POV Bintang
Aku berjalan dengan gontai menuju rumahku.Entah mengapa aku begitu kesal kepada artis sok keren itu.Padahal dia sudah berbaik hati untuk menyimpan ponselku dan mengembalikannya kepadaku.
Tidak...Bukan aku kesal pada apa yang dilakukan oleh Langit.Tepatnya aku kesal karena aku menyebut nama seseorang yang paling aku benci saat ini.Ya....aku kesal karena Langit membuat aku menyebut mama.
Aku sangat membenci mama.Meskipun begitu,aku tetap menyebut namanya saat aku tengah ketakutan.
"Brakk...!!"
Aku membuka pintu rumah dengan cukup keras sehingga menimbulkan suara.Setelahnya aku segera berjalan masuk menuju lantai dua,letak kamarku berada.
"Bintang...kamu dari mana...??Kok baru pulang...??"tanya tante Ana yang sedang bersantai sambil menonton televisi di ruang tengah.
"Dari jalan-jalan bentar tan...."jawabku berbohong.
"Oh iya...kamu udah makan belum...??Makanan tante siapin di meja makan ya....!!"ucap tante Ana lagi.
Akupun hanya mengangguk lalu melanjutkan langkah menuju kamarku.
"Oh iya Bintang...Mama kamu telfon kan...??Diangkat ya...!!Ato kalo mau,kamu telfon balik ya....!!Mama kamu khawatir sama kamu....."ucap tante Ana lagi saat aku baru berjalan beberapa langkah.
"Iya tante..."jawabku singkat.Aku lalu benar-benar meninggalkan tante Ana dan masuk ke dalam kamarku.
Aku berencana untuk mengisi daya ponselku,namun rupanya Langit telah mengisikan daya ponselku hingga penuh.Rupanya pria itu tak terlalu buruk.
Alu lalu menggeser layar ponselku untuk membuka file musik dan mengabaikan permintaan tante Ana untuk menelfon balik mama.
Aku mengerutkan keningku karena melihat ada beberapa lagu di file musikku.Padahal aku hanya menyimpan satu lagu papa saja di file musikku.Karena penasaran,aku mencoba memutar salah satu lagu itu.Rupanya itu adalah lagu-lagu artis sok keren itu.
"Huh...dasar narsis...!!"gumamku.
Aku bersiap menekan tombol untuk menghapus lagu itu.Tapi aku mengurungkan niatku.Mungkin tak ada salahnya jika aku mencoba mendengarkan lagu si artis narsis itu,begitu pikirku.
Akupun mendengarkan lagu milik Langit.Rupanya lagu-lagu pria itu lumayan enak didengar.Aku terus mendengarkan lagu-lagu itu hingga akhirnya aku menguap dan lama kelamaan akupun mulai terlelap.
.
.
.
_Keesokan Pagi,di Sekolah
Langit dan Bintang tampak duduk di tempat duduknya masing-masing.Keduanya tampak tak saling bicara.Mereka sibuk mengutak atik benda pipih milik mereka masing-masing.Para siswa yang lain pun juga tampak sibuk sendiri di tempat duduknya masing-masing.
"Drrrrrtt....."
Posel milik Bintang bergetar menandakan ada sebuah panggilan yang masuk.Namun Bintang hanya memandangi ponselnya tanpa berniat untuk menjawab panggilan itu sehingga panggilan berakhir dengan sendirinya.
"Drrrtt...."
Lagi-lagi ponsel Bintang bergetar.Panggilan masuk itu lagi-lagi menampilkan nama mama.Bintang masih sama dengan pendiriannya hingga akhirnya ponsel itu berhenti bergetar dengan sendirinya.
Bintang kemudian menggulir layar ke riwayat panggilan.Dia berniat untuk menghapus catatan panggilan tak terjawab dari ibunya.Namun,tiba-tiba tangannya berhenti bergerak.Keningnya tampak berkerut karena sedang memikirkan sesuatu.
Sementara itu,Langit tampak mencuri pandang ke arah Bintang dengan wajah khawatir.Pria itu takut Bintang akan marah saat mengetahui bahwa dia sempat menjawab panggilan dari ibunya.Dan benar saja,saat ini Bintang memalingkan wajahnya ke arah Langit dengan tatapan marah.
"Siapa yang nyuruh lo ngangkat telfon gue...??"tanya Bintang setengah berbisik.Gadis itu berusaha agar siswa yang lain tidak mendengarnya.
"Hei...tenang...!!Lo harusnya gak ngediemin nyokap lo kayak gitu...."jawab Langit dengan wajah gugup.Dia mencoba meredam amarah Bintang dengan menasehati gadis itu.
"Gue tanya,,siapa yang nyuruh lo ngangkat telfon gue...??Jawab...!!"Bintang kembali bertanya pada Langit dengan penuh penekanan.Itu membuat Langit semakin gugup menghadapi gadis di depannya itu.
"Gue cuman kasihan sama nyokap lo...Dia khawatir sama lo..."
"Itu bukan urusan lo....!!"Bintang segera memotong ucapan Langit.Kali ini suara Bintang cukup keras sehingga para siswa yang lain menoleh ke arah mereka.
"Lo gak berhak buka-buka hp gue ya...!!Gue gak mempermasalahin lo ngisi lagu yang gue gak mau denger di hp gue....Tapi lo gak berhak ngangkat telfon gue..!!Ngerti...??"teriak Bintang pada Langit.Gadis itu rupanya telah kehilangan kesabarannya.
Dengan panik,Langit melihat ke sekitar.Saat ini,semua mata tengah memandang ke arah mereka.Tak ingin menjadi pusat perhatian,Langit segera menarik Bintang keluar dari kelas.Pria itu membawa Bintang ke rooftop karena hanya di sanalah tempat yang paling tepat untuk berbicara empat mata dengan Bintang.
.
.
.
_Setibanya di rooftop
"Bintang,,dengerin gue...!!Nyokap lo telfon terus...Gue kira itu lo...Lo mungkin lagi nyari hp lo...Makanya gue angkat...Gue cuman mau kasih tau kalo hp lo ada di gue....Itu aja...!!"Langit mencoba menjelaskan duduk permasalahannya kepada Bintang.Saat ini,gadis itu sudah sedikit lebih tenang.
"Trus maksud lo apa ngisi lagu-lagu gak penting lo di hp gue...??"tanya Bintang lagi dengan wajah yang dingin.Membuat Langit bingung harus menjawab apa.
"Yaa...gak maksud apa-apa...Lo tau kan gue artis.Makanya gue promosiin lagu-lagu gue..."jawab Langit sok cool.Sebenarnya dalam hati dia benar-benar merasa bersalah kepada Bintang.
"Gue cuman mau kasih saran,,lo mending baikan sama nyokap lo..."
"Bukan urusan lo....!!"
Belum selesai Langit berbicara,Bintang segera memotong ucapan Langit.Setelah itu,Bintang segera bergegas pergi meninggalkan Langit yang masih diam terpaku ditempatnya.
Langit kemudian duduk di sebuah bangku di sana.Pria itu mengeluarkan sebatang rokok dari saku celananya.Setelah memastikan bahwa dirinya aman,Langit segera menyalakan rokok itu dan menyesapnya.Kali ini,dia memutuskan untuk membolos saja.Dia masih belum bisa berhadapan dengan Bintang.Mungkin nanti setelah kemarahan Bintang mulai reda,dia akan meminta maaf kepada gadis itu.
Bagaimanapun Bintang adalah teman sebangkunya.Dia merasa tidak nyaman jika harus marahan dengannya.Langit juga takut jika gadis itu memilih untuk pindah dari tempat duduknya.
Bukan apa-apa.Jika sampai Bintang pindah dari tempat duduknya,dia akan duduk sendiri.Setelah itu,pasti akan ada orang lain yang ingin duduk di sebelahnya.Hal itu bisa saja memicu keributan karena hampir senua siswi di kelas merupakan fans nya.
Jujur saja,Langit merasa lebih nyaman duduk di sebelah Bintang karena gadis itu bukanlah fans atau pun hatters nya.Bahkan gadis itu mengaku tidak mengenal siapa Langit.Itu sebabnya,berada di sebelah Bintang membuat Langit merasa bisa jadi diri sendiri.
Dua jam Langit berada di rooftop sambil menikmati rokoknya membuat pria itu merasa lebih tenang.Dia kemudian memutuskan untuk kembali ke kelas.Dia sudah siap untuk meminta maaf kepada Bintang.
Setibanya di kelas,Langit tidak mendapati Bintang.Gadis itu tidak ada di tempat duduknya,namun tasnya masih tertinggal di kursinya.
"La....Bintang di mana...??"tanya Langit kepada Lala.
"Bukannya tadi sama lo...??"Lala justru balik bertanya kepada Langit.
"Dari tadi Bintang belum balik...??"Lagi-lagi,Langit kembali bertanya kepada Lala.
"Belum...."jawab Lala sambil menggelengkan kepalanya.
Langit kemudian duduk di tempat duduknya.Sesekali dipandangnya tas bintang yang tergeletak begitu saja di tempat duduk gadis itu.
"Lo kemana sih...??"gumam Langit pelan.Gadis di sebelahnya itu benar-benar mampu menyita perhatiannya.Dia merasa Bintang sangat berbeda dengan gadis lainnya.
Bintang seperti mempunyai kehidupannya sendiri.Dia seperti menutup diri dari orang-orang di sekitarnya.Namun,Langit dapat menangkap ada satu kesedihan dalam mata gadis itu.Langit tak tahu apa itu.Tapi entah kenapa,Langit selalu tertarik dengan apa saja yang berhubungan dengan gadis itu.
\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments