Si pemaksa

"Percuma saja ngomong sama Anda gak bakal ngerti juga." Ujar Mila sebel, pandanganya menatap luar dari balik kaca mobil. Tubuhnya ia miring kan membelakangi Albian yang masih saja menatap Mila dengan dahi berkerut.

Albian mencoba memahami "Baik lah, biasanya kau kirim lewat apa?"

"Alfamart." Jawab Mila singkat masih di posisi yang sama, tak ingin melihat pria di sampingnya.

Dio masuk setelah urusan dengan orang orang sudah selesai.

Albian lekas memerintah Dio "Cari Alfamart terdekat Dio."

" Baik Tuan. " Setelah itu Dio menghidupkan mesin mobil nya lalu mobil itu berjalan.

Hanya 2 menit saja Dio menemukan Alfamart yang di katakan Albian tadi.

"Ayo turun." Albian menoleh kesamping ternyata wanita di sampingnya tertidur begitu pulas, jadi benar wanita ini benar benar lelah. Albian menghembuskan nafasnya tidak tau harus berbuat apa, rasanya tak tega jika harus membangunkannya tetapi tidak tidak di bangunkan, dirinya tidak tau berapa nominal yang harus di kirim. Albian merasa bimbang kali ini.

"Tuan bagaimana? Jadi turun tidak?" Dio melihat keraguan dari tuanya dia lekas bertanya.

"Hemm, wanita ini tidur. Biar aku mencari petunjuk terlebih dahulu." Albian dengan pelan mendekati sang wanita lalu mengulurkan tanganya mengambil tas wanitanya yang berada di paha wanita itu.

Setelah itu ia membuka dan mencari sesuatu lalu mengambil ponsel tersebut. Ponsel itu sudah tak layak lagi bagi Albian, banyak retak di bagian pinggir dan juga di tengah. Albian mengerutkan dahi "sudah jelek masih saja di pakai." Gumamnya

Albian melirik wajah Mila yang tertidur begitu damai, terlihat sangat tenang seperti seekor kucing kecil yang mengemaskan.

Ponsel Mila lebih mudah di buka karena wanita itu tidak mengunci layarnya. Lagi pula ponselnya sudah jelek siapa yang mau pikirnya.

Albian membuka aplikasi wa satu persatu jatuh satu nama Yaitu Miko dan pesan itu seperti percakapan antara adik dan kakak.

Albian terus menggulir percakapan itu membacanya dari awal sampai akhir, dan mendapatkan nomor rekening.

"Dio aku keluar, jangan sampai dia kabur. Bila perlu kunci kembali mobilnya." ujar Albian sebelum memutuskan turun dari mobil.

Albian menuju Alfamart membawa ponsel wanitanya dan juga mengeluarkan dompetnya. Pria itu sama sekali tak merasa malu dengan membawa ponsel jelek seperti itu. Padahal banyak pasang mata yang memandangnya.

Albian dengan sabar ikut mengantri, mau bagaimana pun ia tau tidak boleh mendahului orang lain.

Setelah giliran nya Albian menyodorkan ponsel itu ke kasir lalu membuka dompetnya yang terlihat banyak sekali kartu dan juga uang berwarna merah di sana. "Krim 5 juta ke nomor itu." Albian meletakan kartu hitam miliknya.

Tadinya kasir itu sedikit meremehkan Albian tetapi setelah melihat kartu yang di keluarkan dia merasa gemetar.

"Ba...baik Tuan. Trima kasih sudah mampir di toko kami." ujar kasir itu ramah dengan gugup.

Albian tak merespon wanita itu, dia lekas mengambil ponsel wanitanya dan kartunya juga kertas struk tersebut.

Ponsel di genggamannya bergetar tanda pesan masuk

(Mil kamu ada di mana sih. Ko gak ada di rumah ) Pesan itu dari Nadia.

Setelah membaca Albian tak menjawab. Dia lekas menutup kembali ponsel sang wanita. Albian sedikit berfikir jika wanita ini di kirim ke tempat tinggalnya. Dirinya tak bisa mendapat wanita ini lagi lalu ia harus membawanya kemana. Sedangkan dirinya tinggal di hotel.

Albian merogoh ponselnya yang berada di saku celana, lalu menghubungi Fahmi.

"Fah, Kau carikan aku tempat tingal sekarang juga. Apartemen."

"Apa tuan akan tinggal di kota ini?" Fahmi malah balik bertanya.

"Ya, untuk sementara waktu. cepat!" Albian tak mengelak.

Albian kembali memasukan ponselnya setelah sambungan itu sudah berakhir.

"Dio, kembali." Printah Albian setelah masuk ke dalam mobil. Wanita itu sudah menganti posisinya.

Sebelum menyimpan kembali ponsel sang wanita, Albian mengambil foto bil tersebut sebagai tanda bukti jika uang itu sudah di kirim. lalu mengirim ke atas nama Miko. Walau Albian tidak pernah melakukan itu tetapi ia sedikit faham, Karena Fahmi dan beberapa anak buahnya juga melakukan itu.

( mbak, banyak sekali uang yang mbak kirim. Apa ini tidak berlebihan.) Miko lekas membalas pesan yang di terima dari sang kakak. Nominal yang dikirim membuat miko terkejut, apa kah gajih kakanya itu besar sekali.

Di tempat kelahiran Mila yaitu Kota Y.

Dua orang berbeda kelamin dan juga usia mereka sedang menonton acara televisi pada sore hari. Sambil menunggu Azan Magrib, Miko sesekali bermain ponselnya.

"Mik, mbak mu ko belum ngabarin seharian ini. Apa dia baik baik saja?" tanya Melati ibu Mila dan Miko.

Ting satu pesan masuk dari sang kakak hanya foto hasil kertas srtuk. Tapi Miko begitu terkejut dengan nominal yang tertera.

"Mik,, kamu dengerin ibu tidak!" Melati kembali bersuara ketika tak di sahut ti oleh sang putra.

"eh,, iya bu. Miko denger ko. Gak ada hanya saja mbak krim uang sebesar Lima juta." Miko memperlihatkan ponselnya ke ibunya. Melati melihat itu menghitung nol nya.

"Ko banyak sekali Mik. Coba kamu hubungi biar ibu berbicara dengan nya." Melati merasa mempunyai firasat buruk, tentang putrinya itu.

Miko lekas menuruti apa yang di katakan ibunya, dia menekan ikon panggil.

Mila merogoh ponselnya dari dalam tas, dengan manik mata yang masih tertutup."Hallo, asalamualikum. Emmm hoam."

"Waalikum salam. Mbak ibu katanya mau ngobrol." Ujar Miko di sebrang sana.

Deg

Mila merasa jantungnya mau lepas, apa yang terjadi. Sepertinya sang ibu akan berbicara serius terlebih lagi uangnya belum di kirim. Pasti ibunya itu sedang ke bingungan.

Saat manik matanya terbuka hal yang pertama di lihat, wajah pria yang sangat menyebalkan tepat di sampingnya. Dengan wajah datar namun manik mata biru itu seakan menebus ke jantung nya.

"Eh,," Mila spontan mundur hingga belang kepalanya terbentur "Aduh, settt,,, sakit sekali." Keluh bercampur desahan kesal Mila sambil mengusap belakang kepalanya

Albian mengulurkan tanganya akan membantu tetapi Mila menghindar.

"Mil kamu baik baik saja kan Nak?" tanya Melati terdengar khawatir, mendengar putrinya sepertinya sedang merasa kesakitan. Dan ia juga mendengar benturan.

"Ah,,, aku baik baim saja bu. Tadi kepalaku terbentur tapi gak pa pa ko." Mila tak ingin ibunya menghawatirkan nya jadi ia lekas menjawab. "Bu maaf aku tadi tidak semp,,,,,"ucapan Mila menggantung di udara

"Nak kamu mengirim uang begitu banyak, apa gajih mu itu besar?" tanya Melati.

"Hah, sebentar. Maksud ibu apa? Coba katakan lagi bu?" Mila kembali bertanya ingin mendengar ulang ibunya mengatakan jika dirinya sudah mengirim uang. Mila melirik sekilat dengan pria di sampingnya.

Albian membiarkan wanita nya mengobrol dengan orang tuanya lebih dulu. Dia akan menjelaskan nya nanti.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!