Kini sudah tiga hari lalu yang berarti hari ini adalah kepulangan Arsi ke rumahnya. Baru juga sudah berbaik dengan Alfin saat ini, karena dua hari yang lalu Alfin sudah menjelaskan kalau dia dan Mira hanya berbohong dan mengatakan bahwa Mira adalah adiknya Saras.
Pada saat itu Arsi tidak terlalu percaya dengan kata-kata Alfin jadi dia bertanya terlebih dahulu pada Saras. Sekarang Arsi dan Alfin sudah sampai di depan rumah Arsi tidak lepas belum Arsi turun mengucapkan terima kasih kepada Alfin. Baru saja Arsi memasuki rumah dia sudah disuguhi pemandangan orang tua dan adiknya menggarap koper lalu berhenti di depannya.
“Oh, kamu masih hidup saya kira udah jadi nisan.” ucap Mama sinis sampai menohok relung hatinya, sedangkan Papa serta adiknya hanya terkekeh sungguh ucapan itu membuat matanya langsung berkaca-kaca.
“Sudahlah Ma. Ayo nanti kita ketinggalan pesawat kita akan mau liburan bareng ke London,” ucap Meli manja dan memandangku sinis.
“Iya bener, ayo.” ucap mama dan melangkah menggarap kopernya sampai suaraku menghentikan mereka di depan pintu.
“Ma, aku boleh ikut?" tanyanya penuh harap.
“Ikut? emang lo punya uang?” ucapkan Meli membuatku terdiam. ”Lagian gue ogah kalau harus ngajak lo liburan bareng,” lanjutnya dan berjalan keluar rumah meninggalkannya sendiri termenung.
Ia terdiam di tempat tidurnya ingin rasanya mengumpat di depan mereka semua dan berteriak bahwa “Aku memiliki uang, bahkan lebih banyak daripada punya kalian,” tapi Arsi harus menahan itu semua agar rencananya berjalan sesuai rencana.
Memangnya hanya kalian saja yang bisa jalan jalan. Dengan kesal ia mengambil ponsel dan mengetikkan beberapa dikit nomor di dalamnya.
“Bang, ayo menemui oppa-oppa ku." Katanya cepat saat panggilan sudah di angkat oleh orang yang berada di seberang.
Lelaki di seberang menghela nafas berat menahan kekesalan yang tiba-tiba datang tak diundang “Ar besok ya, kamu harus istirahat” ujarnya dari seberang membeli pengabdian pada orang yang sangat keras kepala seperti arsi memang harus memiliki kesabaran yang extra.
“Enggak mau bang, sekarang ya sekarang kalau nggak mau ya udah aku bisa berangkat sendiri.”
“Iya udah iya liburnya dua minggu kan Mira sama teman-temannya boleh ikut ?” tanya Alfin hati-hati.
“Iya, ya sudah aku mau beres-beres dulu bye.” jawabnya dan langsung menutup teleponnya secara sepihak dan langsung beranjak untuk membereskan bajunya.
Mereka sudah tiba di bandara internasional icheon dan mereka sudah bertemu para opa yang dari tadi berhilir mudik, terlebih Arsi yang sedari tadi tidak pernah melunturkan senyum manisnya. Mereka berjalan keluar dari bandara.
Arsi tiba-tiba berhenti membuat mereka juga ikut berhenti dan memandang ke arah Arsi yang sedang memperlihatkan gigi putihnya namun wajahnya menunjukkan sesuatu yang membuat mereka penasaran.
“Bang...” panggil Arsi sambil menatap Alfin. Alfin mengangkat satu alisnya menatap Arsi dengan heran, “aku mau buang air!” lanjutnya dan langsung berlari meninggalkan mereka yang masih mematung sambil menatap harus yang tengah berlari terbirit-birit.
“Gila.” Umpat Mira dkk.
Arsi berlari dengan tergesa-gesa mencari keberadaan kamar mandi sampai tiba-tiba dia menabrak tubuh kokoh seseorang yang menghalangi jalannya membuat dia jatuh dengan tidak elit. Bagaimana tidak? dia jatuh dengan gaya katak membuat beberapa orang yang berada di sekitarnya menoleh dan menertawakan nya.
Arsi mendongak melihat siapa yang sudah menghalangi jalannya sosok yang seumuran dengannya dengan badan yang tetap kokoh di hadapannya walaupun sudah tertabrak tubuhnya.
Pandangannya mengarah pada wajah sosok tersebut yang memiliki rahang tegas, hidung mancung serta mata hitamnya yang tajam tidak lupa juga dengan ali sebelah kanannya yang terangkat, sungguh nikmat mana yang kau dusta kan.
Arsi menggeleng pelan untuk menghapus pikirannya bisa-bisanya dia malah terpesona oleh nya dengan cepat Arsi bangkit dan menatap pria di hadapannya dengan tajam bahkan dia sampai melupakan untuk pergi ke kamar mandi karena sudah terlanjur kesal.
“Kamu nggak punya mata ya, udah tahu di jalan ada orang mau lewat kenapa kamu enggak minggir.” Kesal Arsi sambil menunjuk wajah laki-laki tersebut tetapi laki-laki itu hanya memandangnya dengan datar. “Ni orang atau patung sih dari tadi diem mulu, kalau orang kok bergerak sih dari tadi nggak ngomong pula, jangan-jangan patung berarti dari tadi aku ngomong sendiri dong” ucap Arsi dalam hati melihat laki-laki itu tidak bergerak seinci pun dari tadi.
“Oh, patung pantesan aku tabrak tetep utuh, lagian sih apa sih yang buat patung persis orang gini jadi kayak orang gila kan aku ngomong sendiri,” gumam Arsi dan berlalu pergi dari hadapan lagi-lagi itu.
Sedangkan laki-laki itu memandang kepergian nya dengan pandangan yang sulit diartikan serta bibirnya yang tersenyum miring. Mengambil ponselnya untuk menghubungi seorang “Cari data orang yang barusan nabrak saya." Ucapnya dingin setelahnya langsung memutuskan sambungan penjualnya secara sepihak kemudian berlalu pergi.
Alfin dan yang lainnya memandang Arsi dengan aneh. Sejak datangnya Arsi dari kamar mandi, dia selalu menekuk wajahnya. Tidak jarang dia juga bergumam dengan kesal dan menepuk dahinya sendiri sambil berjalan “Ih malu banget aku ngomong sendiri ntar dulu, sepertinya ada yang salah aku kan ngomong pakai bahasa indonesia mana ngerti dia ha iya benar dia nggak ngerti aku ngomong apa makannya diam,” gumamnya.
Mira mengerutkan keningnya saat mendengar kemalaman dari arashi sambil menatap kearah arus dengan aneh “Dia kenapa sih? masa iya kesurupan setan di kamar mandi,"pikir Mira tapi pada akhirnya dia memilih untuk bertanya.
“Kenapa lo?”
Mendengar siapa yang memberinya pertanyaan Arsi hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya bagaimanapun juga Mira orang yang suka membeli jadi dia tidak akan berani menatapnya.
Alfin melihat Arsi seperti itu mendengus dengan keras dan meninggal Arsi dengan lengan kanannya “Nggak usah sok drama lo dek,“ ucap Alfin.
Arsi menatap tajam Alfin tapi tidak dengan merah dan teman-temannya yang bingung dengan perkataan Alfin sedangkan Saras terkekeh mendengar perkataannya.
Saras menatap Mira , Devi dan Lusi secara bergantian kemudian beralih menatap arsi yang sedang menatapnya tajam terpikir ide jahil kepada Arsi matanya kembali beralihmenatap Mira dan teman-temannya “Kalian semua di bodohin ya sama Arsi." Ucapnya tanpa memperdulikan Arsi yang semakin melotot ke arah Saras.
Mira dan teman-temannya semakin bingung dengan perkataan saras yang bilang bahwa Arsi membodohi mereka, baru saja Lusi mau bertanya tapi Arsi langsung memotong nya dengan cepat.
“Bang, cari taksi sana,“ ucap Arsi. Mereka berjalan lebih cepat keluar dari bandara Alfin pun juga sudah memesan mobil untuk mereka. Sekarang mereka sudah berada di dalam mobil dengan posisi Arsi berada di samping supir belakangnya ada Alfin dengan Saras dan yang paling belakang ditempati oleh Devi, Mira dan Lusi.
Perjalanan berlangsung Arsi sesekali menoleh ke sisi jendela jika menurutnya ada tempat yang sangat menarik di matanya maka dia tidak segan-segan meminta supir untuk berhenti dan mengabadikan momen tersebut.
Tepat pukul tujuh malam 2 jam perjalanan menjadi lebih lama dari yang seharusnya mereka bisa menempuh setengah jam menuju tempat hotel.
Alfin sudah memesan tiga kamar satu kamar diisi untuk 2 orang. Kamar nomor 306 dihuni oleh Alfin dan Saras, kamar nomor 307 ditempati Devi dan Lusi, Arsi bersama Mira menempati kamar nomor 308. Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan besok siang karena kalau pagi tentunya mereka masih merasa lelah.
Kini malam telah berganti dengan pagi yang cerah yang mengusik nyenyak Arsi membuatnya mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina nya. Dia terduduk dan melihat ke arah sampingnya menatap Mira yang sedang tidur tanpa terganggu oleh sinar matahari.
Arsi berjalan mendekati jendela dan menarik kordennya ke samping membiarkan sinar matahari masuk bebas tanpa penghalang menyeret wajahnya yang memancarkan kebagian. Baru kali ini dia terbangun ada seseorang berada di sampingnya.
Arsi melangkah menuju kopernya untuk mengambil baju kasual berwarna putih serta celana pendek jadi saat dipakai celananya tidak akan terlihat karena bajunya yang menjulang sampai setengah paha lebih. Dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setengah jam lamanya dia berada di dalam kamar mandi akhirnya keluar dan melihat Mira yang tengah terduduk sambil memandang nya dengan mata yang setengah tertutup kemudian dia menguap sambil menutup mulutnya km menggunakan satu tangannya dan kembali berbaring tanpa memperdulikan Arsi yang tengah mematung menatap Mira yang tertidur kembali.
Bagaimana dia bisa tertidur lagi padahal sudah pukul 09.00. Arsi melanjutkan langkahnya yang tertunda menuju di mana tasnya berada. Setelah dia mendapatkannya dia merogoh tasku untuk mencari ponselnya setelah menemukan apa yang dia cari dia segera memencet tombol power untuk menghidupkan ponselnya dan mencari nomor seseorang.
To : Mb SarasQ
Mbak bangun belum ?
From : M b SarasQ
Udah, kenapa Ar ?
To : Mb SarasQ
Jalan kuy
From : Mb SarasQ
Yang lain udah pada bangun belum,
Kalau belum kamu bangunin Mira
Mbak bangunin Devi sama Lusi
To : Mb SarasQ
Siap 86 Mbak, cepat ya aku udah
Enggak sabar nih
From : Mb SarasQ
Iya, iya, nanti kumpul di depan
Kamar Mbak ya
To : Mb SarasQ
Siap
Arsi menatap layar ponselnya dengan senyum mengembang dan segera beranjak membangunkan Mira yang masih tertidur dengan tentram.
Dengan hati-hati dia menepuk lengan Mira tapi hanya dibalas dengan gumaman tidak jelas, hingga berkali-kali dia melakukan hal yang sama tapi tidak ada hasilnya. Tiba-tiba sebuah lampu menyala muncul di kepalanya.
“Arggg........ Kebakaran.........!!!!!“ teriak Arsi.
Tepat sasaran Mira langsung panik dan bangun dari tidurnya sambil berteriak “Woy.... Kebakaran....ebakaran.... Aduh mana gue di lantai atas lagi,“ teriak nya panik sambil berlari ke sana ke sini di atas kasur.
Arsi tidak dapat menahan tawanya kali ini dia tertawa sampai sudut matanya mengeluarkan air mata. Mendengar seseorang tertawa otak Mira segera bertindak “Ah, ternyata gue di kerjain,“ batinnya sambil melihat Arsi yang sedang tertawa. Baru dia akan menunjukkan sumpah serapahnya tiba-tiba Arsi memotong nya.
“Cepat siap-siap kita mau jalan-jalan.“
Mira membulatkan matanya. Dia segera berlari ke arah kopernya mengambil baju ganti dan berlari menuju kamar mandi sampai 10 menit mila sudah keluar dengan pakaian bersih. “Ada ya orang mandi cepat banget gitu?” pikir Arsi.
Mira memandang Arsi dengan heran “Lo kok belum ganti baju?“ tanya Mira bingung.
Arsi melihat bajunya sendiri. Tidak ada yang aneh menurutnya. Dia kembali memandang Mira dengan heran “Kenapa? “ tanyanya.
Mira yang mendengar arsip balik bertanya langsung menepuk jidatnya sendiri. “Maksud gue, lo keluar pakai kaos gitu?“ tanya Mira gemas dan hanya diberi anggukan oleh Arsi.
Karena Arsi bilang bahwa dia akan menggunakan pakaian itu dia langsung mengajak Arsi untuk menemui yang lain.
Dalam keheningan mereka sudah berada di dalam mobil sewaan Alfin. Mereka duduk dengan posisi yang sama seperti kemarin duduk di mobil.
“Sillyehabnida. Eodiloganeun?
(Permisi. Kita akan pergi ke mana?)” Tanya supir itu.
Yang lain bingung mau mengatakan apa, masalahnya mereka tidak bisa berbahasa korea. Melihat kebingungan mereka harus si berinisiatif menengok ke belakang. “Katanya mau pergi ke mana?. Gimana kalau sungai Han, setuju nggak” tanya Arsi padam mereka, mereka hanya mengangguk setuju.
“Hangang-e gal su iss-eulkkayo? (Bisakah kita pergi ke sungai Han?)” tanya Arsi.
Supir itu mengangguk lalu menjawab “Ulineun geogie gal su isseubnida. Geugeon geuleohgo, dangsin-ui hangug-eoneun aju johseubnida. ( kita bisa pergi ke sana, ngomong-ngomong bahasa korea mu sangat bagus)” pujinya.
Arsi yang dipuji seperti itu hanya menunjukkan senyum manisnya dan berkata “Kamsahabnida (terima kasih)”. Keheningan terus terjadi hingga tiba di sungai han.
Inilah yang diinginkan Arsi pergi ke sungai yang tempat dimana banyak pemain drama korea syuting di sini. Dulu dia selalu membayangkan pergi ke sini dan berharap makan bertemu orang yang sedang bersiap syuting di sini, bukankah itu sangat menyenangkan jika pisah melihat secara langsung orang yang sedang syuting drama.
Ia menghindarkan pandangannya menatap the seluruh sudut sungai yang berada dihadapannya dengan kagum. Dia mengangkat kameranya mengabadikan tempat ini tidak menyangka dia bisa berdiri . Sama seperti Arsi yang lainnya juga kagum dengan keindahan sungai ini, mereka berfoto ria dan mengunggah di sosmed masing-masing.
Lusi dengan kekagumannya memudar tubuhnya untuk melihat keindahan sungai Han. “wow, tau tempatnya kayak gini dari dulu gue kunjungi tiap tahun.”
“Nyesel gue bilang sama kakak gue kalau Korea tuh jelek,” sambung Devi.
“Tahun depan gue mau ke sini lagi” ujar Lusi.
“Iya pokoknya tahun depan kita ke sini lagi enggak pakai koma," sahut Mira sambil tersenyum.
Arsi menolehkan kepalanya pada Alfin dan Saras “Bang sini gantian aku fotoin sama Mbak Saras."
“Gitu dong dari tadi. Lo mah enggak peka,” balas Alfin sambil menggandeng Saras mencari tempat untuk mereka berfoto.
“Mbak, deketan dong sama Bang Alfin.” Protes Arsi sambil mengarahkan agar Sarah lebih dekat dengan Alfin.
Sarah mendengus “Suka suka lah. Lagian di sini banyak cowok cakep, nanti enggak ada yang mau deketin gue lagi,"balasnya.
Mata Alfin menajam mendengar perkataan Saras. “Oh, jadi kamu ke sini mau cari orang baru!” Serunya.
“Siapa yang bilang. Kamu kan bukan aku,"!kilah Saras.
“Kamu yang bilang,” ujarnya.
“Enggak, kamu aja yang telinganya sensitif.”
Arsi menghembuskan nafasnya mendengar mereka bertengkar seperti anak kecil. Dia berbalik dan berjalan menghiraukan mereka yang tengah berdebat.
“AR!! KOK MALAH PERGI SIH!!” teriak keduanya
setelah tersadar bahwa mereka di tinggalkan.
Arsi dengan engan berbalik menatap mereka dan berteriak “CARI MAKAN!!”
Mereka menghampiri Arsi yang telah berjalan terlebih dahulu, termasuk Mira, Devi dan Lusi mendengar teriakannya menghampiri Arsi dengan maraton. Mereka berjalan menuju tempat terdekat untuk mengisi perut mereka.
Setelah mereka mengisi perut, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka berjelajah. Kali ini mereka berada di Namsan Tower, menara tertinggi di Seoul dengan ketinggian 777 kaki, jadi kita dapat melihat pemandangan Seoul dari atas.
“wa, bagus banget." Itu yang mereka keluarkan dari mulut saat pertama kali melihat keindahan dari atas.
Mira dengan semangat menepuk bahu Arsi yang berada di sampingnya “Keren, lo dapet dari mana tempat kayak gini?” tanyanya.
Arsi menatap Mira dengan kerutan di keningnya
“Semua juga tau, ini kan tempat terkenal," jawabnya.
“Udah enggak takut lo sama gue,” tanya Mira. Arsi hanya mengangkat kedua bahunya dan berjalan ke tempat Alfin dan Saras berada.
Kini hari sudah berganti dengan malam lampu lampu yang terpasang pada Namsan tower mulai berubah menyesuaikan dengan udara membuat menara menjadi lebih indah. Mereka mengabadikan moment saat pergantian warna lampu.
Mereka sampai di hotel pada tepat pada pukul 09:45 malam. Mereka juga sudah membawa banyak bingkisan untuk di bawa pulang ke tanah air. Ini bahkan baru hari pertama bagaimana pada hari selanjutnya mungkin mereka akan menyewa pesawat untuk pulang dengan belanjaannya yang segunung.
*****
Tidak terasa kini mereka sudah berada di negara orang selama 12 hari yang berarti mereka akan segera meninggalkan negara ini dan pulang ke tanah air dua hari lagi.
Hari ini mereka hanya membereskan barang yang akan mereka bawa kembali ke tanah air terkecuali Arsi yang saat ini tengah berjalan jalan sendiri ke Seocho Saturday Flea Market tanpa menggunakan atribut cupunya.
Arsi melihat sebuah gelang yang menarik di matanya. Gelang itu berwarna putih dan elegan berpasangan dengan sebuah kalung liontin kupu-kupu berwarna biru laut tanpa banyak berpikir dia mengambil gelang itu dan membayarnya.
Setelah mendapatkannya dia segera beranjak keluar dari market. Dia berjalan kaki untuk kembali ke hotel karena dia ingin melihat sudut-sudut yang berada di kota ini. Berjalan sambil meminum cola yang berada di tangannya tanpa sadar telah kadas di minumnya.
Dengan sebal dia melemparkan calling ke sembarang arah tanpa melihat. Dia berjalan kembali hingga sebuah suara menghentikan langkahnya. Arsi berbalik dan terkejut melihat patung yang kemarin dia temui di bandara berada di depannya saat ini.
Dengan dingin dia bertanya sambil mengangkat alisnya “Lo yang lempar kaleng ini?”
Untuk sesaat Arsi terpana dengan rupanya yang menawan, dia yakin jika dia berada di sekolahnya pasti akan masuk menjadi siswa yang paling populer bahkan suaranya seperti mengalun merdu di telinganya. Dengan cepat dia menggunakan pikirannya dan berganti dengan ke terkejutnya dia menggunakan bahasa tanah airnya.
“I..iya, kenapa?” tanyanya gugup.
Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Arsi membuat Arsi segera mundur dengan takut. Laki-laki itu berjalan lebih cepat dan menggapai lengan Arsi dan membawanya ke ujung jalan menunjuk sebuah mobil yang menabrak tembok membuat Arsi mengerutkan keningnya dan menatap laki-laki yang menyeret nya.
“Apa?” tanyanya tak mengerti.
Laki-laki itu merendahkan tubuhnya dan mencontohkan wajahnya ke arah Arsi membuat Arsi mengkeret. “Kalengmu mengenai kepalaku membuatku tidak bisa mengendalikan setir.” Dia berbisik di telinganya hingga membuat nafas beratnya menerpa telinganya membuat bulu kuduk Arsi berdiri dengan tubuh menegang.
Arsi menengguk ludahnya susah payah dan melihat ke arah mobil yang sudah penyok bagian depan. “Ya...ya, aku kan enggak sengaja sumpah.” Jawabnya gelagapan sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas. “Lagian itu bukan salah aku. Salah kamu sendiri kenapa lewat enggak bilang bilang” lanjutnya mencari alasan.
Laki-laki itu menyatukan tangannya ke arah Arsi. Tanpa melepaskan tatapannya pada Arsi dia
berjalan mendekat dan memegang tangannya dengan kuat membuat Arsi semakin takut.
Kalau bisa memilih harus sih memilih bentuk menghilang sesaat daripada harus berurusan dengan laki-laki itu. Arsi mencoba untuk memberontak melepaskan cengkraman yang berada di tangannya.
Semakin dia memberontak semakin kencang dia merasakan cengkraman itu. Tanpa pikir panjang Arsi segera mendaratkan kakinya ke atas kaki laki laki itu sayangnya dia tidak mendapatkan hasil apapun bahkan bergerak sedikitpun tidak. Arsi melihat ke belakang laki laki itu sambil mengangkat satu tangannya.
“PAK POLISI!!” serunya sambil melambaikan tangannya. Berhasil, laki laki itu melepaskan tangannya dan menoleh ke belakang memberi kesempatan Arsi untuk melarikan diri segera. Melihat Arsi melarikan diri dengan cepat membuat salah satu bibir laki laki itu terangkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like lagi
2021-01-01
0
Sisminang Skb
bagus Thor.
2021-01-01
1
Nani Khafid
aku mampir ya...ceritanya bagus. Aku suka..Semangat terus..
2020-12-15
1