

"Eh maaf pak.. Astagaaaa

Maaf Nasta keceplosan. Habis rumahnya terlalu bagus. Mirip istana."

Nasta tersenyum malu.

"Iyaa mbak.. santaii sajaaa"

Seumur-umur Nasta tidak pernah bermimpi akan menginjakkan kaki dirumah semewah ini. Semoga saja, pemiliknya berhati baik dan menyambutnya dengan baik pula. Dia kan kesini dengan niat baik? Gak salah dong dia berharap sambutan yang baik juga....

Terpopuler

Comments

Amelia Syharlla

Amelia Syharlla

semoga saja

2023-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Hari Pertama
3 Kandang Gorila Gila
4 Mengembalikan Dompet
5 Tsukasa Domyoji
6 Jika Tuhan Mengizinkan
7 Kertas Merah Berpita
8 Seperti Apa Cinta?
9 Akhir Bulan
10 Demi Sang Ibu
11 Sayang Ibu
12 Satu Sama
13 Berkelana
14 Malu tapi Mau
15 Ikatan Batin Seorang Ibu
16 Bukan Pernikahan Impian
17 Perbedaan Sudut Pandang
18 Berwarna Dalam Keramaian
19 Dengan Sengaja
20 Untung Cuma Mimpi
21 Perdamaian
22 Sesuai Umur Mereka
23 Pipi Merah Merona
24 Duka Luka Dan Lara
25 Lelaki Penuh Misteri
26 Whisky And Words
27 Kelepasan Emosi
28 Vampire Ompong
29 Bagai Langit Dan Bumi
30 Awas Nanti Jatuh Cinta
31 Memberimu Pelajaran
32 Beradu Pandang
33 Calon Koki
34 Candu
35 Takut Ketahuan
36 Memasak
37 Kepala Suku
38 Menjadi Sebuah Keharusan
39 Bukan Cenayang
40 Harga Membawa Rupa
41 Menjaga Batasan
42 Dunia Tipu-Tipu
43 Tidak Terima
44 Salah Paham
45 Salah Paham (2)
46 Merobohkan Pembatas
47 Susu Jahe Hangat
48 Peringatan Papa Mertua
49 Mendung Kelabu
50 Lima Menit
51 Makan Malam
52 Makan Malam (2)
53 Makan Malam (3)
54 Makan Malam (4)
55 Pengaruh Alkohol
56 Bisakah Kita Bertahan?
57 Belajarlah Mencintaiku
58 Cium Kening
59 Tugas Belanja
60 Keluarga Jauh
61 Berubah Hangat
62 Benang Merah
63 Kabar Ibu
64 Cemburu
65 Kenangan Masa Lalu
66 Menikmati Akhir Pekan
67 Membersihkan Rumah
68 Drama Mau Mandi
69 Menginap
70 Di Grebek (1)
71 Di Grebek (2)
72 Di Grebek (3)
73 Di Singapura
74 Ungkapan Cinta
75 Hadiah Menyapu
76 Para Penghina
77 Hang Out Bersama Dina
78 Di Food Court
79 Perasaan Terusik
80 Musuh Bebuyutan
81 Gara-Gara Mengerikan
82 Perkara Kartu
83 Pagi Hari di Kantor
84 Usaha Sheizas
85 Sekretaris Abrahan
86 Ungkapan Raditya
87 Aku Marah
88 Pamer Stempel Kepemilikan
89 KeKhawatiran Raditya
90 Mencharge Diri
91 Wanita Pemuas Nafsu
92 Tentang Bibi Mina (1)
93 Tentang Bibi Mina (2)
94 Trauma Ibu
95 Kejahilan Pagi Hari
96 Peraturan Dadakan
97 Sekretaris Malang
98 Penasaran
99 Kabar Terindah
100 Lamunan
101 Wanitaku
102 Dasar Banci
103 Imbalan
104 Hak Milik
105 Martabak Spesial
106 Kesempatan Emas
107 Wajah Asli
108 Hidangan Paling Nikmat
109 Pandai Merayu
110 Kisah Dramatis
111 NAL's Hotel
112 Bersikaplah Profesional
113 Pengunduran Diri
114 Cinta, atau Terbiasa
115 Cemas
116 Tamu Spesial
117 Amnesia Disosiatif
118 Pemeriksaan
119 Pertemuan Direncanakan
120 Penyesalan Tinggallah Penyesalan
121 Keputusan Seorang Ibu
122 Jangan Kau Lepas
123 Terpancing
124 Terbongkar
125 Keputusan Terbaik
126 Jangan Tinggalkan Aku
127 Aktifitas Normal
128 Obat Dewa
129 Gigi Susu
130 Pelan Tapi Pasti
131 Patah Hati Nasional
132 Rencana Berhasil
133 Antara Ibu dan Suami
134 Fakta Tersembunyi
Episodes

Updated 134 Episodes

1
PROLOG
2
Hari Pertama
3
Kandang Gorila Gila
4
Mengembalikan Dompet
5
Tsukasa Domyoji
6
Jika Tuhan Mengizinkan
7
Kertas Merah Berpita
8
Seperti Apa Cinta?
9
Akhir Bulan
10
Demi Sang Ibu
11
Sayang Ibu
12
Satu Sama
13
Berkelana
14
Malu tapi Mau
15
Ikatan Batin Seorang Ibu
16
Bukan Pernikahan Impian
17
Perbedaan Sudut Pandang
18
Berwarna Dalam Keramaian
19
Dengan Sengaja
20
Untung Cuma Mimpi
21
Perdamaian
22
Sesuai Umur Mereka
23
Pipi Merah Merona
24
Duka Luka Dan Lara
25
Lelaki Penuh Misteri
26
Whisky And Words
27
Kelepasan Emosi
28
Vampire Ompong
29
Bagai Langit Dan Bumi
30
Awas Nanti Jatuh Cinta
31
Memberimu Pelajaran
32
Beradu Pandang
33
Calon Koki
34
Candu
35
Takut Ketahuan
36
Memasak
37
Kepala Suku
38
Menjadi Sebuah Keharusan
39
Bukan Cenayang
40
Harga Membawa Rupa
41
Menjaga Batasan
42
Dunia Tipu-Tipu
43
Tidak Terima
44
Salah Paham
45
Salah Paham (2)
46
Merobohkan Pembatas
47
Susu Jahe Hangat
48
Peringatan Papa Mertua
49
Mendung Kelabu
50
Lima Menit
51
Makan Malam
52
Makan Malam (2)
53
Makan Malam (3)
54
Makan Malam (4)
55
Pengaruh Alkohol
56
Bisakah Kita Bertahan?
57
Belajarlah Mencintaiku
58
Cium Kening
59
Tugas Belanja
60
Keluarga Jauh
61
Berubah Hangat
62
Benang Merah
63
Kabar Ibu
64
Cemburu
65
Kenangan Masa Lalu
66
Menikmati Akhir Pekan
67
Membersihkan Rumah
68
Drama Mau Mandi
69
Menginap
70
Di Grebek (1)
71
Di Grebek (2)
72
Di Grebek (3)
73
Di Singapura
74
Ungkapan Cinta
75
Hadiah Menyapu
76
Para Penghina
77
Hang Out Bersama Dina
78
Di Food Court
79
Perasaan Terusik
80
Musuh Bebuyutan
81
Gara-Gara Mengerikan
82
Perkara Kartu
83
Pagi Hari di Kantor
84
Usaha Sheizas
85
Sekretaris Abrahan
86
Ungkapan Raditya
87
Aku Marah
88
Pamer Stempel Kepemilikan
89
KeKhawatiran Raditya
90
Mencharge Diri
91
Wanita Pemuas Nafsu
92
Tentang Bibi Mina (1)
93
Tentang Bibi Mina (2)
94
Trauma Ibu
95
Kejahilan Pagi Hari
96
Peraturan Dadakan
97
Sekretaris Malang
98
Penasaran
99
Kabar Terindah
100
Lamunan
101
Wanitaku
102
Dasar Banci
103
Imbalan
104
Hak Milik
105
Martabak Spesial
106
Kesempatan Emas
107
Wajah Asli
108
Hidangan Paling Nikmat
109
Pandai Merayu
110
Kisah Dramatis
111
NAL's Hotel
112
Bersikaplah Profesional
113
Pengunduran Diri
114
Cinta, atau Terbiasa
115
Cemas
116
Tamu Spesial
117
Amnesia Disosiatif
118
Pemeriksaan
119
Pertemuan Direncanakan
120
Penyesalan Tinggallah Penyesalan
121
Keputusan Seorang Ibu
122
Jangan Kau Lepas
123
Terpancing
124
Terbongkar
125
Keputusan Terbaik
126
Jangan Tinggalkan Aku
127
Aktifitas Normal
128
Obat Dewa
129
Gigi Susu
130
Pelan Tapi Pasti
131
Patah Hati Nasional
132
Rencana Berhasil
133
Antara Ibu dan Suami
134
Fakta Tersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!