“Brakk!!"
Sungguh menakutkan. Itu yang ada di pikirannya sat ini.
Arsi menundukkan kepalanya tidak berani menatapnya. Dengan tidak sopan dia mendudukkan pantatnya di mejanya sambil menatapnya dengan tajam. Sedangkan teman temannya memandangnya sinis dan terkekeh melihatnya ketakutan.
Dia yang menggebrak mejanya adalah Almira Rivana seorang ratu bullying, tapi dia tidak asal dalam membully. Jika mereka memiliki kesalahan yang bisa di toleransi mungkin hanya akan mendapatkan kata kata pedas dari Mira.
Menurutnya, Mira dan antek anteknya yang bernama Devi dan Lusi itu masih masuk dalam kategori baik. Perbuatan mereka ada benarnya juga, tapi seharusnya tidak sampai membully. Mungkin hanya butuh kata kata pedas darinya yang membuat pencari masalah langsung K.O. Mereka juga tidak membully orang yang tidak mencari masalah dengan mereka dan hanya membully orang membuat masalah dengan mereka.
"Lo ada masalah sama gue?" tanya Mira.
Ia yang mendengarnya langsung menunduk tidak berani menatap ke arahnya. Batin ku terus menjerit apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Arsi menjawabnya dengan menggeleng pelan.
"Lo ikut gue."
Perintah Mira padanya yang membuat banyak pasang mata menatap ke arahnya. Arsi juga hanya bisa pasrah saat saat Devi dan Lusi menyeret lengannya membawanya ke taman belakang sekolah? pikiran ku langsung kalut bahkan tubuhnya sendiri sudah bergetar sekarang.
Mira menyentuh dagunya dan mengarahkan kepalanya menghadapnya hingga mata kami bertubrukan. "Lo ada hubungan apa sama Pak Alfin," tanyanya membuatnya menundukkan kembali kepala ku. Matanya sungguh menakutkan.
"Lo tenang saja gue enggak bakalan ember, so lo siapanya Pak Alfin?" tanyanya sekali lagi, kali ini dia berbicara dengan lembut. Kenapa Mira seperti Mbak Saras.
Sekali lagi dia mengangkat dagunya hingga dirinya menatap wajahnya dari dekat. Bukannya menjawab Arsi malah memperhatikan wajahnya yang entah mengapa semakin ia perhatikan maka semakin ia melihat Mbak Saras dari dirinya.
"Cepat jawab." Bentakan dari Devi membuat dirinya takut kembali. Dia melihat Devi dan dan Lusi pergi entah kemana.
Arsi meremas roknya sebelum menjawab dengan takut takut. "Ak, aku temannya Bang Alfin tapi Bang Alfin menganggap aku adiknya.”
"Nah kan bener, yey..." Mira berteriak kegirangan sambil melompat lompat kecil.
Ia di buat bingung olehnya saat ini, ada apa dengan Mira, kenapa tiba tiba dia sesenang itu. Seketika dirinya ingat Alfin jangan jangan Mira menyukai Alfin ini tidak boleh di biarkan. Buru buru aku berkata "Tapi kamu jangan suka ya sama Bang Alfin," kata ku pelan sambil melihat kearahnya dengan takut.
Mira menghentikan kegiatan melompatnya dan menatapnya tajam membuat nya menunduk kembali. Dengan setengah berbisik dia berkata "Kenapa?" tanyanya pada ku dengan wajah sedih.
Sebenarnya Arsi tidak tega melihatnya bersedih tapi bagaimanapun Saras dan Alfin tidak boleh berpisah. Dengan mantap ia menjawab "Bang Alfin sudah menikah sama Mbak Saras."
Dia menangis sesenggukan mendengar perkataan dari dirinya. Ia yang melihatnya jadi tidak tega, mana Devi sama Lusi sudah pergi lagi. Dia langkahkan kaki ku dengan hati hati menuju tempatnya menangis dan mengusap bahunya pelan, entah ini benar atau salah ia hanya mengikuti kemauan hatinya.
Dengan masih terus menangis dia dia berkata "Apa gue boleh rebut Pak Alfin dari mbak Saras,” tanyanya lirih yang membuat usapan tangan ku di bahunya berhenti.
Seketika dia langsung berteriak dengan kencang “Enggak."
Entah dari mana aku mendapatkan keberanian seperti ini sampai dirinya bisa berteriak di depan Mira. "Ma, maksud ku kamu tidak boleh merebut kebahagiaan orang lain sedikit pun itu bukan hak kamu, kamu perempuan sama seperti Mbak Saras, jadi bagaimana nanti perasaan mbak Saras kalau kamu rebut Bang Alfin darinya." Ucap Arsi lembut mencoba memberi pengertian padanya.
Dia menoleh dan menatap Arsi dengan tajam "Kenapa enggak boleh rebut Pak Alfin,” tanyanya tajam.
Hanya satu yang ada di pikirannya saat ini, saat Mira melontarkan pertanyaan itu dari bibir Mira.
"Aku nggak mau Mbak Saras terluka walau hanya seujung kuku," ucapnya lantang melawannya.
Dirinya sudah tidak peduli lagi dengannya yang seorang ratu bullying yang pasti ia tidak akan pernah rela jika ada yang menyakiti mbak Saras. perlahan air mata Arsi menetes dengan deras.
Dia mendongak lagi "Kena..." ucapannya terpotong oleh deheman seseorang.
