Sebenarnya, cerita ini berlatar di sebuah desa yang bisa dibilang sudah masuk daerah pegunungan. Kalian tahu Wisata Dieng, kan? Kalau belum tahu, coba cari di Google. Nah, desaku tidak begitu jauh dari daerah Dieng. Lalu, kenapa panggilan antar tokoh dalam cerita ini menggunakan "loe" dan "gue"? Ya, biar lebih keren sedikit. Sebenarnya, panggilan itu menggantikan "Nyong/Inyong" (aku) dan "Kowe" (kamu), tapi hanya berlaku untuk yang seumuran saja. Paham, kan?
Begitu tiba di sekolah, aku langsung memarkirkan motor seperti biasa, lalu melangkah menuju kelas untuk menaruh ransel. Setelah sampai, aku duduk santai sambil membuka ponsel, tepatnya halaman chat.
Ada banyak sekali pesan yang belum kubaca sejak bangun tidur—pesan dari semalam hingga yang baru masuk tadi pagi. Belum lagi grup kelas yang selalu ramai tanpa henti, padahal isinya sering kali nggak penting.
Jujur, cuma menyimak saja rasanya sudah membosankan. Apa mereka nggak merasa begitu juga? Banyak yang menyarankan agar notifikasi dimatikan saja. Nah, justru itu yang nggak kulakukan, karena kalau disilent, aku nggak akan tahu kalau ada chat dari klien.
Grup Kelas 3TR 1
Kemarin, 13:45
Kakak Tua (Aghis): Guys, jangan lupa besok setelah upacara bakal ada razia rutin dari OSIS. Please, jangan ada yang bikin malu, apalagi masalah.
Kamboja: Oke.
Anya: Sip. @Kakak Tua, coba deh si Ndoro Ayu lo ingetin japri, kali aja lupa lagi atau malah sengaja.
Ayu: Please deh @Anya, jangan ingetin itu lagi. Gue kan udah jelasin kalau lupa. Lagian, kenapa sih razia harus di jam terakhir? Biasanya kan pagi. Gue beneran lupa pas itu, bukannya sengaja.
Dan masih banyak ocehan nggak jelas lainnya yang out of topic.
Ayu ngomong begitu karena dua minggu lalu, saat razia, dia lupa membuang sampah pembalut bekas pakainya yang masih ada di dalam ranselnya. Padahal jelas-jelas dia menggantinya pas jam istirahat kedua, dan dari kelas ke toilet itu sudah ada tong sampah. Sementara itu, razia diadakan di jam pelajaran terakhir. Lah, kenapa malah dibawa ke kelas dan disimpan di ransel? Duh, jorok banget.
Bisa kalian bayangkan betapa menjijikkannya itu? Ya, memang sih, terbungkus plastik. Tapi, tolonglah, kira-kira sedikit! Mending kalau plastik hitam, lah ini plastik bening!
Astaghfirullah, si Ayu memang... Cantik sesuai namanya, tapi kecerobohan dan kebersihannya? 0% banget.
Oke, cukup ghibahnya.
Aku pun kembali menggulir chat lain dan membalas seperlunya, mengingat waktu sudah semakin mepet dengan upacara.
Kemarin, 19:30
1: Gimana dek, Selasa besok bisa, nggak? Sore kok. Soal biaya bisa dibicarain lagi pas ketemu atau aku bisa ke rumahmu besok malam.
Mie: Oh, bisa kok, Mbak. Maaf ya baru balas, semalam ngerjain tugas jadi nggak buka chat. Sore jam berapa kira-kira acaranya, Mbak?
1: Oh iya, nggak apa-apa. Alhamdulillah kalau bisa. Sekitar jam 17.00 ke rumah. Acara sebenarnya habis Isya, sih, cuma yang mau di-makeup ada dua orang. Gimana, kamu beneran bisa?
Mie: Kalau jam segitu, insyaallah bisa, Mbak. Lagian dekat dari sekolah, jadi nggak bakal telat di jalan. Saya bisa langsung ke rumah Mbak dari sekolah. Yang di-makeup Mbak sama siapa lagi?
1: Adik kembarku, dek.
Setelah jelas, aku tidak membalas lagi dan lanjut ke chat lain.
2: Jangan lupa nanti sore aku tunggu di Kedai Bakso Gunung Merapi.
Mie: Oke.
Lalu aku lanjut membuka chat lainnya, yang pasti bikin makin semangat 45. Haha.
+62:: Assalamualaikum, Dek. Maaf mengganggu. Aku Nadia dari Desa S. Mau tanya, kalau minggu depan ada jadwal nggak? Kalau kosong, aku mau booking buat acara ngunduh mantu adikku.
Mie: Wa’alaikumsalam, Mbak. Minggu depan ya? Kira-kira acaranya jam berapa? Soalnya malam Senin kalau jadi aku ada job.
+62:: Pagi kok acaranya, sekitar jam 08.00-an. Gimana, bisa?
Mie: Oh, oke, Mbak. Insyaallah bisa. Biar lebih jelas, kalau ada waktu kita ketemu dulu, gimana?
+62:: Setuju. Oke, nanti aku kabarin lagi kalau mau ketemuan.
Mie: Siap, ditunggu ya, Mbak.
Tak terasa, bel upacara berbunyi. Aku segera memasukkan ponsel ke saku dan keluar kelas untuk mengikuti upacara bendera.
Setengah jam berlalu, semua siswa kembali ke kelas masing-masing, termasuk aku. Saat menikmati riuhnya suasana setelah pembubaran, tiba-tiba datang si biang rusuh. Siapa lagi kalau bukan Kamboja, si Kembang Kuburan. Eh, bener nggak sih itu? Entahlah.
Kamboja adalah teman sekelasku, selain Aghis dan Ayu. Kalau Anya, aku nggak begitu dekat dengannya karena rumahnya jauh dan berbeda arah. Meskipun kami bertiga berteman, aku lebih sering bersama Kamboja sejak SMK.
Kenapa? Karena mereka berdua sibuk. Tapi bukan sibuk kerja, melainkan sibuk ekstrakurikuler dan les. Memang beda kalau orang pintar juga banyak uang, selalu ada kegiatan tanpa perlu mikirin duit. Eh.
Sementara Kamboja lebih banyak waktu luang alias pengangguran berkedok pelajar. Hehehe. Tapi bagaimanapun, kita tetap sering jalan atau liburan bareng.
Oke, lanjut ke topik sebelumnya.
"Gimana nanti sore?" tanya Kamboja kepadaku.
"Jadi dong, udah bebas lagi gue," jawabku sambil terkikik.
"Oh, udah bener lagi tuh motor kesayangan?"
"Haha, tenang. Selagi ada Bapak, semua aman," jawabku percaya diri.
"Aneh loe, bisa-bisanya adik-kakak bedanya kayak langit dan bumi. Jangan-jangan beda DNA tuh," ucap Kamboja santai.
"Aish, ngawur aja tuh moncong kalau ngomong."
Obrolan kami terhenti karena pelajaran segera dimulai. Guru Bahasa Indonesia masuk kelas dengan anggun. Ya, memang begitu. Namanya juga Bu Anggun. Kalau nggak anggun, ya nggak selaras, kan?
"Assalamu’alaikum, pagi anak-anak. Gimana kemarin, menyenangkan atau menyebalkan?" sapanya dengan senyum manis.
"Menyenangkan!"
"Menyebalkan!"
Semua kompak menjawab dengan pendapat masing-masing.
Beberapa jam berlalu. Hingga akhirnya, waktu pulang tiba. Aku tidak langsung pulang karena ada janji bertemu seseorang.
Sampai di parkiran, kami berpamitan. Dengan semangat yang masih membara, aku naik motor dan melaju ke tempat pertemuan. Iya, Kedai Bakso Gunung Merapi. Meletus nggak nanti tuh kedai? Hihi.
Zaman sekarang, selain nama anak yang semakin aneh, tempat makan pun dikasih nama unik buat menarik pengunjung. Heran.
Lah, tapi aku juga aneh sih. Cewek tulen dengan nama cowok. Ya Allah, dasar Mamak emang agak lain. Tapi, oke juga sih buat nge-prank buaya cap boba. Haha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suaebah Suaebah
semangat thor salam kenal.
2024-11-27
0
emi_sunflower_skr
Ceritanya dapet banget.
2024-11-10
0