BAB 11.

   Setelah beberapa menit dia berkutat di depan komputer, akhirnya dia sudah selesai dengan segala pekerjaannya yang diperintahkan oleh kepala perpustakaan kepadanya.

 Amira yang masih memiliki sisa waktu sebelum pulang, memilih menghabiskan waktunya itu untuk membaca buku yang belum sempat selesai dia baca sebelumnya.

    Dia sedang membaca buku puisi, kesukaan almarhumah ibunya.

    " Andai Umi masih ada disini, kita pasti akan baca puisi ini bersama-sama." batin Amira, berusaha keras menahan rindu kepada ibunya.

    Selama sebulan ini, dia terus mencoba mengiklaskan kepergian ibunya, walaupun itu sangat sulit untuknya, tetapi dia akan terus mencoba hingga dia bisa ikhlas seutuhnya.

    " Umi, Amira rindu." batin Amira kembali, seiring dia membaca buku yang ia baca.

    Dia ingat, dulu Umi nya itu sering membacakan surah-surah yang indah kepada dirinya.

     Seiring waktu dan seiring ingatan momen kebersamaan dia bersama ibunya, Amira pun sudah tidak bisa membendung air matanya lagi, dia menjadi sangat merindukan ibunya itu yang kini hanya bisa dia kirim rasa rindunya itu dengan doa-doa yang terbaiknya saja.

    Hingga tanpa dia sadari, air mata itu lolos dan jatuh membasahi seluruh halaman buku yang sedang dia baca.

    Inilah salah satu alasan dia menjadikan perpustakaan sebagai tempat ternyaman nya, karena di tempat ini dia bisa mencurahkan seluruh isi hati dan juga pikirannya, tanpa seorang pun yang mengetahuinya.

    Namun, semua itu sudah tidak berlaku lagi sekarang, karena kesedihan itu tidak lagi dia rasakan sendiri, tetapi sudah ada orang lain juga yang kini sudah mengetahuinya.

    Tanpa dia sadari, sepasang mata dengan tatapan tajam sedang mengamatinya dari kejauhan.

    Yah, pemilik mata tajam itu adalah suaminya sendiri, yang tidak lain adalah Muhammad Fajar Rudianto.

    Setelah sebelumnya dia membiarkan Amira tenang menumpahkan semua segala air mata dan juga rindunya kepada mendiang ibunya, akhirnya dia memutuskan untuk menghampiri sosok wanita yang sedang dilanda rasa rindu itu.

    Amira yang sedang tenggelam dalam lamunan nya itu, tiba-tiba langsung dikejutkan oleh sebuah jaket yang dipasangkan padanya, karena udara malam di Bandung kali ini sangat dingin ditambah dengan musim hujan yang sudah datang.

    " Fajar." lirih Amira, bersamaan dengan dirinya yang menoleh ke arah belakang.

    Fajar langsung menarik kursi yang ada di dekat Amira, kemudian dia langsung duduk tepat disamping Amira, dengan sikut tangannya yang dia jadikan tumpuan di atas meja, dan jari-jari tangannya yang bertaut menjadi satu.

    Dia hanya diam dan tidak berbicara,dia hanya fokus memandang bola mata indah Amira yang sudah terisi kembali oleh genangan air mata di pelupuk matanya teduhnya.

    " Sejak kapan kamu disini?" tanya Amira.

    Dia masih dikejutkan oleh kehadiran Fajar yang entah sejak kapan berada di perpustakaan dan ada disampingnya.

    " Kenapa nangis?" tanya Fajar.

    Dia masih menatap kedua bola mata Amira yang masih berkaca-kaca, sampai membasahi cadarnya.

    Amira yang menyadari hal itu sebelumnya, langsung saja menghapus air matanya dengan cepat.

    Dia sengaja menangis sendirian di sudut ruangan perpustakaan itu supaya tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya.

    Namun ternyata, seseorang sudah mengetahui nya, dan orang itu tidak lain adalah Fajar suaminya sendiri.

    " Saya kira, perempuan kayak kamu gak suka menangis." ejek Fajar sambil tersenyum samar.

    " Siapa yang nangis?, aku gak nangis." elak Amira segera membuang pandangannya ke sembarang arah.

    Dia tidak mau memperlihatkan air matanya di hadapan siapapun, termasuk Fajar.

    " Masih bisa ngelak, walaupun mata kamu udah sembab kayak gitu?" ujar Fajar berbicara kepada Amira yang masih enggan menghadap padanya.

    Amira tidak menanggapi nya, dia masih terus membelakangi Fajar.

    Beberapa saat setelah dia menenangkan diri, dia langsung menarik dan menghembuskan nafasnya dengan pelan, sampai air matanya tidak mampu lagi menetes.

    " Masih mau nangis disini atau mau pulang sekarang?" tanya Fajar kembali.

    Dalam waktu yang cukup lama, Fajar membiarkan Amira membelakanginya untuk menenangkan diri.

    Dia tau, Amira sangat butuh waktu sendiri untuk itu.

    Namun, dirasa waktu sudah semakin malam, maka Fajar memutuskan untuk mengajak Amira untuk segera pulang.

    " Sekarang jam berapa?" tanya Amira, yang kini kembali menghadap ke arah Fajar.

    Hatinya sudah kembali tenang, sehingga air matanya sudah berhenti mengalir.

    Namun, Meskipun begitu, matanya yang sembab tidak bisa dia sembunyikan, sehingga dia pasrah saja saat Fajar mengetahui dirinya menangis.

    Selain itu, tepi cadarnya juga sudah basah karena aliran air matanya, namun untuk saja kain cadarnya itu tidak menerawang walaupun kain itu sudah basah.

    " Kamu nangis sampe gak sadar waktu?" ucap Fajar malah berbalik bertanya kepada Amira.

    Amira langsung melirik ke arah jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya, dan benar yang dikatakan oleh Fajar itu, bahwa dia memang sudah tidak sadar akannya waktu.

    Entah sudah berapa lama dia menangis di sudut perpustakaan itu, dia tidak bisa menghitung dan mengingatnya, dia merasa kalau dia baru sebentar berada disana.

    " Seharusnya perpustakaan ini sudah tutup." ucap Amira sambil menatap Fajar dengan khawatir.

    Itu berarti, mereka berdua sudah terjebak di dalam perpustakaan itu, namun, kenapa tidak ada pegawai lain yang menegurnya dan mengatakan bahwa perpustakaan sudah ditutup?.

    Namun, beberapa detik kemudian, pertanyaan nya itu langsung terjawab.

    " Saya pegang kuncinya." ucap Fajar, sambil menunjukan kunci perpustakaan itu kepada Amira.

    " Alhamdulillah." balas Amira, bisa bernafas lega, karena malam ini mereka tidak terjebak di dalam perpustakaan.

    Dia lupa bahwa pemilik perpustakaan itu memang milik suaminya, yang tentu saja ia sudah memiliki akses untuk masuk dan keluar kapan saja dari perpustakaan itu.

    " Makanya jangan terlalu larut dalam kesedihan." ucap Fajar, memberikan nasihat.

    " Maaf." lirih Amira yang langsung menunduk.

    Dia mengakui kalau dirinya terlalu berlebihan dalam bersedih, namun tentu saja kesedihan nya itu adalah hal yang wajar, karena dia baru saja kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya.

    " Gak mau cerita?" tanya Fajar.

    Awalnya dia tidak ingin ikut campur akan masalah yang di alami oleh Amira, namun, karena saat ini Amira adalah istrinya, maka dia berhak tau apa yang terjadi dan apa telah dirasakan oleh Istrinya itu.

    Mereka sudah menikah, berarti mereka juga harus siap untuk berbagi masalah mereka, walaupun pernikahan itu terjadi karena sebuah perjodohan.

    " Oke, kalau saya gak berhak tau, kamu gak perlu cerita." ucap Fajar kembali, karena Amira tidak kunjung bersuara.

    Amira sempat diam beberapa saat, sampai akhirnya dia mulai berani mengatakan apa yang sedang dia pikirkan hingga membuatnya menangis seperti tadi.

    " Aku rindu Umi," lirih Amira yang masih menunduk.

    " Harusnya kamu doa'in, bukanya malah nangis, nangis emang boleh aja tapi jangan terus-terusan terlarut dalam kesedihan, Umi di sana malah akan sedih ngelihat kamu kayak gini, Umi tuh pengen ngelihat anaknya bahagia bukan nya malah sedih nangis kayak gini," ucap Fajar panjang lebar, mencoba menasehati dan menghibur Amira dengan caranya sendiri.

    Amira pun kembali mengangkat wajahnya, menatap Fajar dengan tatapan sendu, baru kali ini juga dia mendengar dan melihat Fajar ngomong panjang lebar, biasanya dia selalu irit dalam berbicara.

    " Kalau soal itu sudah pasti aku doa'in, tapi aku gak bisa menahan air mataku sendiri, aku juga gak terlalu terlarut dalam kesedihan setiap waktunya, hanya di setiap momen aja kala aku ketika aku rindu sama Umi baru aku sedih,." jawab Amira jujur.

