berlatih di hutan bag 1

Setibanya di dalam perguruan, Prangesti, yang didampingi oleh Warang Seta dan Cawisada, langsung menceritakan semua peristiwa yang terjadi di kediaman Padma Sari. Ia juga menjelaskan tentang darah yang berceceran di atas rumput, yang berakhir di sumur tua di hutan dekat perguruan.

Semua kejadian yang diceritakan Prangesti itu membuat Jumantara, ketua perguruan, sangat terkejut. Ia tampak khawatir dengan keselamatan Padma Sari, guru muda yang hilang.

"Apa sebenarnya yang terjadi pada Padma Sari? Apakah gadis itu benar-benar mengambil kitab itu?" batin Jumantara sambil membelai jenggot panjangnya yang telah memutih.

"Kau harus menyelidiki masalah ini sampai tuntas, Prangesti. Pastikan gadis itu baik-baik saja. Kita tidak boleh menuduh Padma Sari sebagai pelaku sebelum ada bukti yang jelas," ucap Jumantara tegas.

"Aku mengerti, Guru. Aku yakin Padma Sari bukan pelakunya. Semua orang tahu dia adalah orang yang baik," jawab Prangesti, yang diam-diam menaruh hati pada gadis itu.

"Sekarang juga, kau harus mengusut tuntas masalah ini dan bentuk tim untuk menyelidikinya!" perintah Jumantara.

"Baik, Guru. Aku akan segera melakukannya," jawab Prangesti sebelum bergegas meninggalkan ruangan.

"Aku sependapat dengan Prangesti, Kakang. Aku tidak percaya Padma Sari mencuri kitab itu," ucap Warang Seta kepada Jumantara.

"Kau benar, Warang Seta. Aku juga tidak percaya dia yang melakukannya," jawab Jumantara.

"Maaf, Guru. Dengan menghilangnya Padma Sari secara tiba-tiba, apakah kita tidak seharusnya curiga?" tanya Cawisada.

"Tidak ada salahnya kau berpikir begitu, Cawisada. Namun, seperti yang sudah kukatakan, kita tidak boleh menuduhnya tanpa bukti yang jelas," tegas Jumantara.

"Untuk kalian berdua, aku ingin kalian membantu mencari Padma Sari sampai ketemu," perintah Jumantara.

"Tentu, Guru. Kami akan membantu mencari gadis itu," jawab Warang Seta dan Cawisada serentak.

"Guru, bagaimana jika hilangnya kitab itu terdengar oleh perguruan lain? Bukankah itu akan sangat berbahaya? Bisa menarik perhatian para pendekar dan perguruan lain," ucap Cawisada.

"Tentu saja itu akan menarik perhatian banyak orang, terutama para pendekar lepas dan ketua perguruan lain. Aku minta kalian berdua mengumumkan kepada para murid untuk menutup mulut mereka rapat-rapat. Jangan sampai masalah ini tersebar keluar," perintah Jumantara.

"Baik, Guru. Kami akan segera memberitahukan hal ini kepada semua murid," jawab Warang Seta dan Cawisada.

"Silakan," ucap Jumantara.

Tanpa menunda waktu, Warang Seta dan Cawisada langsung mengumumkan kepada seluruh murid untuk menjaga kerahasiaan hilangnya kitab itu. Perguruan Kemuning pun segera mengerahkan semua guru dan murid pilihan untuk mencari Padma Sari. Pencarian dilakukan hingga jauh ke luar perguruan, bahkan sampai ke sumur tua di hutan. Namun, pencarian di sumur tua tidak tuntas karena di dalamnya terdapat binatang beracun dan gas berbahaya, sehingga mustahil ada kehidupan di sana.

Setelah berbulan-bulan pencarian tanpa hasil, Jumantara akhirnya memerintahkan para muridnya untuk menghentikan pencarian. Banyak yang mulai beranggapan bahwa Padma Sari telah meninggal atau melarikan diri ke daerah yang jauh.

Waktu terus berlalu, dan perlahan-lahan perguruan Kemuning mulai melupakan kejadian itu. Kitab Tapak Dewa pun mulai terlupakan.

---

**Dua Puluh Tahun Kemudian**

Siang itu di Desa Parang Sari, tempat tinggal Nyai Damah dan Ki Supa, Antasena, bayi yang ditemukan Ki Supa dua puluh tahun lalu, telah tumbuh menjadi pemuda tampan dan gagah. Sorot matanya tajam, badannya berotot, dan penuh semangat membantu Ki Supa di ladang.

Dalam usia dua puluh tahun itu, Antasena telah mewarisi sebagian keahlian Ki Supa dan Nyai Damah. Selain diajari bertani, ia juga dibekali ilmu kanuragan oleh kedua orang tuanya.

Siang itu, Antasena baru saja tiba di rumah dengan membawa dua keranjang besar jagung yang baru dipetik dari ladang. Dengan hati-hati, ia meletakkan keranjang itu di dalam rumah.

"Ibu, apakah jagung ini akan dijemur sekarang?" tanya Antasena.

"Iya, mumpung masih ada matahari. Lebih baik kau jemur sekarang supaya tidak membusuk dan bisa tahan lebih lama. Setelah selesai, siapkan peralatan berburu," ucap Nyai Damah.

"Baik, Ibu," jawab Antasena sambil segera mengeluarkan jagung dari keranjang dan menjemurnya di bawah terik matahari.

Setelah selesai menjemur jagung, Antasena menyiapkan busur dan anak panahnya untuk berburu.

"Antasena!" panggil Nyai Damah dari dapur.

"Ya, Ibu," sahut Antasena.

"Nanti kita berburu kelinci di hutan untuk lauk makan malam. Apakah semua peralatan sudah kau siapkan?" tanya Nyai Damah.

"Sudah, Ibu. Anak panah dan busurnya sudah siap," jawab Antasena dari halaman depan rumah.

"Sebentar lagi kita berangkat. Supaya ayahmu pulang nanti, kelincinya sudah matang," ucap Nyai Damah.

Tidak lama kemudian, Nyai Damah keluar dari rumah dengan membawa pisau kecil di tangan kanannya.

"Antasena, ayo kita berangkat! Ibu ingin tahu seberapa hebat ilmu meringankan tubuhmu yang diajarkan ayahmu," ucap Nyai Damah, berniat menguji kemampuan anaknya.

"Jadi Ibu ingin adu kecepatan denganku menuju hutan?" tanya Antasena.

"Kalau sudah tahu, kenapa bertanya? Ayo!" ucap Nyai Damah sambil melesat dengan kecepatan tinggi ke dalam hutan.

Antasena terkejut melihat ibunya pergi begitu saja. "Ibu curang! Tidak memberi aba-aba dulu!" teriaknya sambil mengejar.

"Ibu, tunggu aku!" teriak Antasena sambil mempercepat langkahnya.

Nyai Damah hanya terkekeh mendengar teriakan Antasena. "Cepatlah, Antasena! Tunjukkan padaku ilmu yang diajarkan ayahmu!" teriaknya.

Antasena terus melompat dari satu dahan ke dahan lain, berusaha mengejar ibunya yang sudah jauh di depan. Ia tidak ingin mempermalukan ayahnya di hadapan ibunya.

Usaha Antasena mulai membuahkan hasil ketika jaraknya dengan Nyai Damah semakin dekat. Namun, tiba-tiba Nyai Damah memberi peringatan, "Hati-hati, Antasena! Ada badai daun ke arahmu!"

Nyai Damah mengibaskan tangannya ke arah pohon berdaun lebat, menyebabkan daun-daun rontok dan bergulung-gulung menuju Antasena.

"Ibu curang!" teriak Antasena sambil menggunakan kekuatannya untuk menyingkirkan daun-daun itu.

Setelah berhasil menyingkirkan daun-daun, Antasena melihat Nyai Damah berdiri terpaku di depan semak yang bergoyang-goyang.

Melihat Antasena sudah mendekat, Nyai Damah menempelkan jarinya ke bibirnya, memberi isyarat agar Antasena diam. Antasena mengangguk, mengerti maksud ibunya.

Nyai Damah kemudian melemparkan pisau kecilnya ke arah semak. Pisau itu melesat cepat dan mengenai seekor kelinci besar yang bersembunyi di semak.

"Lemparan Ibu selalu tepat sasaran," ucap Antasena sambil berlari mengambil kelinci itu.

"Cukup besar, Ibu," ucap Antasena sambil mengangkat kelinci itu tinggi-tinggi.

"Apakah kau ingin bisa melemparkan pisau seperti Ibu, Antasena?" tanya Nyai Damah.

"Tentu, Ibu. Tapi biasanya kalau Ibu mengajari aku sesuatu, Ibu selalu marah-marah," jawab Antasena sambil tersenyum.

"Ibu marah karena kau sering membuat kesalahan. Sekarang, keluarkan pisaumu. Aku akan mengajarimu cara melempar pisau yang benar," ucap Nyai Damah.

Antasena pun segera mencabut pisau kecil yang diselipkan di pinggangnya.

"Sekarang, bagaimana, Ibu?" tanya Antasena.

"Bidiklah pucuk tumbuhan di sana," ucap Nyai Damah sambil menunjuk ke arah tumbuhan yang jaraknya cukup jauh.

"Tidak salah, Ibu? Bukankah tumbuhan itu jauh sekali?" tanya Antasena dengan ragu.

"Kamu ini, belum apa-apa sudah merasa tidak mampu. Ingat, Antasena, gunakan perasaanmu dan salurkan sedikit tenaga dalam. Bayangkan tumbuhan itu dekat denganmu," ucap Nyai Damah memberikan petunjuk.

Terpopuler

Comments

Aku Adalah

Aku Adalah

lanjutkan mantap

2025-03-29

0

anggita

anggita

Antasena... 👍👌👏💪☝.

2025-02-23

0

Judo Judo

Judo Judo

mantap,belajar dengan giat

2025-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bayi mungil
2 Membuat senjata
3 perguruan Kemuning.
4 Hilangnya kitab tapak dewa terbalik
5 berlatih di hutan bag 1
6 berlatih di hutan bag 2
7 Mendapatkan kejutan
8 pertarungan di hutan bagian 1
9 pertarungan di hutan bagian 2
10 pertaruhan di hutan bagisn 3
11 Cerita masa lalu
12 Perjalanan Berat
13 Jasa harimau
14 Tumbuhan bunga emas lima jari
15 kekuatan bunga emas lima jari
16 Kekuatan dan keberhasilan
17 Memperdalam ilmu
18 Semakin kuat
19 Kenyataan yang sulit diterima
20 Duka
21 Menggembara
22 munculnya berita tentang kitab tapak dewa terbalik
23 Menuju Gunung Gagak
24 Menemukan teman
25 perjalanan masih panjang
26 Korban pertama pedang Merah
27 Menyerbu ke markas Brajadara
28 Kedatangan kelompok bayangan kematian
29 Kebesaran hati Antasensa
30 Kembali ke kota
31 tiba di perguruan kemuning
32 Bermalam di perguruan Kemuning
33 Kedatangan Senapati Sabaruna
34 Pertarungan Sengit
35 Siapakah pencuri kitab Tapak dewa terbalik
36 Curiga
37 Kejutan untuk Perguruan Kemuning
38 motif tersembunyi
39 pencarian
40 ketua baru perguruan Kemuning
41 Kejutan di sumur tua
42 Menghadap Raja Rudayana
43 Mencari petunjuk
44 Siapakah gadis berpakaian biru muda itu?
45 menolong seorang gadis
46 Melawan teman sendiri
47 Saling adu kekuatan
48 Bermalam di hutan.
49 kedatangan tamu
50 kejutan di penginapan
51 pertarungan di malam buta.
52 Lolos dari pengejaran.
53 Terus menghindar
54 penemuan yang tak terduga
55 Jurus Tapak Bayangan
56 Unjuk kekuatan
57 Berlatih jurus tapak dewa pembalik laut
58 mencoba jurus baru
59 Perguruan Kemuning terus memburu Antasena
60 ke tempat kakek
61 Surogati vs Antasena
62 melanjutkan latihan
63 kedatangan Jalatunda
64 Kemarahan yang memuncak
65 menagih hutang nyawa.
66 perjalanan terus berlanjut
67 Firasat seorang guru
68 perguruan Pagar Ruyung
69 Pasukan ular naga hitam
70 pertarungan kembali pecah
71 bertanding dengan murid Mega merah
72 sebuah petunjuk
73 Bertemu dengan pasukan naga hitam
74 pertarungan sengit
75 perjalanan yang sia sia
76 pergerakan
77 penemuan yang mengejutkan
78 orang misterius
79 masalah terus datang
80 Api Dendam
81 mencari tahu
82 mencoba kekuatan
83 Orang-orang Semeru mengejar
84 Dalam pengejaran
85 Pertarungan pun tak terhindarkan
86 Pertarungan senja di hutan
87 siasat seorang senapati
88 persetujuan dari Raja Wangsadipa
89 Menuju ke pasir Kencana
90 Kejutan di kedai
91 Menjelang pertandingan antar pendekar
92 semua menuju ke Pasir Kencana
93 Berita mengejutkan
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bayi mungil
2
Membuat senjata
3
perguruan Kemuning.
4
Hilangnya kitab tapak dewa terbalik
5
berlatih di hutan bag 1
6
berlatih di hutan bag 2
7
Mendapatkan kejutan
8
pertarungan di hutan bagian 1
9
pertarungan di hutan bagian 2
10
pertaruhan di hutan bagisn 3
11
Cerita masa lalu
12
Perjalanan Berat
13
Jasa harimau
14
Tumbuhan bunga emas lima jari
15
kekuatan bunga emas lima jari
16
Kekuatan dan keberhasilan
17
Memperdalam ilmu
18
Semakin kuat
19
Kenyataan yang sulit diterima
20
Duka
21
Menggembara
22
munculnya berita tentang kitab tapak dewa terbalik
23
Menuju Gunung Gagak
24
Menemukan teman
25
perjalanan masih panjang
26
Korban pertama pedang Merah
27
Menyerbu ke markas Brajadara
28
Kedatangan kelompok bayangan kematian
29
Kebesaran hati Antasensa
30
Kembali ke kota
31
tiba di perguruan kemuning
32
Bermalam di perguruan Kemuning
33
Kedatangan Senapati Sabaruna
34
Pertarungan Sengit
35
Siapakah pencuri kitab Tapak dewa terbalik
36
Curiga
37
Kejutan untuk Perguruan Kemuning
38
motif tersembunyi
39
pencarian
40
ketua baru perguruan Kemuning
41
Kejutan di sumur tua
42
Menghadap Raja Rudayana
43
Mencari petunjuk
44
Siapakah gadis berpakaian biru muda itu?
45
menolong seorang gadis
46
Melawan teman sendiri
47
Saling adu kekuatan
48
Bermalam di hutan.
49
kedatangan tamu
50
kejutan di penginapan
51
pertarungan di malam buta.
52
Lolos dari pengejaran.
53
Terus menghindar
54
penemuan yang tak terduga
55
Jurus Tapak Bayangan
56
Unjuk kekuatan
57
Berlatih jurus tapak dewa pembalik laut
58
mencoba jurus baru
59
Perguruan Kemuning terus memburu Antasena
60
ke tempat kakek
61
Surogati vs Antasena
62
melanjutkan latihan
63
kedatangan Jalatunda
64
Kemarahan yang memuncak
65
menagih hutang nyawa.
66
perjalanan terus berlanjut
67
Firasat seorang guru
68
perguruan Pagar Ruyung
69
Pasukan ular naga hitam
70
pertarungan kembali pecah
71
bertanding dengan murid Mega merah
72
sebuah petunjuk
73
Bertemu dengan pasukan naga hitam
74
pertarungan sengit
75
perjalanan yang sia sia
76
pergerakan
77
penemuan yang mengejutkan
78
orang misterius
79
masalah terus datang
80
Api Dendam
81
mencari tahu
82
mencoba kekuatan
83
Orang-orang Semeru mengejar
84
Dalam pengejaran
85
Pertarungan pun tak terhindarkan
86
Pertarungan senja di hutan
87
siasat seorang senapati
88
persetujuan dari Raja Wangsadipa
89
Menuju ke pasir Kencana
90
Kejutan di kedai
91
Menjelang pertandingan antar pendekar
92
semua menuju ke Pasir Kencana
93
Berita mengejutkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!