Kemunculan Tuan Hengky secara mendadak ialah karena menghadiri acara penghargaan bertepatan juga dengan undangan menghadiri pesta pernikahan putri dari kolega bisnis nya yang kebetulan lokasi acara itu tidak jauh dari kota C tempat Tuan William berada. Saat pesta sedang berlangsung Tuan Hengky tidak sengaja mendengar desas desus berita yang sedang panas beredar, setelah tahu siapa yang tengah menjadi bahan perbincangan barulah ia tersadar bahwa sahabat nya sedang dalam masalah, setelah sekian lama tidak bertemu tanpa tahu kabar masing-masing Tuan Hengky memutuskan untuk mendatangi kediaman sahabat nya itu.
"Hadi, katakan apa yang bisa ku bantu?"
Mendengar pertanyaan dari sang sahabat barulah Tuan William mengutarakan keluh kesah nya dari awal mula masalah berdatangan serta trauma yang di alami putra semata wayang nya, sesungguh nya lelaki paruh baya itu sangat cemas akan keadaan putra nya. Bukan karena komentar orang-orang melainkan tentang sekian lama Edwin menutup rapat pintu hati nya. Lagi dna lagi dada lelaki itu kembali terasa sesak dengan nafas yang berat, kemudian Tuan Hengky mendekat menepuk-nepuk pundak sahabat nya sambil tersenyum mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Sementara itu di tempat lain dua wanita terlihat saling mengusap air mata dan berpelukan satu sama lain. Nyonya Erina berkata bahwa tidak ada satupun orang tua di dunia ini yang rela melihat anak nya terus tenggelam dalam jurang kesedihan. Malam itu di karenakan waktu terbatas dan kesibukan yang padat akhirnya dengan berat hati Tuan Hengky dan istri nya pamit untuk pulang, namun kedua belah keluarga sepakat akan mengadakan pertemuan keluarga dalam waktu dekat.
Pagi itu di kediaman Presdir Winner Group seperti biasa semua anggota keluarga sudah berkumpul untuk sarapan bersama, suasana di meja makan pun terasa jauh lebih tenang tanpa ada ketegangan seperti kemarin. Sebelum semua nya bubar dengan aktifitas masing-masing Ivana menyampaikan bahwa ia meminta izin akan keluar negri beberapa hari untuk mengunjungi orang tua nya, karena sudah lama sekali gadis itu tidak pulang. Mendengar hal itu mau tidak mau Presdir dan istri nya pun mengijinkan.
"Sayang, kapan kamu pulang keluar negri ?" tanya Nyonya Ajeng pada Ivana
"Rencana nya sih lusa mah kalau tidak ada halangan"
"Ya ampun cepat sekali, nanti di sana jangan lama-lama ya nanti kami yang disini pasti sangat merindukan mu" ucap Nyonya dengan raut sedih
"Tenang saja mah, aku tidak akan lama, lagipula tugas kuliah ku pasti numpuk sekali kalau aku berlama-lama di sana, dan juga kalau mamah tidak mau kesepian sebaiknya segera cari menantu biar bisa di ajak belanja dan jalan-jalan setiap hari hihihi betil kan kak ?" sahut Ivana sembari menoel lengan Edwin yang sedari tadi hanya diam menyantap sarapan.
"Hihi... Kamu benar sayang, dan bisa jadi kata-katamu barusan akan segera terwujud dalam waktu dekat" ucap Nyonya Ajeng antusias tersenyum lebar melirik suami nya.
"Haaahhh benarkah ?" Ivana kaget menutup mulut nya, gadis itu mengedipkan mata kepada Nyonya memberi kode bahwa ia tidak salah dengar, lalu di balas senyum dan anggukan kecil dari nyonya Ajeng sembari menutup mulut dengan telunjuk menyuruh Ivana untuk merahasiakan nya.
Seperti biasa setelah selesai sarapan Ivana adalah orang pertama yang meninggalkan rumah bergegas ke kampus karena gadis itu tidak suka membuang-buang waktu.
Presdir pun kembali menanyakan perihal solusi kepada putra nya, dan benar saja sesuai dugaan sepandai-pandai nya Edwin tidak akan mudah bagi nya mencari solusi yang tepat hanya dalam waktu satu malam.
"Kalau begitu sesuai perjanjian kali ini kau yang harus mengikuti peraturan ayah"
"Menikahlah !"
Edwin terbelalak menatap Presdir
"Menikahlah dengan Qiana putri tuan Hengky"
Seperti kehabisan kata-kata masih mematung dalam beberapa saat, kepala nya berkecamuk menahan emosi yang entah harus ia luapkan kepada siapa.
"Tidak mungkin ayah, aku bahkan belum mengenal nya dan aku yakin ayah dan ibu juga belum mengenal gadis itu kan ? meski orang tua nya sudah seperti keluarga bagi ayah tapi tidak bagiku."
Edwin mulai hilang kendali, meski sudah menduga ini kakan jadi bagian dari rencana orang tua nya, namun tetap saja ia terkejut dengan dengan keputusan sang ayah.
"Berarti kalau kau sudah mengenal nya itu arti nya kau setuju untuk menikah kan ? Baiklah kalau begitu besok lusa kau pergi di temani Sekretaris Jul ke kota A untuk meninjau langsung lokasi cabang baru yang sempat tertunda rapat pembangunan nya, kebetulan tempat nya tidak jauh dari departemen store yang di kelola oleh putri Tuan Hengky kalian harus saling kenal satu sama lain, ayah harap kau pulang membawa kabar baik !!"
Usai bicara lelaki paruh baya itu beranjak pergi tanpa mau mendengar alasan apapun lagi dari putra nya.
"Setiap tindakan pasti ada konsekuensi nya, jadi bertanggung jawab lah dan jangan mengecewakan ayah". ucap Presdir berlalu menepuk pundak sang anak. Tak lama kemudian muncul notifikasi di ponsel Edwin, rupa nya itu sebuah pesan dari ibu nya.
"Kau pasti suka" Lelaki itu memperbesar foto yang baru saja ia terima
"Cihhh... Yang benar saja, ternyata seorang anak kecil" gumam nya
Siang itu Edwin kembali ke apartemen di ikuti Sekretaris Jul, dengan kaki panjang nya pria itu mampu mengiringi laju Edwin, ya tentu saja selain orang kepercayaan Presdir Sekretaris Jun sudah seperti teman dekat bagi Tuan muda, karena di antara banyak orang yang pernah menjabat sebagai Sekretaris hanya Jul yang paling mampu memahami Tuan muda dengan sangat baik. Bisa di bilang Sekretaris Jul ini yang paling tahan banting menghadapi sikap Tuan muda yang semena-mena itu.
Edwin melangkah dengan cepat memasuki lift, sejenak lelaki bertubuh tinggi itu terdiam seperti memikirkan sesuatu
"Mengapa anda setuju untuk menikah Tuan ?"
Julian bertanya seperti sudah mengetahui apa yang tengah di pikirkan Edwin
"Aku tidak setuju, aku hanya terpaksa"
Sesampainya di apartemen Edwin langsung merebahkan diri nya di sofa, sedangkan Sekretaris Jul langsung menuju dapur menuang air hangat dengan sedikit madu ke dalam gelas. Di apartemen yang cukup luas itu bahkan tidak ada satupun pelayan selain Edwin seorang diri, hanya ada pelayan yang setiap pagi datang ke apartemen untuk bersih-bersih dan menyediakan makanan, setelah semua tugas selesai para pelayan itupun segera kembali karena Tuan muda tidak suka jika ada orang lain di rumah nya.
"Minumlah Tuan" Sekretaris Jul menyuguhkan air madu yang baru saja ia buat, sementara Edwin masih juga tidak bergeming
"Tuan, kali ini saya tidak ingin terlibat lagi dengan masalah perjodohan anda, kalau tidak saya bisa di habisi oleh Presdir"
Sekretaris Jul bahkan sudah berjanji dengan Presdir mengenai masalah kali ini, di tambah lagi sebelum bertemu dengan Edwin dia sudah mendapat pesan singkat dari Presdir "Ku beri kau satu kesempatan lagi, jadi lakukan tugas mu dengan benar !!"
Perlahan Edwin bangun menengak minuman nya,
"Itu kan sudah menjadi tugasmu Jul, lagipula kau tau kan salah satu alasan mengapa aku sangat percaya pada mu, karena kau sangat kompeten dan selalu bisa di andalkan"
Sekretaris Jul hanya bisa menghela nafas panjang menatap Edwin dengan penuh kesal
"Haha ada apa dengan tatapanmu Jul ? Kau marah ?"
"Tidak Tuan, hanya saja saya merasa kepintaran dan ketabahan hati yang saya miliki saat ini adalah kutukan !"
"Ngomong-ngomong siapakah gadis malang yang akan menikah dengan anda tuan ?"
Tanya sekretaris Jul dengan nada mengejek dan penuh selidik, karena selama ini diri nya lah yang menggantikan Edwin menemui pasangan kencan buta nya tanpa sepengetahuan Nyonya dan Presdir, entah bagai mana cara nya hanya Jul dan Tuhan yang tau.
"Coba kau cari tahu semua informasi tentang gadis itu" Edwin menyodorkan Ponsel nya
"Hanya ini saja Tuan ?" Sekretaris Jul mengernyitkan dahi nya
"Hmmm.... Aku lupa siapa nama nya, tadi Ibu mengirim foto itu dan langsung bilang aku pasti menyukai nya, cih ibu memang suka sekali asal menerka-nerka dan sial nya lusa besok aku di suruh sekalian menemui anak kecil itu" ucap Edwin kembali menenggak minuman nya.
"Jadi bagaimana tuan ? Apa kali ini kau akan kabur lagi ?"
"Hmmm entahlah"
"Di balik hmm hmm mu itu apa Tuan, jadi kau mau menemui nya atau tidak hah ? jangan sampai kau mendadak melarikan diri lagi seperti yang sudah-sudah dasar gunung es tidak jelas" gerutu Sekretaris Jul sambil beranjak pergi
"Apa yang kau gumamkan Jul ?"
"Ahh bukan apa-apa Tuan, saya hanya mengatakan kalau ternyata anda bisa penasaran juga dengan seorang gadis dan sepertinya anda tertarik"
"Berhenti bicara omong kosong Jul, jangan menghayal yang tidak-tidak, aku itu hanya sebatas ingin tahu sudah itu saja"
Mendengar jawaban Edwin yang terkesan menyangkal sekretaris Jul hanya manggut-manggut
"Sepertinya udara di sini mulai panas ya Tuan" ejek Jul yang sudah mulai merasakan percikan api dari Tuan muda nya itu
"Jika tidak ada lagi yang ingin anda sampaikan maka saya pamit pulang dulu Tuan"
"Hmmm besok datanglah lebih awal" balas Edwin sembari melambaikan tangan nya
"Baik Tuan, sepertinya ada yang tidak sabar menunggu informasi mengenai sese....."
"Tutup mulutmu Jul"
Bug.... Sekretaris Jul bergegas menutup pintu setelah punggung nya di terkena bantal terbang
"Sialan, bahkan gerakan tangan nya melebihi kecepatan bicara nya".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments