03

Albian membiarkan wanita nya mengobrol dengan orang Tuanya lebih dulu. Dia akan menjelaskan nya nanti.

Mila melihat apa yang di katakan ibunya. Setelah sambungan telfon dengan ibunya telah terputus. Mila terbelalak nominal yang di kirim ke nomor rekening ibu nya. Lalu ia mengecek tasnya, uang gajinya masih di sana. Dan ada sebuah kertas struk kasir, penasaran ia pun mengeluarkan nya dengan tak sabar.

"Ayo turun sudah sampai." Albian mengajak wanita nya turun dari mobil. Mobil itu sudah berhenti di depan lobby.

Jadi Mila kembali memasukan kertas itu dan menutup tasnya, Ia turun matanya menatap, sekeliling bangunan menjulang tinggi itu terlihat sangat kokoh dan ini kali pertamanya Mila menginjakan kaki di tempat seperti ini. Terlihat sangat mewah dan megah tentunya.

Hotel bintang lima Di kota N

Mila begitu kagum melihat bangunan besar di hadapan nya.

"Eh,,Kenapa Anda membawa saya ke tempat seperti ini! Apa anda tidak ada kerjaan membawa orang asing seperti saya." Protes Mila sedikit mengikis jarak dari Albian. Ingin sekali rasanya pulang.

Albian tak menjawab protes sang wanita, ia malah mendekati lekas menangkap tangan Mila menggandengnya dengan lembut. Walau wanita itu memberontak memukul lengannya tetapi Albian tak melepaskan nya.

Wajah datar begitu ketara ketika berada di tempat umum seperti ini bahkan tak ada mimik wajah yang terlihat ramah sama sekali. Begitu dingin dan arogan.

Mila merinding berasa di tarik oleh setan, Jadi ia hanya pasrah saja. Dalam hati berkata"Ya allah apa dosa ku. kenapa aku bisa bertemu dengan orang seperti ini." Manik matanya terus memandang pergelangan tanganya yang hampir memerah. Sakit tentu saja, tetapi ia bahkan tak mampu berteriak atau sekedar meminta tolong.

"Ya, Fah. kau sudah mendapatkan nya!" Albian menjawab panggilan masuk dari Fahmi yang mengatakan jika dia sudah mendapatkan tempat tinggal baru untuknya.

"Ya Tuan, seperti apa yang ada inginkan. Besok bisa di tepati."

Fahmi anak magang yang cuek terhadap lingkungan kantor, dia bahkan tak menempatkan teman. Tak perduli anggapan teman kerjaan nya yang seperti kutub Utara dia hanya fokus bekerja.

Pertemuan dengan Albian itu saat Fahmi yang di tunjuk langsung dari kepala direktur untuk menyambut pewaris perusahan kala itu.

Dan pada saat itu Albian menunjuk Fahmi tanpa pikir panjang dan juga tanpa mengetes kinerja fahmi terlebih dahulu.

Albian melihat dari cara Fahmi menyambutnya begitu baik dan sangat profesional jadi ia menunjuk nya begitu saja, bahkan saat itu juga.

"Bagus, kau sudah menyiapkan ke keperluanku? dan lainya juga." Albian kembali bersuara

"Sudah beres semua Tuan." Fahmi Menjawab tanpa keraguan, jika tuanya memutuskan sesuatu ia harus melakukan lebih tanpa menunggu perintah lagi. Bukan berarti semuanya hanya beberapa hal saja.

Setelah lift terbuka Albian membawa Mila masuk kedalam Tempat tinggalnya.

"Kamu bisa duduk di sana. Jangan coba coba mau kabur!" Albian memperingati Sang wanita sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi Namun saat wanita itu berbicara Albian mengurungkannya.

"Ya, tapi tunggu dulu! Apa kah di sini ada mukena. Maksudku aku sudah melewatkan waktu sholat magrib." Cegah Mila saat pria itu akan masuk ke dalam kamar mandi. Tadinya ia hanya melihat seisi ruangan namun ia teringat jika hari sudah sore dan hampir petang. Di tambah lagi begitu banyak drama sedari tadi, dan begitu yakin ini sudah lewat sholat magrib.

Albian masih termenung di sana karen dirinya tidak pernah melakukan itu pada saat hampir petang.

"kamu denger gak sih apa yang aku katakan."

Ujar Mila mendekati Albian yang bengong ia juga menepuk lengan pria itu.

Albian sedikit tersentak apa yang di lakukan sang wanita, yang tiba tiba menepuk lengannya. Ada getaran listrik yang masuk, ketika sang wanita menyentuk kulitnya. Seperti malam itu, malam yang tak bisa ia lupakan.

"Masih saja bengong. Denger gak!" sentak Mila sangat Kesel saat Albian bengong seperti orang linglung.

"Di sini tidak ada. Hemm,, aku akan minta Dio membelikan untukmu. Barang apa tadi yang kau inginkan?" setelah menguasai dirinya lagi Albian pun berkata apa yang ingin di inginkan wanitanya.

"Emang disini tidak ada musola atau bisa pinjam gak usah beli. Lagi pula aku tidak punya uang untuk menggantikan nya nanti. Tadi aja aku sudah berhutang kepada mu. Bahkan gajiku tidak biasa menutup uang yang kamu kirimkan ke orang tau ku. " Ujar Mila panjang sedari tadi ia memikirkan nominal itu dan ia yakin jika uang itu adalah uang pria asing ini.

Albian mlongo apa yang di katakan wanita ini, perkataan pinjem itu tidak ada kamus di kehidupannya.

"Kamu kenapa sih? Ini hampir isya loh."Mila menepuk lengan Abian lagi, suguh kesal kenapa pria ini selalu bengong.

"Beli saja ya, jangan pikirkan soal uang."

"Terserah kau lah." ujar Mila kemudian ia mendorong Albian agar bergeser tidak menghalangi jalan ke dalam kamar mandi.

Albian menurut setelah itu ia menghubungi Dio lalu mengatakan apa yang di katakan wanita tadi. Untung saja Dio agama nya sama dengan Mila jadi tidak perlu menjelaskan panjang lebar.

"Pakean juga dan perlengkapan lainya. 5 menit!" ujar Albian menghampiri sambungan telfon tersebut.

"Hufff, belum mulai saja sudah ada penghalang." Keluh Albian lemas. Pria itu duduk di atas ranjang, pikirannya sedikit buntu. Agar bersatu dengan wanita ini tidak mudah. Walau dirinya mempunyai kekuatan pasti wanita ini tidak akan bisa di bujuk.

tok tok tok

ceklek

"Ini Tuan, barang yanga Anda inginkan." Ujar Dio setelah sang tuan Mudanya membuka pintu.

Dio menyerahkan paper bag yang di bawanya tadi, untung saja di depan gedung tersebut terdapat butik dan kebetulan butik itu tidak hanya menjual gaun tetapi berbagi mukena model lama dan juga baru. Jadi Dio tidak perlu lama mencari barang yang di inginkan tuannya.

Albian membawa paper bag tersebut menaruhnya di atas ranjang setelah menutup pintu

Bersamaan dengan Mila yang keluar dari kamar mandi.

"Ini Barang kamu inginkan, semuanya untuk kamu." Ujar Albian mengulurkan paper bag tersebut tetapi Mila hanya melihatnya. Tak ingin menerimanya takut bersentuhan dengan sang pria.

"Maaf tapi bisa taruh saja. Aku sudah ambil air wudhu nanti batal. Sebelumnya terima kasih." Ujar Mila mau bagaimana pun ia harus jujur.

Albian tak memusingkan itu ia menaruh paper bag itu segera berlalu. Dan sebenarnya ia sudah menahan buang air kecil sedari tadi.

Mila segera melakukan kewajibannya.

#####

Di rumah petak sederhana milik orang tua Mila

"Mik, apa mungkin Mila pinjem ke bosnya ya. Masa ia gajih nya besar sekali." Ujar Melati masih tak percaya kenapa putrinya mengirim uang terlalu banyak menurutnya.

"Emang tadi kakak bilang apa ke ibu?" Miko malah balik tanya.

"Kakak mu hanya terkejut gak bilang apa apa. Tapi mungkin nanti ibu bicara lagi. Takutnya iya itu uang pinjem bosnya, kasian Mila." Ujar Melati

.

.

.

H

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!