Sejak kehadiran Antasena, hari-hari Ki Supa dan Nyai Damah menjadi lebih berwarna. Setiap hari, tidak henti-hentinya kedua orang tua itu bercanda dan bermain dengan bayi mungil itu. Kehadiran Antasena membawa kebahagiaan yang selama ini mereka idam-idamkan.
Ki Supa dan Nyai Damah sebenarnya sering mengeluh karena sudah dua puluh tahun menikah namun belum juga dikaruniai keturunan. Mereka kerap berpikir, bagaimana nasib mereka di masa tua nanti jika tidak memiliki anak. Siapa yang akan merawat mereka ketika sudah tua dan tidak berdaya? Itulah yang menjadi beban pikiran kedua orang tua itu.
Namun, tanpa disangka-sangka, jerit hati mereka didengar oleh Tuhan. Seorang bayi mungil yang lucu dan menggemaskan tiba-tiba hadir dalam kehidupan mereka. Kehadiran bayi itu mengubah total kehidupan Nyai Damah dan Ki Supa. Kini, rumah mereka dipenuhi dengan keceriaan, kebahagiaan, dan semangat baru.
"Kang, aku yakin anak itu bukanlah anak sembarangan. Lihatlah peti dan pernak-pernik yang ada bersamanya," ucap Nyai Damah pada suatu malam.
Ki Supa menarik napas panjang, sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding dekat jendela. "Saya pikir juga demikian, Nyai. Tapi, dengan kita menemukan anak itu, sepertinya Tuhan sudah berkehendak untuk memberikannya kepada kita. Siapapun orang tua bayi itu, kita tidak perlu terlalu memikirkannya. Karena dia sekarang sudah bersama kita, itu berarti dia sudah menjadi anak kita, Nyai," jelas Ki Supa.
"Kakang tidak salah berkata seperti itu. Namun, jika sudah dewasa nanti, kita perlu menceritakan semua kebenarannya, Kang. Kalau dia itu bukan anak kandung kita," ucap Nyai Damah.
"Itu sudah pasti, Nyai. Tapi sepertinya kita terlalu dini untuk membahas hal itu saat ini," ucap Ki Supa. Kemudian ia berdiri dan melangkah keluar.
"Kakang mau ke mana?" tanya Nyai Damah.
"Melanjutkan pekerjaanku yang sudah lama kutinggalkan, Nyai. Sekarang aku menjadi bersemangat kembali setelah ada Antasena," ucap Ki Supa.
"Jangan terlalu bersemangat, Kang. Jaga kesehatanmu," pesan Nyai Damah.
Namun, Ki Supa tidak menyahuti perkataan istrinya itu. Ia terus melangkah ke belakang menuju sebuah rumah kecil yang terletak sekitar lima puluh tombak dari rumah mereka.
Ki Supa berdiri mematung ketika sampai di depan rumah kecil yang terbuat dari bambu dan beratap ilalang. Meskipun rumah itu tampak tua, namun masih berdiri kokoh dan tidak lekang oleh waktu. Setelah merasa cukup puas memandangi rumah itu, Ki Supa membuka pintu dan masuk ke dalam.
Untuk menerangi ruangan, Ki Supa menyalakan tiga lampu yang terpasang di dinding rumah. Suasana di ruangan itu pun menjadi terang.
"Sudah lama sekali tempat ini tidak pernah kumasuki," gumam Ki Supa, seraya memandangi langit-langit ruangan yang dipenuhi sarang laba-laba.
Ki Supa kemudian membuka peti kayu yang sudah lama disimpannya. Peti itu berdebu karena terbengkalai sejak lama. Panjang peti itu sekitar sepuluh jengkal dengan lebar lima jengkal. Walaupun sudah lama ditinggalkan, peti itu masih dalam kondisi baik karena terbuat dari kayu yang tebal dan keras.
Dari dalam peti itu, Ki Supa mengeluarkan potongan-potongan besi berukuran lima jengkal yang berjumlah empat biji.
Ki Supa kemudian menyalakan perapian untuk menempa besi-besi itu. Sambil menunggu api membesar, Ki Supa membuka gulungan yang terbuat dari kulit rusa. Dalam gulungan itu terdapat gambar pedang yang akan dibuatnya—sebuah pedang berukuran sedang dengan gagang kuning keemasan berbentuk paruh elang.
"Setelah kehadiran Antasena, tidak ada alasan lagi bagiku untuk tidak menyelesaikan pedang ini," ucap Ki Supa.
Setelah melihat perapian membesar, Ki Supa mulai membakar besi sampai merah membara, kemudian menempanya. Traaaang....!!! Traaaang.....!!!! Traaaang....!!!!*
Suara besi berdentang memecah kesunyian malam yang sunyi, hingga terdengar jauh ke seluruh hutan.
Nyai Damah yang mendengar bunyi besi dipukul itu mengerti bahwa suaminya sedang membuat senjata yang dulu sempat dihentikan.
Sejak malam itu, Ki Supa mulai lagi membuat senjatanya yang dulu sempat dihentikan. Ia melanjutkan pembuatan senjata itu untuk bekal Antasena di masa mendatang. Ki Supa yakin bahwa anak yang ia temukan itu suatu hari nanti akan menggemparkan seantero jagat persilatan. Keyakinan itu muncul setelah ia melihat tanda-tanda alam beberapa waktu lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Judo Judo
lanjutkan bung
2025-02-09
0
Gak Tau
kereeeeeeen bikin senjata
2025-02-05
0
Wulan Sabila
maju terus
2024-12-05
1