Kecelakaan dan penyesalan

"Arsi pergi." ucap Mira dengan panik, mau bagaimanapun juga ini juga salahnya karena sudah keterlaluan saat bercanda. Dia merasa sangat bersalah apalagi tadi dia melihat Arsi yang sangat kecewa dengan Pak Alfin.

"Apa, dia pergi ke mana?" tanya Alfin dengan rasa bersalahnya bahkan matanya sudah memerah.

Mira menghembuskan nafasnya dan berkata "Kayaknya dia keluar dari sekolah deh," jawabnya lirih.

Tanpa menjawab ucapan Mira, Alfin segera berlari ke luar sekolah tanpa memperdulikan murid muridnya yang menatapnya dengan bingung, yang dia harapkan hanya Arsi. Berharap bahwa Arsi keluar belum jauh dari sekolah.

Alfin melihat Arsi berada di tengah jalan dan sebuah truk melaju ke arah Arsi dengan cepat menyambar tubuh kecil Arsi hingga terpental jauh. Alfin berteriak memanggil Arsi yang sudah terkapar di atas aspal dengan darah yang terus keluar.

"Hey Ar, bangun jangan tutup mata kamu," pinta Alfin sambil menahan tangisnya yang sebenar lagi akan pecah.

Alfin menggendong Arsi dan menghentikan taksi untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Sampai di rumah sakit di langsung berlari ke dalam rumah sakit sambil menggendong Arsi ke dalam rumah sakit setelah dia membayar tagihan taksi yang di tumpanginya.

“Suster, suster tolong!!!" teriaknya “ kalian pada becus kerja tidak sih lama banget, kalau sampai adik saya kenapa napa kalian semua yang tanggung jawab," marah Alfin. Dia benar benar khawatir sekarang.

Alfin meletakkan Arsi di brangkar dengan perlahan yang sudah di sediakan suster dan ikut mendorong brangkar sampai depan kamar karena memang tidak di perbolehkan masuk. Alfin menjambak rambutnya kasar. Dia butuh Saras sekarang. Alfin merogoh saku celananya dan mengambil ponsel pintarnya, dengan tangan bergetar dia mencari nomor Saras.

Terdengar suara Saras dari sebrang sana "Hallo, ada apa Al?" tanya Saras.

"Ras ke rumah sakit Medika sekarang Arsi kecelakaan." Setelah mengucapkan hal itu Alfin langsung memutuskan sambungan ponselnya. Alfin merasa dirinya benar benar bodoh arsi kecelakaan karena dirinya.

Dia terus menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia mengikuti peran Mira tadi, jika tidak pasti kejadiannya tidak akan seperti ini. Alfin meninju tembok rumah sakit berkali kali hingga tangannya berdarah untuk meredamkan amarah yang terus mencuat. Ya dia marah pada dirinya sendiri, dulu dia pernah berjanji untuk melindungi arsi tapi nyatanya? Malah dia yang membuat Arsi terluka.

Flasback on

Pagi pagi sekali Alfin sudah berada di sekolah bahkan belum ada satu murid pun yang datang ya wajar saja kalau belum ada yang datang ini baru jam setengah enam. Langkahnya terhenti saat mendengar suara tangisan seorang perempuan yang membuat bulu kuduknya berdiri. Alfin bertanya tanya dalam hati siapa gerangan yang menangis pagi pagi buta seperti ini.

Alfin melangkahkan kakinya dengan perlahan mengikuti di mana adanya suara itu. langkahnya terhenti saat melihat seseorang dengan seragam putih abu-abu duduk di kursi taman sambil menangis. Dengan hati hati Alfin duduk di samping perempuan itu dan mendaratkan tangannya ke pundak perempuan tersebut hingga membuat yang punya pundak terkejut dan menghapus air matanya dengan cepat.

“Kamu kenapa?" tanya Alfin. lembut membuat sang wanita berdiri dan menoleh ke arahnya yang ternyata adalah Arsi "Arsi kamu kenapa?" tanya Alfin lagi. Arsi yang melihat Alfin malah kelabakan sendiri dengan cepat Arsi menggelengkan kepalanya pertanda kalau dia tidak papa.

Arsi berdiri ingin beranjak pergi dari taman, dia tidak nyaman harus berdua dengan guru yang di idam idamkan di sekolah ini. "Maaf Pak, saya permisi," Ucap arsi sopan sebelum melangkahkan kakinya. Tapi, baru dua langkah dia merasakan seseorang menarik tangannya dengan kencang karena tidak siap dengan tarikan itu membuatnya terduduk kembali.

Ia menjadi panik mencoba melepaskan tangannya dari Alfin tapi kekuatannya tidak sebanding saat Arsi mencoba memberontak lebih keras maka cekalan di tangannya juga semakin keras.

"Pak lepas!" ucap Arsi panik.

Alfin hanya diam mendengar permintaan Arsi. bukannya melepaskan tapi dia malah mempererat genggamannya dan berkata "Cerita sama saya."

Arsi menggeleng sambil terus menarik tangannya yang berada di tangan Alfin yang semakin erat tapi pada akhirnya dia mengangguk.

Menceritakan apa yang di alaminya tadi pagi bahkan menceritakan orang tuanya yang memperlakukan dia dan adiknya berbeda bahkan dari dia kecil. dia menceritakan itu karena tiba tiba saja di merasa nyaman pada Alfin. Dia merasa bercerita pada kakaknya sendiri sudah jelas jelas dia tidak mempunyai seorang kakak.

Alfin yang mendengar itu menjadi geram sendiri, bagaimana mungkin ada orang tua seperti itu. Alfin dapat merasakan apa yang di rasakan Arsi.

Alfin tidak tahu apa yang harus dia lakukan pada gadis di depannya ini, akhirnya dia memilih untuk memeluk arsi untuk angin dari mana Alfin berkata "Kamu masih punya orang yang sayang sama kamu, kamu bisa menganggap saya sebagai kakak kamu."

Arsi yang mendengar itu sontak melepaskan pelukannya dan menatap Alfin dalam "Emang boleh," cicitnya. Alfin yang mendengar itu tersenyum, hah Alfin yang datar bisa tersenyum hanya karena itu. Alfin mengganggukkan kepalanya.

"Bener Pak? " tanya Arsi ceria.

Alfin yang mendengar itu langsung terkekeh pelan dan mengacak poni Arsi.

"Panggilnya Abang dong kan Abang kakak kamu," jawab Alfin gemas.

Alfin kembali memeluk Arsi dan membisikkan sesuatu padanya "Tenang ada Abang yang selalu sayang kamu dan akan selalu menjagamu."

Arsi yang mendengar itu senang, tentu saja semua orang menjauhinya dan menyiksanya sekarang sudah ada bang Alfin yang akan melindunginya.

Flasback off

Mengingat itu semua membuat Alfin semakin merasa bersalah. Alfin duduk dengan bersender tembok karena lututnya yang semakin bergetar akhirnya pertahanannya runtuh, cairan bening kini sudah tumpah dari pelupuk matanya dengan deras.

Sedangkan di tempat lain Saras yang mendengar kabar dari Alfin langsung panik. Dengan cepat pergi menuju rumah sakit yang tadi di beritahukan oleh Alfin dan tentunya dia tidak membawa mobil sendiri karena panik, kini dia di antar oleh sopir pribadinya, hingga 10 menit berlalu Saras sampai di rumah sakit dan langsung bertanya letak kamar Arsi.

Sampai di lorong kamar rawat Arsi dia bisa melihat betapa rapuhnya Alfin sekarang, dia bahkan belum pernah melihat Alfin serapuh ini. Saras segera menghampiri Alfin dan memeluknya erat mencoba untuk menenangkan Alfin.

"Ras, Arsi Ras dia kecelakaan karena aku," ucap Alfin di pelukan Saras sambil menahan isak tangisnya, biarlah orang menganggapnya cengeng saat ini dia tidak perduli.

Saras yang mendengarnya hanya diam sambil mengelus pundak suaminya yang berada di pelukannya. dia dapat memahami keadaan suaminya, walaupun bukan adik kandungnya tapi Alfin sangat menyayangi Arsi seperti adik kandungnya sendiri. Perlakuan Alfin tentu saja membuat hatinya sangat tersentuh.

“Hey Al, dengar aku, itu semua bukan salah kamu tapi ini memang takdir yang di berikan tuhan." Saras menenangkan.

"Enggak Ras, jika saja aku tidak berbohong padanya ini tidak akan terjadi." Ucap Alfin. sedangkan Sarah tidak tahu lagi harus berbicara apa.

"Aku takut kehilangan adik ku yang ke dua kalinya Ras."

Perkataan itu membuat Saras tersadar Alfin sangat trauma saat adiknya menghilang karena di culik dan sampai saat ini tidak tahu keberadaannya, apakah masih hidup atau tidak.

"Aku yakin Arsi anak yang kuat dia pasti bisa melawan rasa sakit ini," ujar Saras menenangkan. Tiba pada saat Saras mengatakan itu pintu ruangan Arsi terbuka menampilkan seorang dokter yang terlihat panik. melihat itu Alfin langsung berdiri dan menghampiri dokter.

"Keluarga pasien?" tanya dokter.

"Saya kakaknya, " jawab Alfin cepat.

"Begini, pasien kehilangan banyak darah, dan golongan darahnya sangat langka rumah sakit kami juga tidak memilikinya tapi pasien harus segera mendapatkan transfusi darah tersebut secepatnya jika sampai dua jam dia tidak mendapatkan transfusi darah. maafkan kami, kami tidak bisa menolongnya," ucap dokter itu.

Sedangkan Alfin yang mendengar itu termenung bingung langsung bertanya "Golongan darahnya apa dok?" tanya Alfin cepat.

"AB+" jawab dokter, Alfin yang mendengar itu langsung tersenyum.

"Saya saja dok, golongan darah saya AB+," ujar Alfin yakin.

"Benarkah, kalau begitu mari ikut saya. kita harus memberinya tranfunsi darah secepatnya" perintah dokter.

Alfin mengangguk tapi sebelum itu dia pamit terlebih dahulu kepada Saras istrinya dan meminta Saras untuk menghubungi orang tua Arsi. Mau bagaimanapun perlakuan orang tua itu terhadap Arsi tetap tidak memungkinkan bahwa merekalah orang tua Arsi. sedangkan saras yang disuruh hanya menganggukkan kepalanya dan meminta ponsel Alfin untuk menghubungi kedua orang tua Arsi.

Saras segera menjalankan perintah Alfin untuk menghubungi kedua orang tua Arsi. memang benar apa yang dikatakan Alfin mau bagaimanapun mereka tetap orang tua Arsi. mengingat pernyataan itu membuat Saras mendengus dan dengan cepat mencari nomor orang tua Arsi. Baru suara deringan ketiga teleponnya sudah diangkat oleh orang yang berada di seberang.

"Hallo, dengan siapa, " jawab orang itu sopan.

"Hallo, apakah benar ini dengan orang tua Arsi? " tanya Saras memastikan. sarah dapat mendengar orang di seberang sana sedang berdecak kesal.

"Iya, ada apa, " jawabnya ketus berbeda dengan yang tadi.

"Saya ingin memberitahukan bahwa sekarang Arsi kecelakaan dan dirawat di rumah sakit medika dan keadaannya sangat parah" kata Saras.

Orang yang berada di seberang sana malah terkekeh bahagia "Mau dia kenapa napa pun bukan urusan saya, jadi jangan pernah menghubungi saya jika hanya menghubungi untuk itu, waktu saya jadi terbuang sia sia." Ucapnya tegas dan langsung mematikan sambungan ponselnya.

Ya ampun iblis seperti apa sebenarnya yang tadi berbicara dengannya. Pantas saja Arsi selalu sedih dan bercerita jika dirinya ingin hidup bahagia walaupun sebentar. pantas saja dia selalu tersentuh dengan perbuatan Alfin dan dirinya ternyata karena Arsi tidak mendapatkan kebahagiaan dari orang tuanya.

Mencerna kemungkinan kemungkinan itu membuat mata saras berkaca kaca, sampai tiba-tiba dia merasakan ada yang menumpuk pundaknya ternyata Alfin, Saras segera memeluk Alfin dan menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

"Sudah dihubungi?” tanya Alfin pada Saras membuat Saras mengangguk sedih dan segera menceritakan semua pada Alfin. Alfin menghela nafasnya dia pikir, jika orang tua arsi mengetahui ini semua akan menjadi panik dan uring-uringan seperti dirinya, tapi ternyata dugaan nya malah nol besar bahkan mereka malah merasa bahagia. orang tua macam apa mereka ini.

Alfin mengajak Saras ke kamar rawat Arsi setelah berganti baju yang tadi berlumuran darah Arsi. sampai di dalam Alfin meneteskan kembali cairan bening itu Saras yang melihat itu mengusap lengan Alfin untuk menenangkan nya.

Alfin menghampiri Arsi yang kini sedang bujur kaku dengan wajah pucat di atas ranjang rumah sakit. mendudukkan pantatnya di kursi samping ranjang yang ditempati oleh Arsi, dia mengambil sebelah tangan Arsi dan menggenggam nya pelan. “Ar cepat bangun, abang minta maaf," ucap Alfin lirih sambil menundukkan kepalanya.

"Ar ayo bangun nanti kita bisa beli es krim lagi

Ayo kita jalan-jalan kamu ingin jalan-jalan sama abang sama Mbak Saras kan? Kamu pingin beli boneka beruang kan? Kamu mau pergi ke korea kan? Ya udah cepat bangun ya, nanti kita pergi liburan ke Korea sama Mbak Saras, " ucap Alfin parau.

"Katanya kamu mau ngenalin oppa-oppa kamu yang di sana yang selalu bisa menghibur kamu saat kamu sedih." Alfin tertekan mendengar penuturan nya sendiri dia mengingat dulu waktu Arsi meminta untuk berlibur ke Korea dengannya dan Saras.

Flashback on

Arsi tengah menonton tv sambil bergerak mengikuti dance dari boyband negeri gingseng di rumah Alfin dan Saras. Sampai-sampai dia tidak menyadari bahwa yang punya rumah sudah berada di belakangnya dengan tangan Alfin yang menyilang di dadanya sedangkan Saras hanya melongo tidak percaya. Alfin berdehem keras dan membuat Arsi yang sedang menari dengan ria menoleh ke arah Alfin sambil memperlihatkan dari dan gigi putihnya dia mendekat ke arah Alfin dan Saras.

"Bang, ayo kita jalan-jalan ke Korea," kata ajaib itu keluar dari bibir mungil Arsi.

Alfin yang mendengar itu sontak mengangkat alis kanannya "Ngapain mau ke sana mau lihat itu? " tanya Alfin sambil menunjuk boyband yang sedang tampil "kayak gitu mau dilihat, oplas saja bangga” lanjutnya.

Perkataan itu membuat Arsi tidak terima dan dengan segera dia menggerakkan tangannya ke arah lengan abangnya dengan keras.

"Enak aja oplas mereka itu asli tau!!!" ucap Arsi tidak terima, Arsi beralih pada Saras "Mbak ayo pergi ke Korea kita lihat oppa-oppa yang ada di tv itu," ucap Arsi sambil menunjuk ke arah tv. "Nanti aku kenalin sama mereka lagian mereka lebih ganteng dari pada bang Alfin, kali aja mereka ada yang kecantol sama mbak Saras."

Ucapan Arsi membuat Alfin menjadi kesal Alfin segera mengejar Arsi. bisa-bisanya Arsi perkata seperti itu di depannya. dan akhirnya terjadilah aksi kejar mengejar antara Arsi dan Alfin hingga membuat Saras menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan keduanya yang terlihat seperti kakak adik pada umumnya yang selalu bertengkar.

Flashback off

*****

Kini sudah dua minggu lalu dan Arsi belum menunjukkan tanda-tanda bahwa dia akan bangun dari tidur panjang nya. Alfin selalu menjaganya bergantian dengan Saras karena pagi sampai sore mengharuskan Alfin berada di sekolahan untuk mengajar.

Alfin juga memberi tahu Mira bahwa Arsi kecelakaan. pertama kali inilah mendengar bahwa Arsi kecelakaan dirinya menangis dengan kencang dan selalu menyalahkan dirinya jika Arsi kecelakaan adalah karena dirinya, tapi Saras dapat menenangkan nya dan berkata pada mira jika ini adalah sakit dan bukan salah Mira. Mira dan teman temannya yaitu Devi dan Lusi selalu menjenguk Arsi di rumah sakit.

Sudah dua minggu pula Alfin menunggu keluarga Arsi untuk menjenguk tapi sampai saat ini semuanya nihil, mereka tidak ada yang menjenguk Arsi. Tepat pada hari minggu ini, Alfin, Saras serta Mira dan teman teman Mira berkumpul di ruangan Arsi. keadaan Alfin juga menjadi kacau dan semakin kurus karena kurang makan dan tidur walaupun Sarah sudah mengingatkan Alfin untuk makan dan tidur yang cukup berkali kali.

"Itu punya gue dugong." Suara Devi memecah keheningan.

"Apa sih orang itu masih ada, " jawab Lusi sambil menunjuk makanan yang masih terbungkus dengan rapi.

"Gue males buat buka lagi, udah mana." Ucap Devi sambil merebut sebungkus kacang telur yang berada di tangan Lusi. sedangkan yang lain hanya menggelengkan kepala mereka.

Mira menggerakkan kepalanya ke arah di mana Arsi terbaring lemah dan menajamkan matanya saat melihat ada suatu yang janggal saat melihat jari Arsi yang bergerak secara perlahan.

Mira secara spontan menepuk lengan Alfin sambil berkata "Bang, tangan Arsi gerak Bang."

Semua yang mendengar itu langsung menghampiri di mana terbaringnya Arsi tidak lama kemudian harus membuka matanya dengan perlahan dan mengedarkan pandangannya ke sekitar, saat matanya tak sengaja bertemu tatap dengan Alfin dia langsung mengalihkan pandangannya menuju Saras.

"Mbak haus" ucap Arsi lirih. Dengan segera Saras mengambilkan air putih yang berada di atas nangkas dan meminumkanya pada Arsi.

"Mbak panggilin dokter ya" ucap Saras. Saras segera memencet tombol yang berada di samping ranjang Arsi.

Arsi masih ingat betul kejadian sebelum dia berada di sini maka dari itu dia menghiraukan Alfin yang dari tadi menatapnya dengan penuh penyesalan dan memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah Saras. Sedangkan Alfin hanya bisa tersenyum getir melihat tadi kecilnya yang tidak mau menatapnya sedikitpun, tidak lama kemudian dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Arsi.

"Sungguh ajaib kekuasaan tuhan. Seharusnya setelah koma selama 2 minggu biasanya orang akan mengalami amnesia walaupun hanya beberapa hari tapi adik anda langsung ingat semuanya." Ucap dokter itu, dan tentu saja membuat mereka yang ada di sana bahagia.

"Dok kapan saya boleh pulang?" tanya Arsi tiba tiba membuat semua pasang mata menoleh ke arahnya.

“Tiga hari lagi kamu sudah boleh pulang," jawab dokter itu dan Arsi hanya mengangguk. "Tapi kamu jangan lupa harus banyak istirahat ya kalau begitu saya permisi dulu," lanjut dokter itu dan melenggang pergi dari kamar inap Arsi.

Terpopuler

Comments

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

Adit dan Ayna menyapa kak😉

menanti kehadiranmu lagi

semangat.. semangat..💪💪💪

salam "Cinta Pak Bos"

2021-01-01

1

Sisminang Skb

Sisminang Skb

semangat thor.bagus cerita ny

2020-12-30

0

Emonee

Emonee

Arsi kasihan😭😭kecelakaan itu membuat Alfin sadar kalau dia sangat sayang adiknya, Saras juga sangat baik hati suka ma couple Alfin ma Saras, beda lagi ortu Arsi galak banget, wah alurnya bikin penasaran saja pasti lebih menarik lagi, salut padamu Thor like rate dan vote sudah mendarat 🧡🧡🧡🧡🧡🌟🌟🌟🌟🌟

2020-12-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!