Pesan Gaib 2

Pagi menjelang, seperti biasanya aku langsung membawa kambing-kambing milik Aki Janitra ke ladang di dekat hutan.

Karena semalem aku tidak tidur sama sekali maka ketika kambing-kambing sudah aku lepas dan aku mengontrolnya dari sebuah gubuk di tengah ladang. Semilir angin yang berhembus membuatku mengantuk dan kemudian terlelap.

Aku melihat seseorang lelaki yang sangat tampan dengan rambut panjang terurai menggunakan mahkota Raja. Ia berdiri di tepi jurang dan mengeluarkan keris dari sarungnya.

Ia beberapa kali mencoba untuk menusukkan Wesi Aji itu ke dalam tubuhnya, akan tetapi ajaibnya keris itu selalu mental dan terbang setiap kali akan di hunuskan ketubuh lelaki itu.

Entah apa yang membuat pria itu ingin mengakhiri hidupnya , sepertinya ia sedang sedih dan meratapi nasibnya.

Setelah gagal melakukan bunuh diri dengan keris pusakanya ia kemudian melemparkan benda pusaka itu dan langsung terjun ke dalam jurang.

Tapi anehnya jurang yang sangat terjal dan dibawahnya banyak terdapat batu-batu besar pegunungan dan juga pepohonan tiba-tiba berubah menjadi sebuah padang rumput yang sangat hijau seperti kasur busa yang sangat empuk. Membuat Pria sangat kesal dan marah karena tidak mati juga.

"Bahkan jurang pun menolak kematianku, aaarghh!!!" teriak lelaki itu kesal ia kemudian melompat hingga kembali keatas jurang.

Dia menatapku yang berdiri tidak jauh darinya, ia kemudian berjalan mendekatiku.

"Aku tahu, aku akan mati ditangan anakku, dan aku tidak bisa mengubah takdir itu. Walaupun dengan kesaktian yang aku miliki tetap saja Sang Hyang Widhi Wasa lebih berkuasa, bahkan jurang ini pun tidak mengijinkan aku mati disini, kerisku yang sangat sakti itupun tidak mau melukai tubuhku!" keluhnya dengan penuh penyesalan

"Kesalahan yang sudah aku perbuat dimasa lalu maka aku juga harus siap untuk menjalani karma yang akan aku terima," ucap lelaki itu membuat aku bingung karena aku tidak tahu apa maksud pembicaraannya.

"Sesakti apapun diriku, aku tetap manusia biasa yang bisa saja merasa sedih, galau saat menjalani karma ku. Sebenarnya kalau boleh aku memilih aku ingin mati di medan perang atau dibunuh oleh musuhku daripada harus mati ditangan anakku, yang akan meninggalkan dendam berkelanjutan di generasi berikutnya," ucap lelaki itu menepuk pundakku dan kemudian pergi meninggalkan aku

"Tunggu Ki sanak!" teriakku mencoba mengjentikan langkahnya

"Ada apa cah bagus?" tanyanya lembut

"Senjatamu tertinggal," ucapku sembari menunjukkan sebuah keris yang tergeletak di bawah semak-semak.

"Keris Mpu Gandring, keris sakti yang membantuku mencapai semua keinginanku tapi juga membawa petaka bagiku dan keturunanku, karena dalam keris itu tersimpan kutukan Empu Gandring yang akan memutus hidup sang pendiri Kerajaan Singasari serta tujuh keturunannya," jawabnya sembari mengambil keris itu.

"Keris Empu Gandring, berarti kau adalah Ken Arok?" tanyaku penasaran

Lelaki itu hanya tersenyum dan kemudian menghilang dari pandanganku.

"Akh... apakah aku tadi bermimpi bertemu dengan Ken Arok Raja Singasari," ucapku dengan nafas yang tersengal-sengal setelah bangun dari tidur

"Itu bukan mimpi, tapi sebuah pesan," jawab Jay yang tiba-tiba muncul di sampingku

"Bagaimana Aki bisa tahu?" tanyaku lagi

"Ini baru permulaan Gilang, perjalananmu masih panjang," jawab Aki Janitra

"Perjalanan kemana Aki?"

"Perjalanan mengembalikan kambing-kambing Aki yang hilang karena kau tinggal tidur!" serunya membuatku kaget karena tidak satupun aku menemukan kambing-kambing itu di Padang rumput

"Astaga, pada kemana kambing-kambing itu?" tanyaku lirih

"Sudah berpindah ke tangan blantik di pasar hewan!" hardik Jay geram

"Darimana Aki tahu?"

"Karena aku baru pulang dari sana dan mengecek kesini untuk memastikan kambing-kambing yang disana bukan punyaku, eeh malah ternyata benar. Nasib-nasib, punya rewang kok bukannya meringankan pekerjaanku malah menguras bondoku!" keluh Aki Janitra

"Aki tidak usah sedih, nanti aku ganti kambing-kambing aki yang hilang!" jawabku menenangkan Aki yang sedang sedih bercampur kesal.

"Baiklah, sekarang ayo kita pulang!" ajakku lirih

Kamipun kemudian pergi menuju ke rumah Aki Janitra. Karena perutku sangat lapar maka aku segera menuju ke dapur, dan betapa kecewanya aku ketika tidak ada makanan disana.

"Gak ada makanan Le, semuanya sudah Aki berikan kepada tetangga yang pada kekurangan makanan karena musim paceklik. Ladang mereka tidak menghasilkan dan juga sawah mereka tidak bisa ditanami," jawab Ki Janitra.

