Seperti biasa. Pagi ini dia sudah bangun untuk memasak. Memang di rumahnya ada pembantu. Tapi pembantu di rumah ini hanya untuk melayani Papa, Mama, serta Meli dan dirinya? tentu saja tidak. Ini sudah biasa untuknya mengerjakan semua kebutuhannya sendiri.
Setelah masak dan memakan makanan yang ia buat tadi. Ia segera beranjak untuk berangkat sekolah. Ia berjalan ke halte untuk menunggu bus yang akan mengantarkan ku pergi ke sekolah Bakti Bangsa.
Jika kalian bertanya kenapa tidak memakai mobil atau memakai motor, apa tidak punya? jawabannya adalah punya. Kenapa memakai bus umum? kalian pasti tahu jawabannya sendiri tanpa harus dirinya yang menjawab.
15 menit berlalu dan ia sudah berada di dalam bus dan duduk di dekat jendela. Bus berhenti di halte selanjutnya. Tapi sepertinya pagi ini tidak terlalu ramai penumpang, terlihat dari bangku sisi kanan dan kursi yang berada di belakangnya kosong.
Akhirnya tidak berselang lama ia sampai di halte terdekat dengan sekolah. Tidak ingin berlama lama segera turun tidak lupa untuk memberikan ongkos perjalanan. Ia melihat jam yang melingkar di tangan kirinya pukul 06.30 yang menurut nya. Ia berangkat terlalu siang.
Menghembuskan nafasnya dengan kasar dan berjalan menuju sekolah sambil berpikir apa yang akan terjadi dengannya selanjutnya. Sampai di depan gerbang sekolah ia menundukkan kepalanya tidak berani melihat siswa siswi yang menatapnya dengan sinis bahkan ada banyak cibiran yang terdengar sepanjang berjalan.
"Eh, awas nanti lo ketularan bau lagi,"-1
"Hm, nanti ada pertunjukan apa lagi ya,"-2
"Awas kuman." -3
"Iyuh, jijik gue lihatnya."-4
Mendengar cibiran cibiran itu membuatnya semakin menundukkan kepalanya dan terus berjalan dengan lebih cepat lagi. Tidak berselang lama bel yang menunjukkan bahwa pelajaran di mulai berbunyi.
Semua siswa baru saja menduduki kursinya masing masing. Mereka menunjukkan wajah tegang karena hari ini jam pertama adalah matematika menunjukkan yang masuk kelas pertama kali adalah Mr. killer.
Dia di juluki killer karena sifatnya yang tidak bisa menoleransi kesalahan siapapun, dan dia juga bersikap dingin kepada semua siswa. Mereka takut tapi tidak dengannya.
Alfin Ginanjar itu namanya. Dia adalah guru muda di sekolah Bakti Bangsa. Umurnya baru saja menginjak 26 tahun. Maka dari itu, walaupun killer dia memiliki banyak penggemar kaum hawa berkat parasnya yang rupawan.
Dia sudah menikah dan dirinya tahu siapa yang Alfin nikahi. Namanya Mbak Saras dia orang yang sangat cantik dan ramah pada setiap orang. Tapi sekali dia tidak menyukai seseorang langsung saja jurus kejudesannya keluar.
Ia tahu mbak Saras juga dari Alfin karena satu tahun yang lalu Alfin menyuruhnya untuk membantunya menentukan dekorasi saat dia ingin melamar Mbak Saras. Karena kejadian itu Alfin dan Saras menganggapnya sebagai adiknya, kalau dirinya di luar sekolah atau sedang berdua dengan pak Alfin dirinya di suruh memanggilnya dengan sebutan "Bang" itupun Bang Alfin yang minta.
Jangan salah, walaupun Bang Alfin killer tapi saat di bersamanya dan Mbak Saras kata killer akan hilang dengan sendirinya dan berubah menjadi orang yang sangat perhatian. Bukankah sangat terbanding berbalik jika tidak dengannya atau mbak Saras. Lamunannya terbuyar saat mendengar sapaan dingin dari seseorang.
"Selamat pagi," sapanya dengan tatapan tajam.
Kaum hawa yang mendengar sapaan bang Alfin langsung tersenyum cerah, termasuk Meli sebelum mereka membalas sapaan bang Alfin
"Selamat pagi pak!"
Tapi senyuman itu tidak berlangsung lama dan berganti menjadi wajah panik mereka, saat mendengar kalimat yang di lontarkan dari mulut bang Alfin selanjutnya.
"Hari ini ulangan, tutup buku dan masukkan ke dalam tas kalian masing masing,“ perintahnya.
Semua murid langsung bingung saat mendengar kata sakral itu dari mulut bang Alfin. Tapi mereka tetap melaksanakan apa yang di perintahkan.
Jika tidak siap siap nilai yang menjadi taruhannya.
Bang Alfin mulai membagikan kertas ulangan beserta soalnya ke meja - meja murid, ia bisa melihat murid yang menerima kertas itu langsung menghela nafas dengan kasar. Saat bang Alfin sampai tiba di hadapannya, dia menundukkan badannya dan berbisik sesuatu padanya.
"Semangat cantik, adiknya Abang."
Tentu saja tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri. Karena mereka telah di sibukkan dengan kertas masing masing. Setelah Alfin selesai dengan pekerjaannya yaitu membagikan kertas beserta soal ulangan Alfin kembali ke mejanya sambil menyeret kursi dari meja guru.
Ia yang melihat hanya bingung tak lama ia mendengus. Sekarang semua murid yang ada di kelas menatap apa yang di lakukan oleh Alfin. Alfin meletakkan kursinya di sampingnya dan menengok ke arahnya sambil tersenyum lebar yang membuat semua kaum hawa memekik dan menatap ia sinis, termasuk juga adiknya yang tengah memandangnya dengan tajam. Ia yang melihatnya pandangannya langsung beralih menatap soal yang berada di hadapannya.
Mengarahkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Melihat banyak siswi yang mengerjakan sambil melirik lirik ke arahnya dan Bang Alfin. Ia hanya mendengus. Apa lagi yang akan terjadi padanya.
Terakhir pandangannya tertuju pada Bang Alfin yang tengah memasang senyumnya ke arahnya yang membuatnya ingin menampol wajahnya sekarang juga. Akan dipastikan jika dirinya menampol wajahnya sekarang akan membuat seisi ruang menjadi geger, atau bahkan menggemparkan seluruh siswa siswi yang berada di sekolah bakti bangsa.
Arsi berdecak dengan kesal menangani kejahilan Alfin padanya. Entah itu mengambil soal ulangannya, atau menarik jawabannya sambil tersenyum tengil, mengambil pensilnya untuk memainkannya sampai menari narik rambutnya dengan tangannya sambil tersenyum tengil. Dipastikan jika orang lain yang melihat ini akan langsung lari terbirit-birit karena syok. Secara Pak Alfin datar, cool menjadi Pak Alfin alay bin lebay.
Terakhir kalinya ia berada di puncak kesabaran saat dia meniup-niup wajahnya dari samping dan yang membuat kesabarannya membludak saat Alfin dengan sengaja menendang nendang kakinya menggunakan kakinya. Membuatnya tidak bisa berkonsentrasi dan tulisannya menjadi ceker ayam.
Ia mendorong wajah Alfin saat dia menendang kembali kakinya yang membuatnya terjatuh dari kursi dan meringis kesakitan. Sebelum semua orang menyadari itu ia langsung kembali fokus pada soal yang aku kerjakan, lebih tepatnya pura pura tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Ia melihat Meli adiknya berjalan dengan berlenggak lenggok seperti model papan bawah ke arah Alfin dan akan memegang lengan Alfin.
"Ayo pak saya saya bantu," ucapnya dengan suara yang di lembut lembutkan. Baru saja Meli menyentuh sedikit tangannya sudah di sentak duluan sama Alfin.
Bang Alfin menatapnya dengan tajam kemudian dia beralih menatap Meli dengan datar sambil duduk lagi di sampingnya. "Sudah kamu kembali duduk ke tempat mu, " perintah bang Alfin lebih dingin dari pada tadi.
Sebenarnya dirinya ingin ngakak saat melihat bang Alfin kejengkang tapi sebisa mungkin aku tahan agar tidak keluar.
Alfin menengok ke arahnya. Dengan wajahnya yang memerah akibat kesal, saat Meli sudah kembali duduk di tempatnya. "Jahat lo Ar," katanya kesal.
Ia yang mendengar penuturan Alfin dan melihat wajah kesalnya semakin menundukkan kepalanya. Diam diam menggigit bibir bawahnya untuk menahan tawa yang kapan saja bisa meledak.
Kapan lagi bisa melihat dia kesal dengan wajahnya yang memerah. seketika dia berbisik padanya “Malu nggak Bang." Yang membuat wajah Alfin semakin memerah.
"Mau ketawa, ketawa aja gue mah ikhlas," katanya dengan kesal dan jangan lupakan tatapan tajamnya yang menusuk.
Ia menengok ke arahnya dan tersenyum lebar saat melihatnya mencebik kan bibirnya, aku segera mengambil ponsel dan mengabadikannya. Hap, berhasil tapi dia menyadarinya dan akan meraih ponselnya tapi segera ia masukkan ke saku baju depan. Dirinya pastikan dia tidak akan berani mengambilnya.
"Curang lo," katanya dan merebut pensil yang berada di genggaman ku tapi dia mengembalikannya kembali saat ia menggunakan kartu AS nya.
"Awas ya sampai gangguin Arsi lagi, Arsi aduin sama Mbak Saras," bisik ku dan ya berhasil.
Dia tidak mengganggunya lagi dan mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan "15 menit lagi selesai." Ucapnya final sambil menoleh ke arah diriku sambil tersenyum remeh.
15 menit berlalu terasa sangat cepat dan kini lembar jawab serta soal ulangan sudah berada di meja guru. Alfin terlihat sedang mencari cari lembar jawaban seseorang. Tapi sepertinya dia mencari lembar jawab ku sangat ketara sekali dari wajahnya yang jahil melihat ke arah dirinya saat semua orang tengah sibuk sendiri dengan urusan masing masing.
Semua itu terbukti saat dia mengangkat salah satu lembar jawaban dengan alis yang terangkat. Dia melihatnya dan langsung tercetak dengan jelas wajah kesalnya dan merapikan kembali lembar jawaban yang sudah di acak acak sendiri olehnya. Arsi gitu loh.
Setelah selesai merapikan semua barang yang dia bawa termasuk soal dan lembar jawaban. Alfin segera beranjak dari duduknya dan berdehem dengan keras agar semua perhatian terpusat padanya.
"Cukup sekian hari ini, selamat istirahat," ucapnya datar.
Suara riuh langsung terdengar saat bel istirahat berbunyi, waktunya untuk para pelajar mengisi perut mereka yang kosong, ada juga yang tetap berada di kelas seperti aku. Bedanya mereka berkelompok kalau dirinya sendiri. Bisa ia dengar mereka masih membicarakan bang Alfin.
Arsi mendengus entah yang ke berapa kalinya saat ada kata kata memuja dari sekelompok orang yang bergosip, seperti Pak Alfin ganteng banget sih, keren, cool dan masih banyak lagi. Tidak tahu saja mereka gimana kelakuan Alfin yang sebenarnya. tiba tiba pikirannya terhenti dan terkejut saat ada yang menggebrak mejanya.
"Brakk!!"
sungguh menakutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
피롷
thor mmm gimna ya jelasinnya bingung aku...coba deh utk kata dirinya itu diganti jdi nama arsi gtu trus kdang nih ada beberapa kata yg ke sudut pandang org pertama tpi tiba2 jdi sudut pandang org ketiga....mmm jdi sudut pandangnya campur aduk gtu thor,, klo mw ada sudut pandang dri pemerannya bisa kok dibikin arsi pov alfin pov trus diakhiri dgn alfin pov end arsi pov end gtu biar ga campur aduk thor
2021-01-21
1
cynthia Nathania
semangat kak aku datang dengan like ❤️
2020-12-29
0
Azzahra Nian
👍👍👍👍👍
Lanjut baca dl ea Thor...😇
q sdh singgah bawa bomm like...👌
2020-12-29
2