Keesokan harinya, Mayra kembali berjalan ke butik yang kemarin ia datangi. Sesampainya di sana pegawai toko meminta maaf karena salah memberikan gaunnya. Mayra pun tak mempermasalahkannya.
Mayra lalu pergi ke kantor suaminya, setibanya ia pun dipersilahkan masuk ke ruangan Rayyan untuk pertama kalinya sejak mereka menikah.
Mayra cukup takjub melihat ruangan kerja Rayyan yang begitu luas. Tak beberapa lama berada di tempat itu, Rayyan muncul bersama seorang wanita cantik sembari bergandengan tangan.
Mayra yang duduk lantas berdiri dan berucap lirih, "Mas Rayyan!"
"Di mana gaunku?" tanya wanita bernama Intan, 28 tahun.
"Cepat berikan gaun itu kepadanya!" perintah Rayyan yang tatapannya ke arah Mayra.
Dengan langkah pelan Mayra menghampiri sepasang kekasih itu lalu menyodorkan paper bag.
Rayyan mengambil paper bag secara kasar dari tangan istrinya kemudian memberikannya kepada Intan.
"Apa sekarang aku boleh pulang, Mas?" Mayra meminta izin, ia tak mau berlama-lama di ruangan kerja suaminya apalagi melihat pemandangan yang sangat begitu menyesakkan dada.
"Tidak!" tolak Rayyan.
"Aku sudah mengantarkan gaun itu dan memberikannya kepadamu, jadi untuk apa lagi aku di sini," ucap Mayra.
"Masih ada tugas lagi untukmu," kata Rayyan.
"Tugas?" Mayra mengerutkan keningnya.
"Ya, tugasmu di sini adalah menyediakan minuman dan makanan untuk kami. Kebetulan kami berdua mau makan siang," kata Intan.
"Aku bukan pelayan kalian!" tegas Mayra menolak permintaan kekasih suaminya.
Rayyan yang kesal, menggenggam lengan tangan Mayra dengan kuat. "Jangan berani menolak!"
"Mas, kalian bisa makan di restoran!" ucap Mayra menahan sakit.
"Aku hanya ingin kamu melayani kami!" kata Rayyan sembari menatap penuh kebencian.
Mayra yang tak dapat menolak akhirnya mengiyakan permintaan suami dan kekasihnya.
"Pergi ke lantai bawah menggunakan tangga, ambil pesanan kami dari kurir makanan yang sudah menunggu!" titah Rayyan.
"Baik, Mas!" ucap Mayra terpaksa.
Rayyan melepaskan genggamannya dan Mayra keluar ruangan melaksanakan tugasnya.
"Kenapa kamu tidak bercerai saja darinya?" tanya Intan.
"Jangan mengaturku!" jawab Rayyan dengan nada dingin.
Intan pun terdiam, ia tidak dapat berkata apa-apa lagi.
Selang 15 menit kemudian, Mayra datang membawa 2 kotak makanan ia lalu meletakkannya di meja.
"Apa aku sudah boleh pulang?" tanya Mayra meminta izin kembali.
"Duduklah!" jawab Rayyan tanpa menatap.
Mayra pun lantas duduk berhadapan dengan Rayyan dan Intan.
"Apa sebelum ke sini kamu sudah makan?" tanya Rayyan mengangkat wajahnya menatap istrinya.
"Sudah," jawab Mayra.
"Baiklah kalau begitu, kamu temani kami makan," ucap Rayyan.
"Ray, kenapa dia...." Intan ingin protes namun ucapannya terhenti kala telapak tangan Rayyan terangkat.
"Ayo makan!" Rayyan menatap Intan dan mempersilakan mencicipi makanan yang sudah dipesan.
Intan yang tidak menyukai Mayra ada di dekat Rayyan dengan wajah cemberut dan kesal membuka kotak nasinya.
Mayra yang duduk dihadapan sepasang kekasih itu hanya menelan salivanya. Dirinya memang sudah sarapan saat mengambil gaun tersebut namun sekarang waktunya jam makan siang dan perutnya juga mulai bergejolak.
"Sayang, kamu mau coba makanan aku!" Intan menyodorkan sendok berisi daging ke arah mulut Rayyan sembari matanya melirik Mayra.
"Makanan kita sama," ucap Rayyan sambil mengunyah.
Intan yang kesal memilih mengarahkan sendok berisi makanan itu ke mulutnya sendiri, sedangkan Mayra melihat pemandangan dihadapannya hanya mengulum senyum.
"Nanti malam aku akan tidur di rumah," kata Rayyan tanpa menatap membuat Mayra melengkung bibirnya tanda bahagia.