Mendengar ucapan itu aku langsung berlari menuju ke kamarku. Aku buka sarung yang semalam aku pakai yang untuk membungkus uang dan perhiasan hasil merampok di desa Sumberawan. Kemudian aku ambil uang itu dan kumasukkan dalam kantong plastik hitam. Aku berniat membeli persediaan bahan makanan untuk Aki Janitra dan membeli beberapa ekor kambing untuk menggantikan kambing-kambingnya yang sudah hilang karena kelalaianku.

"Mau kemana kamu?" tanya Jay

"Ke pasar beli makanan," jawabku singkat

"Yaudah sana, jangan lupa beliin aku kopi sama tembakau," ujarnya

"Baik,"

Aku langsung bergegas menuju ke pasar. Selama perjalanan menuju ke pasar ternyata aku baru tahu kondisi warga desa yang sesungguhnya, jika aki bilang di sini gudangnya maling mungkin benar. Karena di dusun ini mayoritas hidup dibawah garis kemiskinan, karena hanya menjadi petani klutuk yang hanya mengandalkan perkebunan, dan sawah tadah hujan.

Aku yang miris melihat kondisi wara dusun membagi-bagikan hasil rampokanku semalam pada mereka hingga uangku hanya tersisa satu lembar uang ratusan ribu rupiah.

Hari ini aku gagal mengganti kambing Jay tapi aku janji akan segera menggantinya besok.

Selesai membeli beras, dan pesanan Aki, sku langsung kembali ke rumah.

Setibanya di rumah aku langsung menyerahkan pesanan Aki dan menikmati nadi bungkus yang ku beli dari pasar.

"Lah kok, gak jadi beli kambingnya?" tanya Aki heran

"Uangnya gak cukup, besok lagi aja ya?" jawabku

"Hmmm, bilang aja duitnya habis kamu bagi-bagikan ke warga. Hati-hati kamu, jangan sampai orang mengira bahwa kau ini orang berada dan akan memburumu," ujar Jay

"Santai, aku tidak pernah menampakkan wajahku saat memberikan uang kepada mereka," jawabku

"Iya, boleh saja kalau kamu ingin berbuat baik pada orang lain itu tidak salah, asalkan uang itu bukan uang haram!" cibir Aki Janitra seperti menyindirku.

"Iya Aki," jawabku yang langsung mandi dan masuk ke dalam kamarku.

Aku mulai menghitung hari pasaran untuk melakukan operasi nanti malam. Sasaranku adalah rumah orang terkaya di dusun ini yang tidak pernah peduli dengan warga sekitarnya.

"Sepertinya aman, baiklah aku akan melakukan aksiku nanti malam di desa ini," ucapku lirih.

Setelah mempersiapkan semuanya, aku sempatkan untuk memejamkan mataku agar nanti malam aki bisa melakukan aksiku dengan mulus.

Pukul setengah satu malam aku sudah bersiap untuk pergi menuju ke sebuah rumah yang berada tidak jauh dari rumah Aki Janitra, seperti biasanya sebelum memulai aksiku aku langsung membaca ajian sirep Megananda agar aksiku tidak dicium oleh sang pemilik rumah.

Ternyata tidak butuh waktu lama untuk mengambil semua harta benda pemilik rumah, aku segera keluar dari rumah itu menuju ke rumah Aki Janitra.

Sayang sekali ketika aku baru saja keluar dari gerbang rumah itu segerombolan lelaki memakai baju hitam lengkap dengan penutup kepala mencegatku.

"Beraninya kau mencuri di rumah Raja rampok Witantra!" hardik seorang pria yang langsung melepaskan penutup kepalanya

Aku sangat terkejut ketika mengetahui bahwa rumah yang aku rampok adalah rumah raja rampok, dan sepertinya dia juga baru pulang merampok sepertiku.

"Bunuh dia!" perintah lelaki itu mengerahkan seluruh anak buahnya yang berjumlah tujuh orang.

Aku langsung menghindar dari setiap pukulan dan tendangan yang mengarah kepadaku.

Sial, ternyata mereka bukan orang sembarangan, mereka sangat pintar beladiri dan yang lebih menyeramkan lagi mereka kebal senjata.

Berkali-kali aku melesatkan golokku ketubuh mereka namun mereka hanya tertawa dan langsung membalas seranganku dengan pukulan dan tendangan hingga aku jatuh terkapar di jalanan.

"Maling kemarin sore saja belagu, berikan hasil rampokanmu padaku!" serunya sembari menjambak rambutku.

Aku masih memeluk erat hasil rampokanku dan tidak mau memberikannya kepada Witantra, walaupun lelaki itu menghujaniku dengan pukulan dan juga tendangan.

"Janc*k, kuat sekali dia, padahal sudah kita hajar berkali-kali bahkan dengan kekuatan tenaga dalamku, tapi kenapa dia tidak mati-mati!" keluh Witantra

Ia kemudian mengambil golok milikku dan berniat menghunuskannya kepadaku, aku hanya bisa pasrah sembari berdoa semoga ada keajaiban yang akan menolongku.

Benar saja tiba-tiba, aku langsung membuka mulutku dan keluarlah ratusan kelelawar yang kemudian menyerang Witantra dan anak buahnya.

Terpopuler

Comments

👀

👀

waduh pas banget, rumah rampok kena rampok

2023-03-13

0

Aqiyu

Aqiyu

ada-ada ajah . raja rampok dirampok😲

2022-10-06

0

Ayuk Vila Desi

Ayuk Vila Desi

walah raja maling kok di rampok Lang...

2022-09-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!