Bab 2 Bayangan dari Masa Lalu

Setelah pertemuan itu, hubungan antara Zayyy dan Angelina terasa berbeda. Percakapan ringan yang awalnya sekadar basa-basi kini berubah menjadi obrolan mendalam yang membuka sisi lain dari keduanya.

Zayyy, yang terbiasa bersikap santai dan tak terlalu peduli pada perasaan orang lain, mulai merasakan sesuatu yang baru. Seperti ada perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, sesuatu yang membuatnya ingin mengenal Angelina lebih jauh.

Minggu berikutnya, Zayyy kembali mengunjungi MTsN untuk menghadiri acara alumni tahunan. Banyak teman lama yang ia temui, tetapi ada satu sosok yang diam-diam ia harapkan hadir – Angelina.

Namun, hingga acara dimulai, sosoknya tak juga terlihat. Aula ramai oleh obrolan dan tawa, suasana nostalgia yang hangat menyelimuti seluruh ruangan.

Zayyy bergabung dalam percakapan, berbincang dengan teman-teman lama yang kini tampak lebih dewasa dan sibuk dengan kehidupannya masing-masing.

Di tengah keramaian, ponselnya tiba-tiba bergetar. Sebuah pesan masuk dari Angelina. “Kamu di acara alumni, kan? Aku nggak bisa hadir. Lagi ada urusan keluarga. Maaf ya…”

Zayyy merasa kecewa, meskipun ia tahu tak seharusnya begitu. Ia membalas dengan singkat, “Nggak apa-apa, Lina. Semoga semuanya lancar, ya.”

Namun, setelah ia mengirim pesan itu, perasaan kecewa dan rindu justru semakin menguat. Tanpa kehadiran Angelina, acara alumni itu terasa hampa baginya. Teman-teman yang dahulu ia anggap dekat kini seperti orang asing.

Segalanya berubah seiring berjalannya waktu, tetapi ada satu hal yang tetap sama – perasaannya terhadap Angelina. Ia menyadari bahwa perasaan yang selama ini dianggapnya biasa ternyata memiliki makna yang lebih dalam.

Malam itu, ketika pulang dari acara alumni, Zayyy tidak langsung menuju rumah. Ia memutuskan untuk melewati Bukit Surga, tempat yang dulu sering ia datangi bersama teman-temannya.

Bukit ini memiliki pemandangan indah yang memperlihatkan lampu kota Nganjuk di kejauhan, berkelip-kelip di bawah langit malam yang penuh bintang. Di tengah sunyi malam, pikirannya kembali melayang pada sosok Angelina. Sejak kapan ia merindukan kehadirannya sedalam ini?

Bukit itu penuh kenangan bagi mereka berdua. Pernah suatu hari di tahun terakhir MTsN, Zayyy dan Angelina datang ke sini bersama sekelompok teman. Mereka duduk berjam-jam, berbicara tentang masa depan, cita-cita, dan impian.

Angelina bercerita bahwa ia ingin menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain, seseorang yang mampu membuat perubahan. Di mata Zayyy, Angelina adalah sosok yang unik; ia cerdas, ambisius, tetapi tetap hangat dan peduli.

Duduk sendirian di atas bukit, Zayyy menghela napas panjang. Semua kenangan itu muncul begitu jelas di benaknya, seolah baru terjadi kemarin.

Ia mulai menyadari betapa besar pengaruh Angelina dalam hidupnya, meski mereka tidak lagi berstatus sebagai sepasang kekasih. Kenangan yang dulu terasa biasa kini mendadak memiliki makna yang mendalam.

“Kenapa harus kamu, Lina?” gumamnya pelan, seolah berharap angin malam bisa membawa kata-katanya ke tempat Angelina berada.

Pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab. Apakah Angelina pernah merasakan hal yang sama? Ataukah ia hanyalah satu dari sekian banyak teman pria dalam hidupnya? Zayyy tahu bahwa Angelina memiliki banyak teman lelaki yang dekat dengannya, sesuatu yang dulu tak terlalu ia pedulikan tetapi kini mulai membuatnya merasa cemburu.

Saat larut dalam pikirannya, tiba-tiba ia mendengar suara motor mendekat. Ia menoleh dan mendapati seorang teman lamanya, Reza, berjalan mendekat sambil tersenyum kecil. “Eh, ngapain lo di sini, Zayyy? Sendirian lagi?”

Zayyy tertawa pelan, lalu menyenggol Reza. “Iseng aja. Lagi pengen merenung.”