Arsi menengok ke arah seseorang yang berdehem dengan keras dan ternyata Alfin yang sedang menatap ke arahnya dengan heran melihat air matanya yang berderai. Ia langsung berlari dan menubruk badan Alfin dan menangis keras di pelukannya.
"Bang jangan pernah tinggalin Mbak Saras," pintanya padanya.
Merasa ada yang tidak beres karena merasa Alfin menatap Mira dengan lama dan berkata "Maaf." seketika tangisnya pecah lebih keras dan mendorong Alfin.
"Kenapa?" tanya Arsi serak tanpa menatap matanya dan menghapus air mata yang masih menbanjiri pipinya. Dia mencoba untuk memeluknya kembali, tapi langsung ia tepis tangannya dengan cepat.
Alfin menatap Arsi dalam sebelum tersenyum penuh penyesalan "Maaf Abang sudah merencanakan ini sejak awal, Abang enggak bisa bertahan sama Saras," ucapnya lirih di hadapannya.
"Kenapa?" tanya Arsi lagi.
Dia menatap Arsi dengan rasa bersalah "Maaf, Abang sudah mencintai orang lain." Ucapnya dan tersenyum dengan getir.
Air matanya tidak lagi menetes dan menatap Alfin dengan datar. Sungguh dirinya kecewa dengan bang Alfin "Siapa? apa dia?" tanyanya sambil menunjuk Mira yang sedang tersenyum senang saat melihat Alfin menganggukkan kepalanya.
"Apa kurangnya Mbak Saras Bang?. Bukankah Mbak Saras baik, cantik bahkan Mira kalah dari Mbak Saras," ucap Arsi jujur. "Bahkan Mbak Saras selalu menuruti apa yang Bang Alfin mau. Apa segitu enggak cukup!!" teriaknya di depannya.
Sedangkan Alfin kini menunduk "Maaf, tapi aku benar benar sudah tidak mencintai Saras tapi Mira," ujarnya sambil menatap Mira yang sedang tersenyum di depan bangku taman.
Arsi tertunduk miris mendengarnya lalu langsung mendonggak menatap kembali bang Alfin dengan tajam. Tangan kanan ku segera berlabuh di pipinya "Lo tega tau nggak, ternyata sama saja lo sama laki laki lain. Tau gini gue enggak bakal bantuin lo dulu, bego!" umpat ku. Sungguh ini baru pertama kalinya aku mengumpat selama aku hidup.
Merasakan bahwa dia tersentak mendengar ucapan Arsi yang menggunakan LO, GUE. Padahal selama ini ia tidak pernah menggunakan kata itu dalam keseharian. Kata kasar bahkan tadi sampai mengumpat. Arsi masih mendongak menatapnya lalu mendorong bahunya beberapa kali sampai dia ikut terdorong ke belakang.
"Apa lo nggak bisa jawab!!" teriak Arsi padanya.
Ku lihat dia ingin bicara pada ku "Abang bisa..." ucapannya terpotong oleh Arsi. Entah kenapa ia muak melihat Alfin saat ini.
"Bisa apa, bisa jelasin, noh jelasin sama patung," ucap Arsi padanya, dia memegang tangan nya dan kali ini dirinya biarkan dia sesukanya.
"Maaf, Abang cuma bercanda." ucapnya tiba tiba membuatnya terkekeh sinis ke arahnya.
"Bercanda lo bilang, ha ha ha lucu baget," sarkas Arsi dan menyentak tangan bang Alfin yang tadi memegang tangannya. "gue cuma mau tanya sama lo. Apa sih kurangnya Mbak Saras sampai lo lebih milih cewek nggak jelas dan murahan ini dari pada dia."
Setelah mengucapkan kata itu. Dia merasakan pipi nya menjadi panas. ya aku di tampar oleh Bang Alfin sampai berguling beberapa kali di tanah. merasakan ada darah segar yang ada di bibir dan dahi nya. Ia yakin saat dia berguling dahinya mengenai sesuatu yang sangat keras. bahkan kini matanya memburam.
Ia paksakan tubuhnya untuk berdiri dari tanah dan tersenyum sinis ke arahnya yang sepertinya merasa bersalah terlihat dari matanya yang berkaca kaca bahkan tubuhnya sampai bergetar. Dia ingin memeluk ku tapi segera ku tepis tangannya kuat kuat. "Cih, bahkan lo bisa sampai kayak gini sama gue," ucap Arsi datar.
"Lo urus saja tuh selingkuhan lo, nggak perduli lagi gue sama lo. Mbak Saras nggak butuh cowok kayak lo, lo tunggu saja sebentar lagi gue bakal bilang sama pengacara gue buat urus surat cerai Mbak Saras. Oh ya, satu lagi gue nggak sudi punya Abang kelakuannya kayak lo." Jelas Arsi padanya.
Ia segera meninggalkannya di taman belakang sekolah bersama selingkuhan barunya itu. Berjalan dengan cepat keluar gerbang sekolah dan menyebrang tanpa melihat kiri kanan, tanpa dia sadari ada sebuah truk yang melaju kencang ke arahnya hingga dirinya terpental sangat jauh, bau anyir masuk dalam Indra penciumannya.
Sebelum Arsi benar benar benar menutup matanya. Ia mendengar suara Alfin yang meneriakkan namanya dan semuanya langsung gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
zsarul_
hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt yaa xixixi
yuk baca lagi cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
ada part baru lohh 😍
mari saling support ya thorr ❤️
thanks
2021-01-10
1
Aziya
like 🖤🖤
2020-12-28
1
pinnacullata pinna
aku mampir thor, dan memberikan like,
dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏😁
2020-12-28
0