"Kakak mu hanya terkejut gak bilang apa apa. Tapi mungkin nanti ibu bicara lagi. Takutnya iya itu uang pinjem bosnya, kasian Mila." Ujar Melati
######
Mila duduk di kursi dengan bermain ponselnya, ia sedang bertukar pesan dengan sahabatnya Nadia dan juga melihat kertas struk.
"Kamu ngapain!" Teriak Mila menutup matanya rapat rapat tak sengaja melihat Albian membuka jasnya. "Gak sopan ya. Kamu kira aku ini apa!" keluh Mila memutar tubuhnya.
Albian diam diam mengembangkan senyum begitu lebar, reaksi sang wanita itu membuatnya terkekeh.
"Malam itu kita telanjang loh, emang kamu gak ingat. Betapa kamu mengagumi tubuhku ini." Ujar Albian jail segera mendekati Mila lalu meniup belakang leher Mila.
Mila terkejut bukan Main tubuhnya meremang saat sang pria meniup belakang lehernya, segera menutup dengan satu tanganya.
"Jangan kurang ajar." Mila memutar Tubuhnya bertepatan dengan Albian yang masih menunduk
Duk
Mila memegang ujung kepalanya sembari mengusapnya yang terbentur dahi Albian begitu pun dengan Albian yang kesakitan akibat terkena benturan ujung kepala Mila.
"Dahimu keras sekali!"
"Kepala kamu keras sekali!"
Keduanya berucap bersamaan Albian mundur duduk di ranjang sedangkan Mila masih di tempat yang sama.
"Sebenarnya apa yang terjadi sih kenapa kamu begitu ngotot jika malam yang kamu katan itu aku?" tanya Mila sungguh ingin mengerti dan sekali gus penasaran.
Albian mendongak menatap sang wanita."Kamu benar benar lupa apa memang sengaja melupakan nya?"
Mila memutar matanya "Begini saja aku akan bercerita ya. Aku datang ke kota ini jika di hitung baru satu bulan lebih satu hari ini. kalo bertemu dengan kamu ya sore tadi. Dan sebelum sebenarnya pun kamu tidak pernah bertemu dengan mu. Paham sampai di sini?"
Albian masih menatap tak percaya dengan apa yang di katakan Wanita ini, satu bulan satu hari.
Mila melanjutkan ucapanya lagi ketika sang pria tidak mengatakan apa pun. Dan Mila tahu pasti pria ini ingin mendengar cita selanjutnya tanpa menyela."Dan selama satu bulan satu hari ini, aku tidak sempat keluyuran. Pagi berangkat kerja sore pulang lalu malamnya untuk tidur, begitu seterusnya. kapan aku melalui malam bersama mu?"
"Tanggal berapa kamu datang ke kota ini?Tanya Albian penasaran dan mungkin tebakannya benar.
" 25, nah ini kan 26 pas kan." Jawab Mila menyenderkan tubuhnya rasa kantuk mulai menyerang lagi. Di tambah hawa dingin Ac membuatnya sedikit menggigil.
"Kamu kedinginan?" tanya Albian melihat Mila menggosok tanganya.
Mila menjawab "Ya, sedikit." jujur saja menang dirinya sangat ke kedinginan
Albian beranjak lalu menyambar jasnya"Pakai ini. Agar tubuh mu tidak kedinginan." Albian menaruh jasnya di atas paha Mila. Setalah itu ia kembali duduk di tas ranjang, sambil mengambil remot Ac untuk mengurangi suhunya.
Mila memandang Jas sang pria yang berada di atas pahanya. Ragu apa ia harus mengenakan nya. Namun, suhu Ac sedikit berkurang tak sedingin tadi. "Bodo amat lah, dingin banget." Batin Mila lalu mengenakan Jas milik Albian.
Albian mengulum senyum samar saat melihat sang wanita mengenakan jas miliknya. "Tapi Aku yakin emang itu kamu. Tgl 25 itu aku kebetulan datang ke kota ini dan saat itu aku melihat seorang wanita yang sedang di rangkul seorang pria dan satu wanita. Aku menolongnya. Dan dan wanita itu emang kamu. Di dalam Video itu terekam dua orang itu. jika ingin melihatnya akan aku tunjukan." Albian segera mengambil laptopnya lalu membuat file mengeklik video
Mila berfikir keras juga merasa penasaran jadi ia mendekati Albian, Saat video itu mulai di putar Mila membulatkan matanya. Sosok itu seperti Rangga dan Nadia. Mila begitu fokus mengamati apa yang di lakukan sahabatnya.