Reza duduk di sampingnya, memandang pemandangan kota yang terbentang di hadapan mereka. Mereka berbincang tentang berbagai hal, dari kenangan masa sekolah hingga rencana masa depan. Di tengah obrolan, Reza tiba-tiba menyinggung Angelina.

“Gue denger lo deket lagi sama Angelina. Beneran tuh?” tanyanya, nada suaranya setengah bercanda namun penuh rasa ingin tahu.

Zayyy mengangkat bahu. “Ya… kita cuma ngobrol-ngobrol aja, Za. Teman lama, tahu sendiri lah.”

Reza tertawa kecil, seolah tidak percaya. “Teman lama, tapi kayaknya lo ada rasa, ya? Nggak perlu ditutup-tutupin, Zayyy.”

Zayyy menghela napas, menyadari bahwa Reza bisa membaca perasaannya dengan jelas. “Gue juga nggak tahu, Za. Dia… Dia beda. Selalu beda. Tapi, gue nggak yakin dia ngerasain yang sama.”

Reza menepuk bahu Zayyy, memberikan dukungan tanpa banyak kata. “Kadang, kita nggak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya, Zayyy. Kalau lo emang serius, tunjukin aja. Jangan sampai nyesel nantinya.”

Malam itu, kata-kata Reza terus terngiang di kepala Zayyy. Ia tahu Reza benar. Jika memang Angelina memiliki tempat istimewa di hatinya, maka ia harus mengambil langkah lebih berani.

Namun, ia juga tidak ingin mengganggu kehidupan Angelina yang mungkin sudah bahagia dengan pilihannya sendiri. Setelah berpisah dengan Reza, Zayyy pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk, antara keinginan untuk maju dan keraguan yang terus menghantui.

Di hari-hari berikutnya, Zayyy mencoba untuk tetap tenang. Ia berusaha menekan perasaannya, menyibukkan diri dengan kegiatan sehari-hari, namun tetap saja sosok Angelina terus hadir dalam pikirannya. Di sela-sela kesibukannya, ia sesekali mengirim pesan pada Angelina, menanyakan kabarnya atau sekadar berbagi cerita.

Suatu hari, saat mereka sedang mengobrol di aplikasi pesan, Angelina mengirimkan pesan yang membuat Zayyy terpaku.

“Zayyy, kamu pernah ngerasa nggak kalau hidup ini kadang terlalu rumit?”

Pertanyaan itu sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam. Zayyy membaca pesan itu berulang kali sebelum membalasnya, berusaha mencari kata-kata yang tepat.

“Kadang-kadang. Tapi mungkin karena kita sendiri yang bikin rumit, nggak sih? Kenapa tiba-tiba nanya gitu, Lina?”

Ada jeda sebelum Angelina membalas. “Aku cuma lagi mikir. Terkadang aku merasa sulit buat ngertiin perasaan sendiri. Seolah-olah ada banyak yang harus dipikirin, tapi nggak tahu harus mulai dari mana.”

Jawaban itu membuat Zayyy berpikir. Mungkin Angelina juga mengalami perasaan yang serupa, kebingungan akan perasaannya sendiri, terutama terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia ingin bertanya lebih lanjut, tetapi ragu apakah itu akan membuat Angelina merasa tidak nyaman.

Setelah beberapa saat, ia memutuskan untuk mengirim pesan lagi. “Kadang yang kita butuhin cuma waktu, Lina. Nggak semua hal harus dipecahin sekarang juga. Mungkin ada baiknya kita ikutin aja perasaan kita pelan-pelan.”

“Iya, mungkin kamu benar,” jawab Angelina singkat. Meskipun pesan itu hanya beberapa kata, Zayyy merasa ada kedekatan di antara mereka yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Percakapan itu membuat Zayyy semakin yakin bahwa ada sesuatu yang lebih dalam di antara mereka, sesuatu yang mungkin tak pernah ia sadari sebelumnya.

Ia menyadari bahwa hubungan mereka bukan sekadar kenangan masa lalu, melainkan sesuatu yang mungkin bisa tumbuh menjadi lebih dalam dan bermakna.

Namun, di balik semua perasaan itu, Zayyy tetap harus mencari cara untuk menghadapi hatinya sendiri dan memutuskan apakah ia siap mengambil risiko demi sesuatu yang selama ini hanya ada dalam bayangannya.

Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Pertama
2 Bab 2 Bayangan dari Masa Lalu
3 Bab 3 Jejak Tak Terlupakan
4 Bab 4 Keputusan yang Mengubah Segalanya
5 Bab 5 Menghadapi Tantangan Baru
6 Bab 6 Menggali Kebenaran
7 Bab 7 Menghadapi Musuh di Bayangan
8 Bab 8 Musuh yang Tak Terduga
9 Bab 9 Pengkhianatan dalam Bayang-Bayang
10 Bab 10 Menggali Kebenaran di Balik Pengkhianatan
11 Bab 11: Menghadapi Badai Bersama
12 Bab 12: Di Ujung Kesabaran
13 Bab 13: Janji di Bawah Langit
14 Bab 14: Persimpangan Jalan
15 Bab 15: Jalan yang Berbeda
16 Bab 16: Pertemuan Tak Terduga
17 Bab 17: Kenangan yang Terukir
18 Bab 18: Senja yang Tak Pernah Padam
19 Bab 19: Bayangan di Tengah Keramaian
20 Bab 20: Batas-Batas yang Teruji
21 Bab 21: Persimpangan Keputusan
22 Bab 22: Jejak Langkah
23 Bab 23: Petualangan di Air Terjun Singokromo
24 Bab 24: Perjalanan Menuju Taman Pintar Nganjuk
25 Bab 25: Pertemuan di Taman Pandan Wilis
26 Bab 26: Menggali Kenangan di Air Terjun Singokromo
27 Bab 27: Menyusuri Jalan Raya ke Taman Pandan Wilis
28 Bab 28: Memori di Taman Pintar
29 Bab 29: Jejak dalam Kenangan
30 Bab 30: Dalam Jalinan Takdir
31 Bab 31: Langkah ke Depan
32 Bab 32: Pertemuan Tak Terduga
33 Bab 33: Menemukan Jati Diri
34 Bab 34: Menemukan Jalan Menuju Central Continent
35 Bab 35: Di Balik Rintangan
36 Bab 36: Jejak Masa Lalu
37 Bab 37: Menuju Gunung Eldoria
38 Bab 38: Menemukan Kembali Diri
39 Bab 39: Jejak yang Tak Terhapuskan
40 Bab 40: Peluang di Ujung Jalan
41 Bab 41: Bayang-Bayang Ancaman
42 Bab 42: Pertempuran Malam
43 Bab 43: Kekuatan Persahabatan
44 Bab 44: Kenangan Terakhir
45 Epilog
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Pertama
2
Bab 2 Bayangan dari Masa Lalu
3
Bab 3 Jejak Tak Terlupakan
4
Bab 4 Keputusan yang Mengubah Segalanya
5
Bab 5 Menghadapi Tantangan Baru
6
Bab 6 Menggali Kebenaran
7
Bab 7 Menghadapi Musuh di Bayangan
8
Bab 8 Musuh yang Tak Terduga
9
Bab 9 Pengkhianatan dalam Bayang-Bayang
10
Bab 10 Menggali Kebenaran di Balik Pengkhianatan
11
Bab 11: Menghadapi Badai Bersama
12
Bab 12: Di Ujung Kesabaran
13
Bab 13: Janji di Bawah Langit
14
Bab 14: Persimpangan Jalan
15
Bab 15: Jalan yang Berbeda
16
Bab 16: Pertemuan Tak Terduga
17
Bab 17: Kenangan yang Terukir
18
Bab 18: Senja yang Tak Pernah Padam
19
Bab 19: Bayangan di Tengah Keramaian
20
Bab 20: Batas-Batas yang Teruji
21
Bab 21: Persimpangan Keputusan
22
Bab 22: Jejak Langkah
23
Bab 23: Petualangan di Air Terjun Singokromo
24
Bab 24: Perjalanan Menuju Taman Pintar Nganjuk
25
Bab 25: Pertemuan di Taman Pandan Wilis
26
Bab 26: Menggali Kenangan di Air Terjun Singokromo
27
Bab 27: Menyusuri Jalan Raya ke Taman Pandan Wilis
28
Bab 28: Memori di Taman Pintar
29
Bab 29: Jejak dalam Kenangan
30
Bab 30: Dalam Jalinan Takdir
31
Bab 31: Langkah ke Depan
32
Bab 32: Pertemuan Tak Terduga
33
Bab 33: Menemukan Jati Diri
34
Bab 34: Menemukan Jalan Menuju Central Continent
35
Bab 35: Di Balik Rintangan
36
Bab 36: Jejak Masa Lalu
37
Bab 37: Menuju Gunung Eldoria
38
Bab 38: Menemukan Kembali Diri
39
Bab 39: Jejak yang Tak Terhapuskan
40
Bab 40: Peluang di Ujung Jalan
41
Bab 41: Bayang-Bayang Ancaman
42
Bab 42: Pertempuran Malam
43
Bab 43: Kekuatan Persahabatan
44
Bab 44: Kenangan Terakhir
45
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!