Hutang Nyawa

Kehidupan adalah alur panjang yang berkelok. Kadang mulus, kadang terjal, kadang menukik. Ada kesedihan dan kebahagiaan. Semua silih berganti. Hal-hal tertentu di luar kendali. Keinginan yang tak sesuai kenyataan. Kekecewaan adalah sisi lain dari keberhasilan yang pupus.

Liu Lian membuka matanya perlahan. Pandangannya masih kabur. Dia berusaha mengedipkan matanya. Memperoleh kejelasan dari apa yang dilihat di sekitarnya. Lebih tepatnya lagi memperoleh kesadaran penuh. Mengenali di mana dia berada sekarang.

Ruangan berwarna putih. Selang infus yang terpasang. Bau obat yang khas. Liu Lian mengenali tempatnya berada. Bangsal rumah sakit.

Aku masih hidup. Kematian masih menolakku . Tetapi, siapa yang menolongku? Batin Liu Lian.

Ada nyeri yang sangat terasa di dada Liu Lian. Tubuhnya juga terasa berat untuk digerakkan. Kepalanya masih terasa pusing. Saat dia merabanya, dia tahu ada perban yang membalut kepalanya. Pandangannya menyapu sekeliling. Tak ada orang lain di ruangan itu.

Liu Lian kembali mengingat peristiwa yang dia alami. Dia dikejar oleh tiga orang suruhan tua bangka hidung belang, Cong He. Dia juga ingat bahwa dia meminta pada Tuhan agar dikirimkan malaikat atau iblis untuk menolongnya. Tidak peduli siapa yang datang, asal bisa menyelamatkannya dari kejaran anak buah Cong He, maka dia akan setia mengikuti orang tersebut.

Ingatan Liu Lian kemudian sampai pada saat dia tertembak dan juga tertabrak mobil. Dia berpikir bahwa dirinya sudah mati saat kehilangan kesadaran. Tepati, ternyata dia masih selamat. Ini adalah keajaiban baginya. Dia berharap dapat segera bertemu dengan orang yang menyelamatkannya.

Pada saat yang bersamaan, pintu kamar Liu Lian terbuka. Seseorang masuk. Liu Lian mamalingkan pandangan ke arah orang tersebut. Seorang dengan penampilan rapi. Usianya mungkin sekitar 50 tahunan.

Apa dia yang menyelamatkanku? Pertanyaan yang muncul dalam pikiran Liu Lian.

"Anda sudah sadar, Nona? Akan saya panggilkan dokter untuk memeriksa Anda." Paman Wu memencet tombol di dekat tempat tidur pasien. Lalu meminta dokter untuk datang memeriksa.

"Apakah Anda yang menyelamatkan saya, Tuan?" tanya Liu Lian.

"Bukan saya, Nona. Tetapi Tuan Muda saya yang menolong Anda."

"Apa saya bisa bertemu dengannya?"

"Tentu saja, nanti Tuan Muda pasti akan kemari."

"Permisi, apakah pasiennya sudah siuman?" tanya dokter Wang yang datang bersama seorang perawat.

"Periksalah dengan baik, dokter Wang," ucap Paman Wu.

"Tentu, Tuan Wu .... Bagaimana perasaan Anda, Nona?" tanya dokter Wang sambil memeriksa Liu Lian.

"Saya kira, saya orang yang beruntung bisa selamat dari insiden itu," ucap Liu Lian.

"Anda benar, Nona. Sebuah keajaiban Anda bisa bertahan. Apa Anda bisa memberitahu nama Anda?" tanya dokter Wang lagi.

"Liu Lian."

"Baiklah, Nona Liu. Anda tidak boleh terlalu banyak bergerak dulu. Luka di dada Anda bisa mengeluarkan darah lagi jika Anda terlalu banyak bergerak," jelas dokter Wang.

"Saya mengerti, dokter."

"Kepala Anda pasti juga masih terasa pusing. Perawat akan memberikan beberapa obat. Anda harus meminumnya secara teratur."