Dadanya begitu sesak melihat dirinya akan di bawa pria buncit botak dan sahabatnya tersenyum gembira dan mendapatkan sebuah amplop begitu tebal dan Mila yakin itu isinya uang.
Saat beberapa menit Albian datang lekas merebut Mila dari pria buncit itu.
Mila melirik sekilas pria di sampingnya, yang ternyata begitu dekat dengannya.
"Kamu bisa gak terlalu dekat."ujar Mila sedikit gemetar.
Albian menaikan Alisnya "Kenapa, kamu masih mengelak dengan semua bukti ini!"
"Bukan itu tapi, aku gak nyaman saja."Ujar Mila lalu merebut laptop Albain ingin meliat seterusnya.
"Wanta ini begitu berani terhadap ku, sesuka hati." Albian membatin namun ia membiarkan saja. Ia lebih memilih merebahkan tubuhnya, sambil mengeluarkan ponselnya.
Usai Menonton hingga selesai Mila memejamkan matanya berusaha mentahan air matanya akan tumpah. Ternyata sahabatnya adalah musuh di dalam selimut. Jahat sekali meraka, kenapa dirinya begitu mempercayai sahabatnya ini.
Mila mendekati Albian yang berbaring sambil bermain ponsel, Mila menarik ujung kemeja yang di kenakan Albian "emm, boleh tidak aku minta tolong?"
Albian melirik sang wanita kemudian ia menaruh ponselnya di samping layar itu masih menyala, ia mengangguk ringan. lalu mengubah posisinya menjadi duduk.
Mila sedikit mundur "Aku tidak tau apa yang akan terjadi kemudian hari, aku rasa mereka akan melakukan itu lagi. Jika boleh apa kah kamu bersedia menolong ku?"
"Apa kamu percaya jika aku akan menolong mu di kemudian hari? Hem.." Albian memastikan nya sambil menaikan alisnya
Mila sebenarnya tidak berharap jika pria ini akan menolongnya lagi, tetapi hati kecilnya berharap jika pria ini suatu hari nanti akan menolongnya.
"Hanya sedikit, tapi aku tau kamu tidak sejahat mereka. Walau aku tau kamu sudah merusak ku! Tapi setidaknya aku tidak punya hutang budi terhadap mu. Namun aku tetap mengucapkan terima ksih. Telah menolong ku, setidaknya aku tidak terkena virus. Walau pun aku sendiri tidak terlalu yakin jika ini pertama bagi kamu." Manik mata Mila mengembun ingin rasanya menangis entah mengapa dirinya berakhir dengan berbuat zina, walau itu tanpa sadar.
"Ya Allah maafkan hamba mu ini yang penuh dosa. Ibu Maafkan putrimu ini yang tidak bisa menjaga diri dengan baik." Batin Mila. Tak terasa buliran bening keluar dari pelupuk matanya, rasanya tidak sanggup lagi untuk menahan nya.
Albian sedikit tersinggung mendengar kata kata merusak tapi ia akui memang benar dirinya sudah merusak wanita ini. Jika malam itu dirinya tidak di racuni obat sialan dirinya tak akan kelepasan. Di tambah lagi sang wanita begitu menggoda.
Melihat air mata wanitanya keluar Albian merasa sesak di dadanya. Bahkan ucapan yang sedikit menyinggung nya pun seakan menghilang di gantikan rasa sakit di hatinya. "Maaf, tanpa kamu minta aku kan menjaga mu." Albian membatin, ingin sekali mengusap air mata itu, tetapi ia tidak mampu mendekat.
"Jika memang ini pengalaman bagi ku apa kamu akan percaya penuh?"
Mila berusaha tegar, lalu mengusap air matanya dengan punggung tanganya. Mendengar perkataan Sang pria rasanya tidak ingin mempercayainya. "aku tidak tau!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments