Sakila Pov.
Reina Prayoga dan Herlina Prayoga, dua wanita cantik nan elegan. Mereka adalah menantuku. Reina mengubah nasibku dalam waktu semalam. Dimana aku menjadi seorang istri sekaligus Ibu mertua di usiaku yang masih muda belia. Padahal aku belum pernah melalui proses hamil dan melahirkan, apa lagi bercinta.
Sejujurnya Reina merupakan wanita yang baik. Dia perduli pada keluarga ini. Dia sangat mengutamakan kebahagiaan Ayah mertuanya, yakni Alka. Pria yang kini menjadi suamiku.
Reina melihat kesedihan di mata Alka. Setiap hari pria itu hanya mampu memandang gambar mendiang istrinya tanpa bisa menyentuh raganya. Melihat Ayah mertuanya itu kesepian, Reina rela mencarikan seorang istri untuk Ayah Alka. Dan entah mengapa pilihan Reina jatuh padaku.
Awalnya Alka menolak, tapi Reina berdalih, bahwa dia dan Herlina menginginkan Ibu mertua seperti para menantu yang lain. Mereka ingin bercengkrama bersama seorang Ibu mertua, meski bukanlah Ibu kandung dari suami mereka.
Merasa iba pada Reina dan Herlina, Alka pun setuju dengan permintaan menantunya itu. Namun, dia tidak bisa menjanjikan apapun lebih dari itu. Dia hanya bisa memberikan seorang Ibu mertua untuk Reina dan Herlina, tapi bukan menjadi istri Alka. Terlebih lagi menggantikan posisi Indah Permatasari mendiang istri tercintanya.
Aku yang tak berdaya harus rela menerima lamaran Reina untuk Ayah mertuanya itu. Entah apa yang membuat wanita itu menjatuhkan pilihannya padaku. Padahal aku bukan dari kalangan atas. Bahkan aku jauh dari kata layak.
Melihat kenyataan, bahwa Mama menjadi lebih serakah karena di tawari uang oleh Reina dan membayar utang dari Ibu tiriku itu, Mama menjadi lebih tamak dan serakah. Dia bahkan rela mengancamku jika tak menikahi pria yang ku sebut Paman itu. Dan disinilah aku sekarang, bersama dua menantuku.
"Hei bangunlah! apakah kau akan terus tidur sepanjang waktu?" ucap Reina yang ternyata sudah berdiri di sampingku. Entah dia tahu dari mana aku tidur di ruang kecil ini.
"Kau ada disini?" tanyaku dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Apakah kau hanya tidur saja selama ada di rumah ini? jalankan lah peranmu sebagai Ibu mertua kami," titah Reina dan seketika menyadarkanku akan statusku itu.
"Ibu mertua?" gumamku.
"Ayo bangunlah! kita harus cepat menyiapkan sarapan untuk Ayah sebelum beliau pulang joging."
Oh, aku paham sekarang. Pantas saja Reina tahu tempat ini dan dengan leluasa mencariku, ternyata Paman sedang tidak disini. Dia pergi joging. Oke baiklah, Sakila, jalankan peranmu sebagai Ibu mertua sebaik mungkin.
"Tapi apakah itu harus? bukankah kalian adalah menantunya? sudah seharusnya kan kalian para menantu yang melayani Paman itu?" balasku masih belum mau beranjak dari tempat sempit ini.
"Tapi kamu adalah istrinya sekarang. Apakah kau lupa perjanjian kita? haruskah aku mengingatkanmu kembali tentang perjanjian itu?" tandas Reina.
Perjanjian menyebalkan. Mengapa Reina harus mengingatkanku akan perjanjian konyol itu? seharusnya aku tidak berada di rumah ini, melainkan di restoran tempatku bekerja.
"Tunggu apa lagi? ayo cepat ganti baju dan turunlah ke bawah! kita masak bersama. Aku akan mengajarimu sesuatu di dapur," titah Reina. Lalu kemudian pergi meninggalkanku.
"Masak? seumur hidup aku belum pernah masak. Kalau belanja keperluan dapur aku bisa, dan melayani orang makan aku juga ahlinya, tapi kalau untuk urusan masak aku menyerah. Bagaimana ini? apakah Reina akan marah jika aku tak pandai memasak?" gumamku.
Tak mau berpikir panjang, akhirnya aku mengikuti Reina ke dapur. Hitung-hitung belajar masak juga, dan disinilah aku sekarang. Di dapur bersama Reina.
Aku mengenakan celemek, lalu kemudian mengikat rambutku yang panjang. Sungguh repot sekali. Di rumah aku hanya tinggal duduk dan makan saja. Mama Dinda selalu menyiapkan makanan untuk kami. Meski Mama Dinda tak pernah menyayangiku, tapi aku bersyukur karena dia tak membuat kami kelaparan, terutama Ayah. Aku hanya kebagian tugas pergi belanja keperluan dapur. Urusan masak, Mama Dinda ahlinya.
"Potong daging itu, dan rebus makaroni ini! kita akan membuat pasta untuk sarapan," titah Reina menyadarkanku dari lamunan masakan Mama Dinda.
"Potong daging? tapi aku tidak bisa potong daging," lirihku.
"Astaga Sakila, hanya memotong daging saja kamu tidak tahu? biar aku ajari."
Reina mengambil pisau, lalu kemudian mengajariku memotong daging tersebut.
"Pegang pisaunya seperti ini, lalu kemudian letakkan pada bagian tengah daging, gesek pisaunya, dan terbelah. Gampang kan?"
"Iya gampang," jawabku sembari tersenyum senang. Iya, aku senang. Karena akhirnya aku bisa memotong daging. Selama ini aku tidak pernah bisa memotong apapun. Terdengar konyol memang, tapi itulah faktanya.
"Lakukan itu berulang kali sampai dagingnya berbentuk dadu," titah Reina selanjutnya.
"Baiklah," jawabku mantap.
Aku memotong daging seperti yang di ajarkan Reina barusan, dan... bingo!
"Aku berhasil, ye... aku berhasil, ye, ye, ye, aku berhasil, berhasil, hore!" sorakku bahagia. Aku seperti seorang Dora yang berhasil menempuh perjalanan jauh, dan tiba pada garis finis.
Aku terus meloncat, dan terus meloncat, hingga aku sadar, bahwa percikan air daging yang ku potong tadi sudah terkena wajah Reina.
"Ups."
Aku bisa melihat kemarahan di wajah menantuku itu. Matanya yang bulat kini terbuka lebar karena amarah.
"Tidak bisakah kau bekerja sebagai mana mestinya? apa kau harus segembira ini ketika berhasil memotong daging?" kesal Reina.
Ayolah Reina, jangan marah-marah. Kau tidak tahu betapa bahagianya aku berhasil memotong daging. Akhirnya aku bisa juga melakukan hal yang tidak pernah aku lakukan. Mama Dinda tak pernah mengizinkanku untuk menyentuh barang-barang yang ada di dapur. Maka jadilah aku seperti ini.
"Maafkan aku," sesalku.
"Baiklah, lanjutkan kerjaanmu! aku mau ke kamar mandi dulu. Jangan lupa rebus makaroni ini. Setelah itu tumis bawang dan jahe, serta cabe yang sudah aku potong itu," titah Reina padaku.
Banyak sekali bahan-bahannya. Apakah aku bisa melakukan ini? oh tidak. Bagaimana jika aku gagal? rebus makaroni? masak Indomie saja aku tidak tahu, apa lagi rebus makaroni. Di tambah lagi aku harus menumis bawang, menyalakan kompor saja aku tidak bisa. Dasar payah!
"Bagaimana cara menyalakan kompor ini? apa harus memutar tombol ini?" Aku memutar tombol berwarna biru yang bertuliskan "On/Off".
Beruntung aku bisa membaca, jika tidak maka tamatlah riwayatku saat ini juga.
Aku mulai merebus makaroni. Merebus artinya memasukan air ke dalam panci, lalu kemudian memasukkan makaroni di dalam panci tersebut, dan yes! aku berhasil lagi.
Kini giliran menumis bawang merah, bawang putih, bawang bombai, jahe dan cabe.
"Banyak sekali bawangnya?" gumamku. Tapi tak mengapa, ini pasti sudah sesuai takaran yang di buat Reina tadi.
Aku pun mulai menumis semua bumbu yang ada. Lalu kemudian apa lagi? apakah aku harus memasukan makaroninya terlebih dahulu atau daging?
Lama berpikir sampai bawang yang ku tumis hampir gosong, akhirnya aku memasukkan makaroni terlebih dahulu. Sepuluh menit kemudian aku memasukan daging sapinya. Dan...
"Selesai," gumamku bangga dengan mahakaryaku yang baru ini.
"Pasta makaroni ala Sakila," lanjutku bangga selayaknya chef handal.
Tak lama datanglah Reina dari kamar mandi. Dia pun turut berdecak kagum padaku, karena berhasil memasak pasta daging sapi hanya dalam hitungan lima belas menit saja.
"Apakah ini sudah siap untuk di makan?" tanya Reina.
"Iya sudah," jawabku mantap.
"Baiklah, sajikan di atas meja. Ayah sudah kembali dari joging. Aku mau ke kamar dulu untuk membangunkan suamiku," titah Reina buru-buru.
"Baiklah."
Aku terus berdecak kagum atas karya pertamaku ini. Akhirnya aku berhasil juga.
"Aku sudah bilang bukan? bahwa aku akan membuktikan pada Paman Alka jika aku bisa menjadi seorang Ibu mertua yang baik," gumamku masih dengan raut kebanggaan. Meski tak tahu bagaimana rasanya pasta ini, yang terpenting adalah aku sudah selesai masak.
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Arta Boru Siregar
bikin kecsakila pibtaran dikit, ini malah ke kanak2an
2022-04-20
0
Etik Waryati
katanya orang ga punya(miskin)kenapa ga bisa masak....jadi aneh ya
2022-03-10
0
nengah suarni
koq bodoh sakila kan kerja direstoran jangan aneh aneh ceritanya thor
2021-06-05
1