Liu Lian hanya memberi isyarat sebagai penanda untuk meng-iya-kan perintah dokter. Dia masih merasa lemah untuk banyak bicara.

"Tuan Wu, Nona Liu butuh banyak istirahat agar cepat pulih. Kami akan melakukan pemeriksaan berkala untuk memastikan tidak ada masalah dengan lukanya."

"Anda pasti mengerti apa yang harus Anda dan tim medis Anda lakukan. Peringatan dari Tuan Muda Li tentu Anda masih mengingatnya, bukan?"

"Tuan Wu, Anda tidak perlu cemas. Kami masih menyayangi nyawa kami. Jika tidak ada hal lain, kami permisi dulu." Dokter Wang pamit undur diri.

Paman Wu hanya mengibaskan tangan. Pertanda dokter Wang dan perawatnya boleh pergi. Dokter Wang sendiri langsung bernafas lega setelah meninggalkan kamar pasien. Meski Tuan Muda Li tidak hadir dalam ruangan itu, tetapi keberadaan Tuan Wu sudah cukup membuatnya terintimidasi.

Siapapun pasti tahu, Tuan Wu adalah tangan kanan Tuan Muda Li yang sangat setia. Kata-kata yang keluar dari mulut Tuan Wu sama halnya dengan kepanjangan lidah dari Tuan Muda Li. Apapun itu, harus dipatuhi. Membantahnya sama dengan menentang Tuan Muda Li. Akibatnya tentu akan sangat buruk.

"Nona Liu, Anda sudah mendengar penjelasan dari dokter. Silahkan Anda beristirahat dengan baik. Sebentar lagi Tuan Muda akan tiba di sini." Paman Wu memberi tahu Liu Lian.

"Tuan, apa Anda bisa memberitahuku siapa sebenarnya Tuan Muda, Anda?" Liu Lian penasaran.

"Dia adalah Jonathan Li. Saya harap Anda mengerti bagaimana harus bersikap kepada orang yang telah menyelamatkan nyawa Anda," kata-kata Paman Wu terdengar sebagai ancaman sekaligus tanda bahaya bagi Liu Lian.

Jonathan Li, namanya tidak asing. Apakah dia adalah Tuan Muda Li yang terkenal dingin dan kejam itu? Tadi, dokter yang memeriksaku juga tampak takut padanya. Jika benar dia adalah Tuan Muda Li, mungkin hidupku juga tidak akan mudah. Batin Liu Lian.

"Tuan Muda ... Anda sudah datang?"

"Heeemm ..." jawab Jonathan Li tanpa membuka mulut. "Kau sudah sadar?" tanya Jonathan Li dengan dingin.

"Iya, Tuan Muda. Terima kasih telah menolong saya." Liu Lian berusaha bicara dengan jelas dan baik. Dia mengenali orang yang baru tiba. Orang yang telah menolongnya benar-benar Jonathan Li.

"Jaga nyawamu baik-baik. Mulai saat ini, nyawamu adalah milikku. Hanya aku yang boleh mengambil nyawamu!" tukas Jonathan. Pandangannya memicing seolah membekukan Liu Lian yang masih terkapar lemas.

"Apa maksud Anda, Tuan Li?" Liu Lian masih bingung.

"Dalam tubuhmu telah mengalir darahku yang berharga. Kau pikir dengan apa kau bisa menebus semua itu? Kau hanya memiliki nyawamu. Jadi, seumur hidupmu adalah milikku. Kau bisa bernafas atau tidak, itu dibawah kendaliku!"

Liu Lian terdiam. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya kelak. Dia hanya tahu bahwa hidupnya tidaklah aman. Semua rumor yang beredar mengatakan bahwa Jonathan Li adalah orang yang kejam. Kini dia membuktikan sendiri rumor tersebut.

"Tentu, Tuan Li. Saya bukan orang yang tidak tahu berterima kasih. Saya akan melakukan apapun yang Anda minta sebagai balas budi atas kemurahan hati Anda yang telah menyelamatkan saya."

Liu Lian tidak mempunyai pilihan. Dia hanyalah debu. Melawan Jonathan adalah kemustahilan. Cong He bahkan bukan apa-apa jika dibandingkan kekuasaan Jonathan Li. Lagi pula dia telah berjanji pada dirinya sendiri. Siapaun yang menolongnya, entah malaikat atau iblis, dia akan mengabdikan diri pada orang tersebut.

"Bagus jika kau tahu diri!" ucap Jonathan tanpa melihat Liu Lian. Kakinya sudah melangkah menuju ke luar ruangan tempat Liu Lian dirawat.

"Silahkan beristirahat, Nona. Saya permisi." ucap Paman Wu lalu beranjak mengikuti langkah Jonathan.

"Maaf, siapa nama Anda?" tanya Liu Lian.

"Anda bisa memanggil saya Paman Wu," jawab Paman Wu yang sudah berada di ambang pintu. Dia lalu menutup pintunya dengan pelan setelah menyebutkan nama.

"Apa data tentang gadis itu sudah didapatkan?" tanya Jonathan pada Paman Wu di luar ruang rawat Liu Lian.

"Sudah, Tuan Muda. Namanya Liu Lian. Semua informasi tentang Nona Liu sudah dikirim ke akun e-mail Anda."

Lian ... arti namanya bahkan serupa dengan Xia. Apa hubungan Liu Lian dengan Wen Xia? Mengapa mereka begitu mirip? Pertanyaan yang berkeliaran dalam benak Jonathan Li.

Jonathan membuka e-mail nya dan melihat data Liu Lian. Seorang gadis dari keluarga Liu yang tidak pernah diharapkan kehadirannya. Anak haram dari hasil perselingkuhan Tuan Liu dengan seorang wanita bernama Jiang Mei. Liu Lian hidup bersama keluarga Liu sejak ibunya meninggal. Usia Liu Lian ketika itu baru 7 tahun. Sebagai anak haram, tidak ada yang memperlakukan Liu Lian dengan baik dalam keluarga. Selain itu, dia dijadikan gadis penebus hutang keluarga yang menumpuk pada seorang rentenir bernama Cing He.

"Jadi, kemarin malam dia sedang dikejar anak buah Cong He?" tanya Jonathan Li.

"Benar, Tuan Muda. Saat ini Tuan Cong juga mengerahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Nona Liu dan pelaku yang membunuh anak buahnya kemarin," papar Paman Wu.

"Suruh orang perketat penjagaan kamar gadis itu. Selidiki juga latar belakang ibu gadis itu. Tentang Cong He, biarkan saja dulu."

"Baik, Tuan Muda. Maaf ... apakah Tuan Muda berpikir ..." Paman Wu tampak ragu dengan kalimat yang ingin dia lontarkan.

"Katakan saja!"

"Maksud saya Nona Liu, dia sangat mirip dengan ...."

"Dia bukan Wen Xia!" potong Jonathan Li.

"Saya mengerti, Tuan. Maaf atas kelancagan saya."

Jika bukan karena Nona Liu mirip dengan Nona Wen, tidak mungkin Tuan Muda sampai bersedia mendonorkan darahnya dan melindungi wanita itu. Selain itu, tujuan Tuan Muda menyelidiki latar belakang Nyonya Jiang, tentu untuk mencari jejak hubungannya dengan Nona Wen. Batin Paman Wu menerka maksud tersembunyi dari perintah Jonathan Li.

Terpopuler

Comments

dewi syah

dewi syah

mungkin kembar ya thor

2021-07-10

0

Allyn wibawa

Allyn wibawa

seru😍😍😍

2020-12-06

1

Divia Rilis Arunika

Divia Rilis Arunika

karakrer jonathan kuat sekali dengan istilah..pria dingin dan kaku

2020-12-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!