"Pelaku nya ? Apa sudah ada info tentang pelaku nya ? Apa ada orang yang kau curigai Jul ?"
"Sampai saat ini masih belum di ketahui secara pasti dalang di balik penyebar berita nya, karena pelaku nya menggunakan akun anonim jadi sudah pasti merupakan orang bayaran"
"Para gadis yang di kenalkan Nyonya apakah sudah ada yang cocok ?"
"Maaf tuan kalau itu belum ada satupun yang cocok dengan Tuan muda" (kalau ada yang cocok sudah pasti masalah rumor ini bisa sedikit menemukan titik terang, tapi jangankan ada yang cocok, bertemu dengan meraka secara langsung saja si gila itu tidak sudi, huh kau benar-benar merepotkan Tuan muda) Sekretaris Jul hanya bisa bergumam dalam hati.
"Apaaa ? Jangan bilang selama ini kau yang di utus oleh nya untuk menemui gadis-gadis itu Jul ? Jawab ? Katakan semuanya sekarang juga !!"
"Ma..maaf tuan", sekali lagi Jul hanya bisa meminta maaf, bahkan kata maaf pun lidah nya benar-benar kelu mengucapkan nya, tubuh nya mematung ketakutan bagaimana bisa Presdir mengetahui hal itu pikir nya".
"Hah.. sudah kuduga, anak itu masih belum sadar juga rupa nya, rumor itu akan terus berkembang jika tiap gadis yang di temui membeberkan hal serupa tanpa adanya penyangkalan dari Edwin secara langsung".
"Mati saja kau Jul" gumam Jul lunglai mengutuk diri nya sendiri
"Masalah perusahaan ku serahkan padamu, sekarang kembalilah ke kantor. Besok tidak perlu datang kemari atau menemui Edwin, anak itu akan bermalam di sini kirim semua melalui Email dan jangan kemari sebelum ku panggil" sekali lagi Presdir menegaskan artinya meski Edwin sekalipun yang menyuruh nya datang maka tetap tidak boleh datang.
"Siap Tuan" dengan lutut lemas Sekretaris Jul berjalan meninggalkan (akhir tahun sepertinya aku harus pensiun)
Sebenarnya Sekretaris Jul sendiri tahu persis betapa Presdir sangat memahami putra nya, namun karena kabar yang beredar belakangan ini sangat marak, tanpak nya membuat lelaki paruh baya itu terganggu sehingga ia ingin memastikan sekali lagi bahwa putra nya normal dan baik-baik saja, beliau juga paham kenapa sampai saat ini Edwin mengurung diri dan mengunci hati nya rapat-rapat bahkan anak nya itu berucap tidak ingin lagi menjalin hubungan dengan wanita manapun. Itu sebab nya Presdir sangat khawatir karena jika masalah nya tentang Tuan muda sekecil apapun itu akan membuat nya tidak tenang, terlebih lagi masalah seperti itu juga berdampak pada perusahaan.
Beberapa langkah Sekretaris Jul meninggalkan ruangan Presdir dia dihampiri oleh Pak Mun sembari menyodorkan bingkisan makanan, Jul yang baru tersadar bahwa sedari pagi dirinya belum makan apapun segera menyambut bingkisan dari tangan Pak Mun.
"Terima kasih Pak Mun, maaf merepotkan anda" Jul kembali ke kantor tanpa bertemu Edwin
Sementara itu di ruangan lain, Edwin yang sudah mulai bosan mendengar rentetan pertanyaan dari sang ibu hanya bisa menjawab sekena nya, sesekali mata nya melirik arloji di tangan nya, memikirkan cara tercepat agar bisa segera mengakhiri persidangan tanpa terjadi kerusuhan berkelanjutan. Karena salah sedikit saja bisa-bisa pisau buah yang sedari tadi di gunakan ibu nya mengupas dan memotong akan beralih fungsi , membayangkan nya saja membuat anak lelaki itu bergidik. Terlebih lagi saat ibu nya tau kalau sebenarnya tidak ada satupun dari daftar gadis cantik pilihan ibu nya yang benar-benar bertemu langsung dengan Edwin. Baru saja Nyonya ingin beranjak dari tempat duduk membawa sepiring buah tiba-tiba datanglah Presdir dengan segenggam berkas di tangan nya, lelaki paruh baya itu duduk tepat di samping putra nya, melihat gelagat sang suami Nyonya Ajeng kembali duduk dan memilih untuk tidak banyak bicara.
"Berita buruk, reputasi perusahaan, anjlok nya harga saham, jelaskan bagai mana kau akan mengatasi semua nya, ku beri waktu sampai besok pagi jika belum ada solusi yang keluar dari mulut mu maka kau harus mengikuti apapun keputusan ayah. Jangan berpikir untuk mengelak lagi karna kesabaran ayah sudah hampir habis, cukup lama kau ku biarkan bermain-main dengan caramu, sudah cukup lama kami menghargai sebagai orang tua mu, jadi pikirkan baik-baik. Dan juga tidak perlu pulang ke apartemen, menginaplah disini semalaman, sore ini kita akan kedatangan tamu penting".
Mendengar kalimat terakhir Presdir Nyonya Ajeng mengernyitkan kening menatap suami nya yang di balas senyum tipis oleh Presdir kemudian menggandeng istri nya keluar sembari memegang tengkuk yang terasa berat akibat menahan Emosi yang meluap-luap.
Sementara di ruang keluarga tinggal lah Edwin seorang diri, lelaki itu menarik nafas panjang kemudian menyenderkan tubuhnya di sofa sembari memijat pelipisnya, pemuda dingin bertubuh atletis itu nampak berfikir. Ia meraih ponsel di saku nya mencoba menghubungi seseorang tetapi tidak ada jawaban.
"Sial, kemana kau Jul... Berani nya mengabaikan panggilanku, bosan hidup kau ya".
tepat sore hari sebelum jamuan makan malam keluarga presdir sudah bersiap menyambut kedatangan tamu termasuk Ivana yang belum lama sampai di rumah dan bergegas membersihkan diri sepulang dari kampus, sementara Edwin yang sedari tadi tidak tahu siapa yang akan datang hanya bisa terdiam dengan sikap dingin nya. Tak lama kemudian samar-samar terdengar suara seseorang dari arah pintu utama, suara yang tidak asing itu membuat Presdir segera beranjak menghampiri sumber suara.
"Hengky.... Oh ya Tuhan, benarkah ini Hengky saudaraku"
"Benar Hadi, ini aku Hengky"
Kedua lelaki paruh baya itu nampak berkaca-kaca sambil memeluk satu sama lain, sementara Nyonya Ajeng yang sedari tadi sudah menitikkan air mata merasa tidak percaya karena yang datang ternyata sahabat karibnya yang sekian lama tidak bertemu yaitu Nyonya Erina istri tuan Hengky.
"Bagaimana kabarmu Eri ? kemana saja kalian selama ini , sekian lama hilang kontak dan tak ada kabar bagai di telan bumi", tanya Ajeng sambil mengenggam tangan Erina.
"Sudah-sudah, mari kita masuk dulu sambil berbincang di dalam , Oh iya perkenalkan ini putraku Edwin dan ini keponakanku Ivana"
Meski nampak bingung Edwin dan Ivana pun menyapa saling bergantian memberi salam pada Tuan Hengky dan istri nya.
"Waktu benar-benar cepat berlalu, melihat putra mu aku seperti melintasi waktu melihat Hadi di ketika muda dulu" ucap Tuan Hengky tersenyum memandangi Edwin dari atas ke bawah
Obrolan dua keluarga yang lama terpisah itu terus berlanjut hingga makan malam selesai, mereka tak henti-henti nya berbincang menceritakan banyak hal satu sama lain dari awal mereka masih sama-sama remaja hingga menikah serta betapa sibuknya mereka mengurus bisnis hingga lupa dengan sahabat masing-masing. Sedangkan Edwin dan Ivana hanya diam saling tatap terkadang ia merespon dengan anggukan dan senyum kecil. Ia berusaha mengingat-ingat siapa pasangan yang sudah di anggap seperti keluarga oleh orang tua nya itu, wajar saja karena mereka hanya sempat bertemu Edwin waktu umur dua tahun, kemudian pemuda tampan itu tampak lebih yakin setelah ibu nya menunjukkan album foto lama di mana terlihat sepasang suami istri tengah menggendong Edwin kecil, ya mereka adalah Tuan Hengky dan Nyonya Eri yang memperlakukan Edwin layak nya anak mereka sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Armin Arlert
Duh, kalau dikasih pilihan 1 antara jalan-jalan atau baca cerita ini, pasti saya milih ini 😍
2024-11-02
1