Malam mulai menampakkan wajahnya, membuat suasana hutan yang gelap semakin pekat, beruntung rembulan bersinar terang hingga mengurangi sedikit rasa takutku saat berada di hutan yang sering membuat para pendaki gunung tidak bisa pulang dan tersesat di hutan angker ini.
Aku mulai mencari tempat berlindung agar terhindar dari serangan binatang buas dan juga hujan yang sewaktu-waktu turun. Aku berjalan menerobos gelapnya malam hingga menemukan sebuah gua dan masuk kedalamnya untuk bersemedi dimalam hari.
Selama dua puluh satu hari aku hidup di hutan sambil melakukan puasa mutih tidak ada gangguan yang berarti, namun gangguan mulai datang ketika aku melakukan puasa pati geni atau bersemedi selama tiga hari berturut-turut.
Malam ini selasa pahing adalah hari wetonku dan aku mulai bersemedi untuk melakukan puasa pati geni. Yaitu Selama prosesi puasa, pelaku tirakat dilarang tidur, makan, minum atau pun berbicara dengan siapa pun. Ia diharuskan berdoa, bermeditasi atau semadi sambil merapalkan mantra yoga tertentu.
"Niat ingsun patigeni, Asirep rapet maring geni lan sinar, Aku bali maring pepeteng, Kadyo purwaning dumadi mring alam luwung, Sajroning guwo garbaning sang ibu, Sedulur papat limo pancer, Tumekaning sang jabang bayine, kakang kawah adi ari-ari,kiblat papat limo pancer, Nyawiji mring ngarsane Gusti, Niatku patigeni." setelah membaca niat tirakat pati geni aku langsung memejamkan mataku, duduk bersila untuk mendapatkan ajian sirep megananda.
Godaan mulai datang dari berbagai penjuru yang sengaja ingin mengagalkan semediku. Diawali munculnya suara suara keluargaku yang memanggil-manggil namaku agar pulang kerumah. Dan juga kemunculan sosok wanita-wanita cantik yang menggoda imanku.
Beruntungnya Om Dhanu memberikan aku kalung sakti sehingga mengusir makhluk tak kasat mata yang ingin berbuat jahat padaku.
Dihari kedua rasa panas di seluruh badan seperti terbakar membuatku ingin segera mengakhiri tirakat ini.
Rasa panas yang membuatku seakan sedang menghadapi sakaratul maut hampir saja membuat aku gagal menjalani puasa pati geni ini kalau saja suara Om Dhanu yang datang untuk memperingatkan aku agar tidak cengeng dalam menghadapi ujian itu.
"Jangan cengeng Gilang, jadilah lelaki yang kuat agar kau bisa menguasai dunia!" suaranya terus berdengung di telingaku, sementara bayangan mamah dan kak Fitri membuatku bersemangat untuk melanjutkan tirakat ku agar aku bisa menemui mereka dan membahagiakan keduanya setelah aku sukses nanti.
Rasa panas kini berangsur-angsur hilang berganti rasa kantuk yang sangat dahsyat, ditambah hembusan angin semilir seakan menina bobokan aku agar segera tidur.
Aku berusaha terjaga dengan mengingat kenangan terindah aku bersama almarhum Papah dan masa kecilku yang sangat dimanja olehnya.
Bisikan-bisikan gaib, bermunculan seakan menghipnotis aku agar segera mengakhiri tapa geni ku, mulai dari suara kuntilanak, suara Gondoruwo sampai suara roh-roh para pendaki yang mati saat mendaki gunung Arjuno sengaja membisikkan sesuatu agar aku gagal melaksanakan misi ku.
Di hari terakhir aku dikejutkan dengan kedatangan binatang aneh dan aku tahu itu bukan binatang biasa tapi jelmaan dari Jin dan para demit yang menguasai gunung Arjuno.
Binatang itu bewujud ular besar dengan kepala wanita cantik datang menemuiku, dia berusaha menggodaku agar masuk dalam jeratnya, hampir saja aku tergoda olehnya namun ketika makhluk itu akan membawaku pergi dari tempat persendian ku tiba-tiba ia terpental saat akan meraih tanganku.
Lagi-lagi kalung sakti ini menyelamatkan aku, dan juga penampakan almarhum kakek yang belum pernah aku lihat sebelumnya mendatangiku dihari ketiga puasa pati geni ku. Walaupun seumur hidup aku baru pertama kalu bertemu dengannya, tapi hatiku yakin kalau dia adalah kakek leluhurku yang sengaja datang menemuiku karena terpanggil oleh aura gaibku yang terpancar membuat roh-roh para leluhurku mendatangiku. Mereka datang untuk menanyakan padaku apa maksud aku melakukan tirakat itu dan membantu mendapatkan apa yang aku inginkan hingga melakukan tapa patu geni ini.
"Yo opo karepmu ngelakokne tirakat koyo ngene le?(apa maksudmu melakukan puasa seperti ini nak)" tanya leluhurku
Akan tetapi karena aku harus menjalani pantangan berbicara dengan siapapun selama melakukan ritual ini tentu saja aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan leluhurku.
Semakin aku diam semakin banyak leluhurku yang datang dan menanyakan hal serupa dengan kakekku. Dan anehnya mereka semua tahu niatku hanya dengan melihat aura wajahku. Kini mereka menjagaku dari godaan mahkluk halus binatang-binatang asing yang ingin memangsaku.
Saat matahari mulai terbenam dan puasa pati geniku selesai aku merasakan sesak nafas, yang sangat hebat bahkan kurasakan sukmaku seperti akan terpisah dengan ragaku. Disaat inilah aku melihat kakekku memberikan sepiring makanan dan menyuruhku untuk segera memakannya.
Aku berusaha menolaknya karena takut ritual yang aku jalani gagal.
"Makan saja kamu sudah berhasil mendapatkan apa yang kamu inginkan le!" seru si Kakek memberikan sebuah batu mustika padaku.
Karena kelaparan sudah tiga hari aku tidak makan dan minum aku langsung melahap habis semua makanan yang ada didalam piring dalam sekejap.
"Sekarang pulanglah, kamu harus kembali ke duniamu," ucap kakek yang kemudian menghilang dari pandanganku
Aku tersenyum bahagia menatap batu mustika yang berhasil aku dapatkan dari tirakat yang kulakukan selama 24 hari di dalam alas lali jiwo ini.
Malam itu juga aku bergegas meninggalkan hutan itu untuk pulang ke rumah Om Dhanu.
Malam semakin larut membuatku merasakan kantuk yang begitu berat, apalagi setelah tiga hari lamanya aku tidak tidur rasa kantuk ini membuatku berhenti disebuah candi kuno yang sudah tidak terawat yang berada tidak jauh dari hutan itu. Namanya candi Telih konon candi ini adalah tempat bertemunya Ken Arok dan Ken Umang untuk melepaskan kerinduan mereka. Ada yang bilang di candi ini pula tempat Ken Arok dan Ken Umang berselingkuh.
Ken Umang adalah kekasih Ken Arok sebelum bertemu dengan Ken Dedes, Ken Arok dan Umang telah menjalin asmara sejak mereka masih muda bahkan Arok muda sudah berjanji untuk menjadikan Umang sebagai istrinya. Namun apalah daya Ken Arok yang berambisi merebut singgasana Tunggul Ametung mulai jatuh hati pada kecantikan Ken Dedes dan ia harus menikahinya agar mendapatkan keturunan yang unggul yang akan menjadi Raja dan Petinggi di Kerajaan Singosari.
Malam semakin larut, aku merebahkan tubuhku didalam candi agar terhindar dari serangan binatang buas, tidak lupa aku membuat api unggun untuk menghangatkan tubuhku karena cuaca sangat dingin disini.
Ketika aku mulai memejamkan mataku, sayup-sayup kudengar suara seseorang berkidung sedih, suaranya sangat menyayat hati membuatku ikut merasakan kesedihannya. Aku terbangun dan mulai mencari siapa yang sedang berkidung dimalam-malam seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Irma Tjondroharto
bagus thor...suka karya2mu thor
2021-09-08
0
shi 🍀
maaf unga baru mampir lagi tp bener deh aku suka ceritamu ini di mulai dr yg pertama ...semangat menulisnya yaa
2021-06-12
0
Ainun Syafitra
mantaapp thorr... 👍👍👍
2021-06-10
0