Episode. 4. Pasta Sakila.

Dengan bangga aku menyajikan pasta buatanku di atas meja. Pasta yang ku sebut dengan istilah pasta Sakila. Aku membaginya menjadi enam porsi. Sembari tersenyum puas aku memandang kreasiku yang pertama ini.

"Wah, sepertinya menantu Ibu sudah bekerja keras pagi ini. Lihatlah Alka, betapa lezatnya pasta ini," tutur Ibu mertuaku yang biasa ku panggil Nenek. Panggilan itu sangat pantas sesuai dengan usianya. Mengingat aku yang seharusnya menjadi cucu Ibu mertuaku ini. Tapi tunggu, Paman hanya melihat pasta buatanku dengan tatapan datar.

"Lihat saja nanti kalau Paman makan pasta buatanku, pasti dia akan berdecak kagum juga. Setelah itu dia akan berterimakasih padaku," batinku.

Perlahan aku melihat Alka mulai mencicipi pasta buatanku itu. Lalu kemudian anggota keluarga lainnya juga turut mencicipinya. Tapi mengapa ekspresi mereka jauh dari ekspektasiku? seperti... tidak enak?

Tak lama Reina memuntahkan pasta yang baru satu kali di cicipinya itu ke atas lantai.

"Tuh! tuh! tuh! apa ini yang di sebut lezat nek? rasanya asin sekali, dan tekstur dagingnya juga sangat keras," ujar Reina penuh kekesalan.

Asin? dagingnya keras? tapi bagaimana bisa? bukankah tadi aku masak sesuai dengan instruksi Reina? tapi mengapa rasanya justru berbeda?

"Aku makan di kantor saja bu. Aku sudah kenyang dengan melihatnya saja. Bahkan aku tidak merasa tidak lapar sama sekali!"

Paman ini juga marah padaku. Padahal aku baru mau pamer kreativitasku. Dasar payah. Benar kata Mama Dinda, aku tidak bisa melakukan apapun.

"Alka tunggu nak! hargailah istrimu. Dia sudah berusaha untuk memasak buat sarapan kita," cegah Nenek penuh kebijaksanaan.

"Tapi Nenek, pasta ini tidak layak untuk di makan. Mengapa Nenek menyuruh Ayah untuk memakan pasta ini?" sergah Herlina.

"Herlina, terkadang kita harus bisa menelan sesuatu meski itu pahit demi menghargai usaha orang lain. Tak masalah jika kalian tidak suka, tapi berilah dia apresiasi nak. Dia sudah berusaha." Kalimat bijaksana Nenek membuatku terharu sekaligus sedih. Aku sudah gagal di hari pertamaku menjadi seorang menantu sekaligus Ibu mertua dari kedua menantuku ini.

"Tapi Nenek, Ayah tidak suka makanan yang asin dan keras. Dia bisa sakit perut nanti nek," timpal Reina yang juga tak mau diam dalam menyalahkanku. Padahal tadi dia yang mengajariku begitu.

"Sudahlah! aku tidak mau berdebat dengan kalian sepagi ini. Aku sudah terlambat untuk ke kantor, dan kau--" Paman menggantungkan kalimatnya. Dia beralih melihatku dengan tatapan tak suka, "Habiskan pasta buatanmu ini! aku tidak suka ada orang yang membuang-buang makanan," lanjut Paman kemudian.

Apa? habiskan pasta asin ini? yang benar saja? kalau dia tidak suka asin, lalu apa bedanya dengan diriku? aku juga tidak suka makanan asin dan daging keras. Memangnya aku harimau yang suka makan daging keras? ya... meskipun aku yang masak pasta ini, tapi bukan berarti aku harus memakan semuanya bukan? apa lagi masih mentah. Dasar Paman jahat.

Semua orang pergi meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan pasta buatanku yang asin ini, kecuali Nenek. Nenek masih berdiri di sampingku, seolah dia setia menemani diriku yang sedih.

"Jangan ambil hati ucapan suamimu sayang. Dia hanya belum terbiasa dengan keberadaanmu di rumah ini. Pelan-pelan dia pasti akan menerimamu," tutur Nenek berusaha untuk menenangkanku.

Paman tidak menerimaku juga tidak apa-apa. Siapa yang peduli dengan itu? aku bahkan tidak menginginkan dirinya. Lalu bagaimana bisa kami akan terbiasa dengan hubungan kaku ini?

"Iya nek. Maafkan aku karena membuat pasta yang salah," sesalku sungguh-sungguh.

"Kamu tidak salah membuat pasta sayang, ini sudah benar. Hanya saja mungkin kamu salah memasukan bahan-bahannya. Apa kamu memasukan makaroni terlebih dahulu baru daging sapinya?" tanya Nenek di penghujung kalimatnya.

"Iya, itu yang aku lakukan," jawabku. Nenek tersenyum dengan jawabanku tadi.

"Seberapa banyak kau menuangkan garam pada pasta ini? apakah satu sendok teh? atau satu sendok makan?" tanya Nenek selanjutnya.

"Bukan keduanya nek," jawabku canggung.

"Lalu seberapa banyak?"

"Segenggam ini," balasku sembari menunjukkan tanganku pada Nenek, bahwa aku menaruhkan garam pada pasta sebanyak satu genggam tanganku.

"Hahahaha." Nenek tertawa lepas sembari memegang perutnya setelah mendengar jawabanku. Aku menjadi bingung. Mengapa Nenek tertawa? apanya yang lucu? memang benar kan aku menaruh segenggam garam kedalam pasta tadi. Lalu apanya yang lucu?

"Pantas saja asin, ternyata kamu memberi garam pada pasta tadi sebanyak satu genggam? itu kebanyakan sayang. Jumlah itu seharusnya untuk porsi satu sekampung, bukan untuk enam orang. Hahaha," terang Nenek masih dengan sisa-sisa tawanya.

Sungguh aku sangat malu. Bagaimana bisa aku seceroboh ini? tidak! bukan ceroboh, tapi bodoh. Ya, aku bodoh.

"Maafkan aku nek. Sebenarnya aku tidak tahu cara memasak yang benar," lirihku.

Nenek menghentikan tawanya, lalu kemudian membelai rambutku yang panjang sembari berkata, "Tidak apa-apa sayang, nanti aku akan mengajarimu masak ya? sekarang kau bereskan semua ini. Beri pada kucing pasta ini, mereka pasti akan memakannya."

Aku pun mengerjakan ucapan Nenek. Membereskan meja makan dan memberi makan kucing. Sejujurnya aku merasa kasihan pada pasta buatanku ini. Ingin rasanya aku memakannya dengan lahap sampai habis tak tersisa, tapi aku takut nanti perutku sakit.

"Apa kau tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan benar, em?" tanya Reina penuh kekesalan. Aku bisa melihat seberapa marahnya menantu tertuaku ini dari raut wajahnya yang cantik.

"Ini kan bukan salahku. Kamu yang meninggalkanku di dapur sendirian tanpa mengajariku dengan benar tadi," balasku membela diri. Memang benar kan Reina pergi meninggalkanku tadi?

"Itu karena aku pikir kamu tahu cara memasak," balas Reina tak mau kalah.

"Sakila, aku menjadikanmu sebagai Ibu mertua kami, karena aku pikir kamu adalah orang yang tepat, dan sebenarnya kamu bisa Sakila. Kalau kamu berniat dengan sungguh-sungguh, kamu pasti bisa." Kalimat bijaksana Reina ini cukup membuat hatiku tercubit. Benar katanya, bila aku bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, maka aku pasti akan berhasil, tapi masalahnya adalah aku tidak bersungguh-sungguh, dan tak mau bersungguh-sungguh.

"Dengarkan aku, Ayah tidak suka makanan mentah, asin, dan juga dingin. Dia juga tak suka membuang-buang makanan seperti yang kau lakukan ini. Jadi, pastikan sisa makanan yang kau beri pada kucing itu tak terlihat oleh Ayah. Apa kau paham?" terang Reina sungguh-sungguh.

"Iya aku paham," jawabku.

"Baiklah, aku mau ke butik dulu. Disana masih banyak pesanan pakaian. Ayah tidak akan pulang makan siang, karena dia tak pernah melakukan itu. Jadi, tidak perlu memasak. Nenek juga akan ikut bersamaku ke butik. Kau masaklah untuk dirimu sendiri," titah Reina panjang kali lebar.

"Baiklah aku paham. Tapi tunggu dulu," cegahku.

"Ada apa?"

"Tolong maafkan aku atas kejadian tadi. Aku akan berusaha lebih keras lagi seperti yang kau katakan padaku barusan," ucapku tulus.

"Baiklah, selamat berusaha. Jangan lalai dalam mengerjakan tugasmu. Aku harap kau bisa di percaya kali ini," jawab Reina seraya pergi meninggalkanku sendirian di dalam rumah yang sangat besar ini.

Menjadi Ibu mertua di usia muda bukanlah pilihanku. Aku tidak berdaya akan hal itu. Seandainya Ibu masih ada, maka dia akan melindungiku seperti malaikat yang tak bersayap.

Aku berusaha menjalankan peranku sebagai Ibu mertua dan menantu sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Tahukah kalian betapa sulitnya itu? Seharusnya aku menjadi istri dulu, lalu kemudian menjadi seorang Ibu, dan terakhir menjadi ibu mertua. Akan tetapi, aku justru mendapatkan ketiganya dalam waktu bersamaan pula.

To be continued.

Terpopuler

Comments

Tri Susanti

Tri Susanti

hahahaha.... 😂😂😂😂 sabar sakila teruslah berusaha buktikan kalau kamu bisa

2022-01-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Prolog.
2 Episode. 2. Pernikahan.
3 Episode. 3. Dua Menantu.
4 Episode. 4. Pasta Sakila.
5 Bab 5. Bantu Aku.
6 Episode. 6. Perawatan.
7 Episode. 7. Suapi Aku.
8 Episode. 8. Jangan Melihatku.
9 Episode. 9. Pesta.
10 Episode. 10. Mabuk.
11 Episode. 11. Menjaga Keluarga.
12 Episode. 12. Peran Mertua.
13 Episode. 13. Rencana Piknik.
14 Episode. 14. Itu Kalimat Milikku.
15 Episode. 15. Tiga Preman.
16 Episode. 16. Sesuatu Yang Aneh.
17 Episode. 17. Menjaga Hati.
18 Episode. 18. Tak Peduli.
19 Episode. 19. Bercerita.
20 Episode. 20. Jalan-jalan.
21 Episode. 21. Itu Bukan Salah Paman.
22 Episode. 22. Ranjang Ini Milikmu Sekarang.
23 Episode. 23. Tersentil.
24 Episode. 24. Bukan Properti.
25 Episode. 25. Pernikahan Bukan Lelucon.
26 Episode. 26. Curiga.
27 Episode. 27. Alergi.
28 Episode. 28. Mata Jahat Lagi.
29 Episode. 29. Bonus Visual.
30 Episode. 30. Biarkan Aku Menyuapimu.
31 Episode. 31. Provokasi.
32 Episode. 32. Karena Aku Yakin Paman Akan Pulang.
33 Episode. 33. Mimpi Buruk.
34 Episode. 34. Makam.
35 Episode. 1. 35. Bertemu Ibu.
36 Episode. 36. Rumah Ayah.
37 Episode. 37. Singkong.
38 Episode. 38. Kambuh.
39 Episode. 39. Puskemas.
40 Episode. 40. Amnesia Sementara.
41 Episode. 41. Efek Singkong rebus.
42 Episode. 42. Pulang ke Rumah.
43 Episode. 43. Istri dan Ibu Genderuwo.
44 Episode. 44. Ajaran Nenek.
45 Episode. 45. Burung puyuh bertelur.
46 Episode. 46. Bukan Karena Doa Wanita Lain.
47 Episode. 47. Rahasia Paman Aman Padaku.
48 Episode. 48. Alka di Culik.
49 Episode. 49. Pengorbanan Sakila.
50 Episode. 50 Menikah lah Denganku.
51 Episode. 51. Pernikahan Itu Menyakitkan.
52 Episode. 52. Apakah Ini Cinta?
53 Episode. 53. Menerimamu Sebagai Istriku.
54 Episode. 54. Apakah Paman Mendukungku?
55 Episode. 55. Kedatangan Ayah Mertua.
56 Episode. 56. Rencana Reina.
57 Episode. 57. Kenyataan Pahit.
58 Episode. 58. Anggap Itu Sebagai Kebenaran.
59 59. CCTV.
60 Episode. 60. Paman Keterlaluan.
61 Episode. 61. Berhenti Mengusiknya.
62 Episode. 62. Ayo Mandi Bersama.
63 Episode. 63. Apakah Ular kobra Paman berdesis?
64 Episode. 64. Bahkan Kambing juga Punya.
65 Episode. 65. Abimanyu Permana.
66 Episode. 66. Kau kah itu Putih?
67 Episode. 67. Ular Piton.
68 Episode. 68. Mengerjai Sakila (Cemburu?)
69 Episode. 69. Ada Hubungan Apa?
70 Episode. 70. Kau Kegemukan.
71 Episode. 71. Pelajaran Biologi.
72 Episode. 72. Perpustakaan Atau Toko Buku?
73 Episode. 73. Belajar Biologi.
74 Episode. 74. Hampir Saja.
75 Episode. 75. Kau Sangat Seksi.
76 Episode. 76. Aku Merindukanmu.
77 Episode. 77. Apakah Kau Bahagia?
78 Episode. 78. Tidur Bersama?
79 Episode. 79. Kecupan di Kening.
80 Episode. 80 Desakan Nenek.
81 Episode. 81. Nasi Goreng (Nyatakan Cinta?).
82 Episode. 82. Itu Adalah Cinta.
83 Episode. 83. Kalimat Langkah.
84 Episode. 84. Kau Lebih Pantas Bersama Abimanyu. (Rencana Abimanyu).
85 Episode. 85. Terenyuh.
86 Episode. 85. Temannya Temanku.
87 Episode. 87. Saran Nenek dan Herlina.
88 Episode. 87. Surat.
89 Episode. 88. Sepucuk Surat Cinta.
90 Episode. 89. Jawaban.
91 Episode. 90. Biarkan Seperti Ini Dulu.
92 Episode. 91. Reinkarnasi Ular Menjadi Terung.
93 Episode. 92. Berapa Jumlah Kepala Pria?
94 Episode. 93. Menghitung Kepala.
95 Episode. 94. Bentuknya Seperti Pistol.
96 Episode. 95. Panggil Aku Kanda!
97 Episode. 96. Salah Paham.
98 Episode. 97. Membalas Cinta.
99 Episode. 98. Sandiwara.
100 Episode. 99. Jangan Mengajariku Tentang Nilai-nilai Pernikahan.
101 Episode. 100. Usaha Sakila.
102 Episode. 101. Sakila Sang Wanita Penggoda.
103 Episode. 102. Menindis.
104 Episode. 103. Semangka.
105 Episode. 104. Kemenangan Kecil Reina.
106 105. Bercerai?
107 106. Sepenggal Kisah Reina dimasa Lalu.
108 105. Bercerai?
109 107. Mengungkap Alasan.
110 Episode. 108. Mengapa Harus Memilih Dia?
111 Episode. 109. Khayalan Indah.
112 Episode. 110. Meminta Izin.
113 Episode. 110. Meminta Izin.
114 Episode. 111. Panas Kanda.
115 Episode. 112. Terbelahnya Sang Semangka muda.
116 Episode. 113. Reina Ketahuan.
117 114. Kejujuran Reina.
118 Episode. 115. Pingsan.
119 Episode. 116. Ronde Kedua Yang Gagal.
120 Rumah Sakit.
121 Hasil Pemeriksaan.
122 Tetap Ingin Berpisah
123 Kita Memiliki Nasib Serupa.
124 Sama-sama Berharap.
125 Sampah Berharga.
126 Jatuh Cinta Lagi dan Lagi (Ronde Kedua yang Tertunda).
127 Lagi Dong!
128 Karena Bayi.
129 Rosdiana Silalahi.
130 Kedatangan Sahabat Lama.
131 Karena Aku Cemburu.
132 Sekedar Khayalan.
133 Bukan Sebagai Wanita Pengganti.
134 Buah Yang Tak Pernah Habis-habis.
135 Dua Garis Merah.
136 Nenek Termuda.
137 Sungguh Memalukan.
138 Putri Valeria Prayoga.
139 Bagai Di Awang-awang.
140 Paijo.
141 Bertemu Mantan.
142 Paman Genit.
143 Melahirkan.
144 Pengumuman Novel Baru. Paijo dan Putri.
145 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1. Prolog.
2
Episode. 2. Pernikahan.
3
Episode. 3. Dua Menantu.
4
Episode. 4. Pasta Sakila.
5
Bab 5. Bantu Aku.
6
Episode. 6. Perawatan.
7
Episode. 7. Suapi Aku.
8
Episode. 8. Jangan Melihatku.
9
Episode. 9. Pesta.
10
Episode. 10. Mabuk.
11
Episode. 11. Menjaga Keluarga.
12
Episode. 12. Peran Mertua.
13
Episode. 13. Rencana Piknik.
14
Episode. 14. Itu Kalimat Milikku.
15
Episode. 15. Tiga Preman.
16
Episode. 16. Sesuatu Yang Aneh.
17
Episode. 17. Menjaga Hati.
18
Episode. 18. Tak Peduli.
19
Episode. 19. Bercerita.
20
Episode. 20. Jalan-jalan.
21
Episode. 21. Itu Bukan Salah Paman.
22
Episode. 22. Ranjang Ini Milikmu Sekarang.
23
Episode. 23. Tersentil.
24
Episode. 24. Bukan Properti.
25
Episode. 25. Pernikahan Bukan Lelucon.
26
Episode. 26. Curiga.
27
Episode. 27. Alergi.
28
Episode. 28. Mata Jahat Lagi.
29
Episode. 29. Bonus Visual.
30
Episode. 30. Biarkan Aku Menyuapimu.
31
Episode. 31. Provokasi.
32
Episode. 32. Karena Aku Yakin Paman Akan Pulang.
33
Episode. 33. Mimpi Buruk.
34
Episode. 34. Makam.
35
Episode. 1. 35. Bertemu Ibu.
36
Episode. 36. Rumah Ayah.
37
Episode. 37. Singkong.
38
Episode. 38. Kambuh.
39
Episode. 39. Puskemas.
40
Episode. 40. Amnesia Sementara.
41
Episode. 41. Efek Singkong rebus.
42
Episode. 42. Pulang ke Rumah.
43
Episode. 43. Istri dan Ibu Genderuwo.
44
Episode. 44. Ajaran Nenek.
45
Episode. 45. Burung puyuh bertelur.
46
Episode. 46. Bukan Karena Doa Wanita Lain.
47
Episode. 47. Rahasia Paman Aman Padaku.
48
Episode. 48. Alka di Culik.
49
Episode. 49. Pengorbanan Sakila.
50
Episode. 50 Menikah lah Denganku.
51
Episode. 51. Pernikahan Itu Menyakitkan.
52
Episode. 52. Apakah Ini Cinta?
53
Episode. 53. Menerimamu Sebagai Istriku.
54
Episode. 54. Apakah Paman Mendukungku?
55
Episode. 55. Kedatangan Ayah Mertua.
56
Episode. 56. Rencana Reina.
57
Episode. 57. Kenyataan Pahit.
58
Episode. 58. Anggap Itu Sebagai Kebenaran.
59
59. CCTV.
60
Episode. 60. Paman Keterlaluan.
61
Episode. 61. Berhenti Mengusiknya.
62
Episode. 62. Ayo Mandi Bersama.
63
Episode. 63. Apakah Ular kobra Paman berdesis?
64
Episode. 64. Bahkan Kambing juga Punya.
65
Episode. 65. Abimanyu Permana.
66
Episode. 66. Kau kah itu Putih?
67
Episode. 67. Ular Piton.
68
Episode. 68. Mengerjai Sakila (Cemburu?)
69
Episode. 69. Ada Hubungan Apa?
70
Episode. 70. Kau Kegemukan.
71
Episode. 71. Pelajaran Biologi.
72
Episode. 72. Perpustakaan Atau Toko Buku?
73
Episode. 73. Belajar Biologi.
74
Episode. 74. Hampir Saja.
75
Episode. 75. Kau Sangat Seksi.
76
Episode. 76. Aku Merindukanmu.
77
Episode. 77. Apakah Kau Bahagia?
78
Episode. 78. Tidur Bersama?
79
Episode. 79. Kecupan di Kening.
80
Episode. 80 Desakan Nenek.
81
Episode. 81. Nasi Goreng (Nyatakan Cinta?).
82
Episode. 82. Itu Adalah Cinta.
83
Episode. 83. Kalimat Langkah.
84
Episode. 84. Kau Lebih Pantas Bersama Abimanyu. (Rencana Abimanyu).
85
Episode. 85. Terenyuh.
86
Episode. 85. Temannya Temanku.
87
Episode. 87. Saran Nenek dan Herlina.
88
Episode. 87. Surat.
89
Episode. 88. Sepucuk Surat Cinta.
90
Episode. 89. Jawaban.
91
Episode. 90. Biarkan Seperti Ini Dulu.
92
Episode. 91. Reinkarnasi Ular Menjadi Terung.
93
Episode. 92. Berapa Jumlah Kepala Pria?
94
Episode. 93. Menghitung Kepala.
95
Episode. 94. Bentuknya Seperti Pistol.
96
Episode. 95. Panggil Aku Kanda!
97
Episode. 96. Salah Paham.
98
Episode. 97. Membalas Cinta.
99
Episode. 98. Sandiwara.
100
Episode. 99. Jangan Mengajariku Tentang Nilai-nilai Pernikahan.
101
Episode. 100. Usaha Sakila.
102
Episode. 101. Sakila Sang Wanita Penggoda.
103
Episode. 102. Menindis.
104
Episode. 103. Semangka.
105
Episode. 104. Kemenangan Kecil Reina.
106
105. Bercerai?
107
106. Sepenggal Kisah Reina dimasa Lalu.
108
105. Bercerai?
109
107. Mengungkap Alasan.
110
Episode. 108. Mengapa Harus Memilih Dia?
111
Episode. 109. Khayalan Indah.
112
Episode. 110. Meminta Izin.
113
Episode. 110. Meminta Izin.
114
Episode. 111. Panas Kanda.
115
Episode. 112. Terbelahnya Sang Semangka muda.
116
Episode. 113. Reina Ketahuan.
117
114. Kejujuran Reina.
118
Episode. 115. Pingsan.
119
Episode. 116. Ronde Kedua Yang Gagal.
120
Rumah Sakit.
121
Hasil Pemeriksaan.
122
Tetap Ingin Berpisah
123
Kita Memiliki Nasib Serupa.
124
Sama-sama Berharap.
125
Sampah Berharga.
126
Jatuh Cinta Lagi dan Lagi (Ronde Kedua yang Tertunda).
127
Lagi Dong!
128
Karena Bayi.
129
Rosdiana Silalahi.
130
Kedatangan Sahabat Lama.
131
Karena Aku Cemburu.
132
Sekedar Khayalan.
133
Bukan Sebagai Wanita Pengganti.
134
Buah Yang Tak Pernah Habis-habis.
135
Dua Garis Merah.
136
Nenek Termuda.
137
Sungguh Memalukan.
138
Putri Valeria Prayoga.
139
Bagai Di Awang-awang.
140
Paijo.
141
Bertemu Mantan.
142
Paman Genit.
143
Melahirkan.
144
Pengumuman Novel Baru. Paijo dan Putri.
145
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!