    Hal itu membuat Fajar tersenyum sekaligus merasa kasihan terhadap istrinya itu.

    " Mau pulang sekarang?" tanya Fajar.

    " Hm." jawab Amira yang langsung mengangguk.

    Fajar lebih memilih mengajak Amira untuk pulang, karena dia tidak ingin istrinya itu terlalu larut dalam kesedihan.

    " Ngapain?" tanya Fajar, menahan Amira yang hendak melepaskan jaket yang sudah dia pakaikan kepada Amira sebelumnya.

    " Jaket kamu, aku kembalikan, kamu juga pasti kedinginan, kan?" jawab Amira.

    Dia pun hendak kembali melepaskan jaket itu dari tubuhnya, tetapi lagi dan lagi Fajar kembali mencegahnya.

    " Pake aja, kamu lebih perlu." ucap Fajar dengan wajah datarnya.

    " Makasih, Fajar." ujar Amira yang langsung tersenyum tenang dibalik cadarnya, dan kembali mengenakan jaket yang sudah diberi oleh suaminya itu.

    Mereka pun tidak lagi memperdebatkan perihal jaket itu, dan langsung memutuskan untuk segera pulang.

   TO BE CONTINUE.

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

g sadar kl sdh tutup ya Amira hanyut dlm kesedihan g sadar jg Fajar ada di sana

2025-02-17

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1.
2 BAB 2.
3 BAB 3.
4 BAB 4.
5 BAB 5.
6 BAB 6.
7 BAB 7.
8 BAB 8.
9 BAB 9.
10 BAB 10.
11 BAB 11.
12 BAB 12.
13 BAB 13.
14 BAB 15.
15 BAB 16.
16 BAB 17.
17 BAB 18.
18 BAB 19.
19 BAB 20.
20 BAB 21.
21 BAB 22.
22 BAB 23.
23 BAB 24.
24 BAB 26.
25 BAB 27.
26 BAB 28.
27 BAB 29.
28 BAB 30.
29 BAB 32.
30 BAB 33.
31 BAB 34.
32 BAB 35.
33 BAB 36.
34 BAB 37.
35 BAB 38.
36 BAB 39.
37 BAB 40.
38 BAB 41.
39 BAB 42.
40 BAB 43.
41 BAB 44.
42 BAB 45.
43 BAB 46.
44 BAB 47.
45 BAB 48.
46 BAB 49.
47 BAB 50.
48 BAB 51.
49 BAB 52.
50 BAB 53.
51 BAB 54.
52 BAB 55.
53 BAB 56.
54 BAB 57.
55 BAB 58.
56 BAB 59.
57 BAB 60.
58 BAB 61.
59 BAB 62.
60 BAB 63.
61 BAB 64.
62 BAB 65.
63 BAB 66.
64 BAB 67.
65 BAB 68.
66 BAB 69.
67 BAB 70.
68 BAB 71.
69 BAB 72.
70 BAB 73.
71 BAB 74.
72 BAB 75.
73 BAB 76.
74 BAB 77.
75 BAB 78.
76 BAB 79.
77 BAB 80.
78 BAB 81.
79 BAB 82.
80 BAB 83.
81 BAB 84.
82 BAB 85.
83 BAB 86.
84 BAB 87.
85 BAB 88.
86 BAB 89.
87 BAB 90.
88 BAB 91.
89 BAB 92.
90 BAB 93.
91 BAB 94.
92 BAB 95.
93 BAB 96.
94 BAB 97.
95 BAB 98.
96 BAB 99.
97 BAB 100.
98 BAB 101.
99 BAB 102.
100 BAB 103.
101 BAB 104.
102 BAB 105.
103 21+
104 21+
105 BAB 108.
106 BAB 109.
107 21+
108 BAB 111.
109 BAB 112.
110 BAB 113.
111 BAB 114.
112 BAB 115.
113 BAB 116.
114 BAB 117.
115 BAB 118.
116 BAB 119.
117 BAB 120.
118 BAB 121.
119 BAB 122.
120 BAB 123.
121 BAB 124.
122 BAB 125.
123 BAB 126.
124 BAB 127.
125 21+
126 BAB 129.
127 BAB 130.
128 BAB 131.
129 BAB 132
130 BAB 133.
131 BAB 134.
132 BAB 135.
133 BAB 136.
134 BAB 137.
135 BAB 138.
136 BAB 139.
137 CEMBURU!.
138 CEMBURU 2.
139 BAB 142.
140 BAB 143.
141 BAB 144
142 BAB 145.
143 ACARA ULTAH.
144 MENYAKITKAN.
145 BAB 148.
146 PEKAN OLAHRAGA.
147 BAB 150.
148 BAB 151.
149 BAB 152.
150 MENEGANGKAN!.
151 BANGGA!.
152 BAB 155.
153 BAB 156.
154 RANGGA DAN IRMA.
155 PENYUSUP!.
156 BAB 156.
157 MENGOBATI.
158 BAB 158.
159 RAPUHNYA FAJAR RUDIANTO.
160 BAB 160.
161 SALING MENCINTAI.
162 BAB 162.
163 LEMBANG.
164 TEMPAT RAHASIA YANG INDAH.
165 NENEK KHODIJAH.
166 MENGUKIR CINTA.
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1.
2
BAB 2.
3
BAB 3.
4
BAB 4.
5
BAB 5.
6
BAB 6.
7
BAB 7.
8
BAB 8.
9
BAB 9.
10
BAB 10.
11
BAB 11.
12
BAB 12.
13
BAB 13.
14
BAB 15.
15
BAB 16.
16
BAB 17.
17
BAB 18.
18
BAB 19.
19
BAB 20.
20
BAB 21.
21
BAB 22.
22
BAB 23.
23
BAB 24.
24
BAB 26.
25
BAB 27.
26
BAB 28.
27
BAB 29.
28
BAB 30.
29
BAB 32.
30
BAB 33.
31
BAB 34.
32
BAB 35.
33
BAB 36.
34
BAB 37.
35
BAB 38.
36
BAB 39.
37
BAB 40.
38
BAB 41.
39
BAB 42.
40
BAB 43.
41
BAB 44.
42
BAB 45.
43
BAB 46.
44
BAB 47.
45
BAB 48.
46
BAB 49.
47
BAB 50.
48
BAB 51.
49
BAB 52.
50
BAB 53.
51
BAB 54.
52
BAB 55.
53
BAB 56.
54
BAB 57.
55
BAB 58.
56
BAB 59.
57
BAB 60.
58
BAB 61.
59
BAB 62.
60
BAB 63.
61
BAB 64.
62
BAB 65.
63
BAB 66.
64
BAB 67.
65
BAB 68.
66
BAB 69.
67
BAB 70.
68
BAB 71.
69
BAB 72.
70
BAB 73.
71
BAB 74.
72
BAB 75.
73
BAB 76.
74
BAB 77.
75
BAB 78.
76
BAB 79.
77
BAB 80.
78
BAB 81.
79
BAB 82.
80
BAB 83.
81
BAB 84.
82
BAB 85.
83
BAB 86.
84
BAB 87.
85
BAB 88.
86
BAB 89.
87
BAB 90.
88
BAB 91.
89
BAB 92.
90
BAB 93.
91
BAB 94.
92
BAB 95.
93
BAB 96.
94
BAB 97.
95
BAB 98.
96
BAB 99.
97
BAB 100.
98
BAB 101.
99
BAB 102.
100
BAB 103.
101
BAB 104.
102
BAB 105.
103
21+
104
21+
105
BAB 108.
106
BAB 109.
107
21+
108
BAB 111.
109
BAB 112.
110
BAB 113.
111
BAB 114.
112
BAB 115.
113
BAB 116.
114
BAB 117.
115
BAB 118.
116
BAB 119.
117
BAB 120.
118
BAB 121.
119
BAB 122.
120
BAB 123.
121
BAB 124.
122
BAB 125.
123
BAB 126.
124
BAB 127.
125
21+
126
BAB 129.
127
BAB 130.
128
BAB 131.
129
BAB 132
130
BAB 133.
131
BAB 134.
132
BAB 135.
133
BAB 136.
134
BAB 137.
135
BAB 138.
136
BAB 139.
137
CEMBURU!.
138
CEMBURU 2.
139
BAB 142.
140
BAB 143.
141
BAB 144
142
BAB 145.
143
ACARA ULTAH.
144
MENYAKITKAN.
145
BAB 148.
146
PEKAN OLAHRAGA.
147
BAB 150.
148
BAB 151.
149
BAB 152.
150
MENEGANGKAN!.
151
BANGGA!.
152
BAB 155.
153
BAB 156.
154
RANGGA DAN IRMA.
155
PENYUSUP!.
156
BAB 156.
157
MENGOBATI.
158
BAB 158.
159
RAPUHNYA FAJAR RUDIANTO.
160
BAB 160.
161
SALING MENCINTAI.
162
BAB 162.
163
LEMBANG.
164
TEMPAT RAHASIA YANG INDAH.
165
NENEK KHODIJAH.
166
MENGUKIR CINTA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!