"Ray, kamu bilang tidak mencintainya!" Intan dengan cepat protes. "Kenapa harus tidur di rumah?" lanjutnya bertanya.
"Apa kamu bisa diam?" Rayyan kembali menunjukkan ekspresi wajah dinginnya.
Intan pun terdiam.
"Benarkah? Mas Rayyan ingin aku masakkan apa?" tanya Mayra begitu antusias.
"Jangan menganggap seperti istri sungguhan!" jawab Rayyan menyindir.
"Maaf!" Mayra lantas menunjukkan wajahnya.
Intan melihat Mayra mendapatkan perlakuan sama seperti dirinya lalu berkata, "Sampai kapanpun kamu takkan pernah ada dihatinya Rayyan."
Selesai Rayyan dan Intan menikmati makan siang, Mayra diizinkan pulang namun kali ini tak berjalan kaki melainkan diantar sopir kantor.
-
Malam harinya, Rayyan memenuhi janjinya. Ia datang tepat pukul 9 malam. Mayra yang mendengar suara deru mobil begitu semangat membuka pintu. Dengan sengaja Mayra memakai gaun tidur tipis agar Rayyan tergoda.
Rayyan memasuki rumah dan melihat penampilan Mayra yang begitu seksi. Namun, ia berusaha menahan diri biar tak terjebak rencana Mayra.
"Aku sama sekali tidak tertarik, kamu begitu seperti wanita murahan!" ucap Rayyan kemudian melangkah menuju kamarnya.
"Mas Rayyan ingin aku buatkan kopi atau teh?" tawar Mayra yang berusaha menjinakkan hati suaminya dengan menyusul langkah kaki Rayyan.
Rayyan berhenti lalu membalikkan badannya membuat Mayra menubruk dada suaminya sehingga terjatuh.
"Seberapa besar kamu mencoba meluluhkan hatiku, aku takkan pernah mencintaimu. Jadi, berhentilah menjadi wanita bodoh!" kata Rayyan dengan nada dingin.
"Jika memang begitu, kenapa masih mempertahankan aku?" tanya Mayra dengan lantang, ia bangkit dan berdiri.
Rayyan yang kesal, mencengkram lengan Mayra dengan kuat, "Sudah berapa kali aku katakan, aku tidak akan pernah menceraikan kamu!"
"Sakit, Mas!" rintih Mayra.
Rayyan melepaskan cengkeramannya dan mendorong tubuh Mayra sehingga kembali terjatuh. "Sekali lagi kamu bertanya seperti tadi, maka aku takkan segan menyakitimu dan ibumu!"
"Jangan pernah sakiti ibuku!" ucap Mayra menggelengkan kepalanya berharap suaminya takkan melakukannya.
"Jika kamu mau mengikuti permainanku maka kamu dan ibumu aman!" ujar Rayyan.
"Baiklah, aku janji tidak akan berkata itu lagi!" ucap Mayra kembali bangkit meskipun tubuhnya sakit.
"Aku ingin beristirahat, kembalilah ke kamarmu!" titah Rayyan.
Mayra mengangguk mengiyakan.
"Besok pagi kedua orang tuaku dan Oma Salsa akan datang berkunjung, aku berharap kamu tidak bicara apapun mengenai hubungan kita," ucap Rayyan.
"Jadi aku harus menjawab apa jika mereka bertanya mengenai hubungan kita?" tanya Mayra agar esok harinya dia tak salah bicara.
"Kamu hanya perlu katakan jika hubungan kita baik-baik saja," jawab Rayyan.
"Baiklah, aku akan mengikuti permainan Mas Rayyan," janji Mayra.
"Jika kamu salah bicara dan membuat Oma Salsa curiga maka kamu harus siap mendapatkan hukuman dariku!" kata Rayyan dengan tegas.
"Tenang saja, aku tidak akan salah bicara. Oma Salsa juga pasti percaya dengan omongan ku," ucap Mayra.
"Aku pegang ucapanmu, jika tidak maka bersiaplah mendapatkan hukuman dariku!" ancam Rayyan.
Mayra yang sebenarnya takut mencoba tersenyum mengiyakan.
Rayyan pun membalikkan badannya dan melangkah masuk ke kamarnya begitu juga Mayra.
Di kamar Rayyan duduk sembari mengepalkan kedua tangannya, ia ingin sekali melepaskan Mayra namun ia tidak mau perusahaan yang sudah dikembangkannya harus menjadi milik Mayra. "Aku akan membuat Oma Salsa membencimu Mayra Miranda!" gumamnya geram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments