Dikeroyok Ki Lurah

Segera ku kemasi, barang-barang pribadiku dan pergi meninggalkan rumah itu.

Sebelum pergi meninggalkan desa ini aku sempatkan untuk membeli sesaji untuk Danyang penunggu Desa Sumberawan.

Ketika aku sedang menaruh sesaji dibawah pohon beringin kulihat rombongan warga kampung membawa jenazah Om Dhanu menuju ke kuburan yang tidak jauh dari tempatku berada.

Aku memperhatikan prosesi pemakaman dari kejauhan, setelah semua pelayat meningalkan makam Om Dhanu aku segera menuju ke makam itu.

"Maafkan aku Ayah karena aku tidak bisa menjadi anak lelaki yang berbakti untukmu, aku bahkan tidak bisa memandikan jenazah mu, atau ikut membawa keranda mayatmu, maafkan aku jika belum bisa membalas semua budi baikmu padaku, aku akan menjaga Uma sesuai amanah darimu, selamat jalan ayah, semoga amal ibadahmu diterima Gusti Allah, hanya doa yang bisa aku panjatkan untuk mengantar kepergianmu," Aku langsung berdoa dan mengirimkan Al-fatihah untuknya.

Selesai berdoa aku pergi meninggalkan tempat itu menuju ke alas lali jiwo

Untuk sementara waktu aku akan tinggal di gua tempatku bertapa dulu. Setidaknya aku akan aman jika berada disana.

Aku bingung harus melakukan apa di gua ini, sepertinya aku harus segera pindah ke daerah lain agar tidak ada yang mengenaliku, karena tidak mungkin selamanya aku akan bersembunyi di hutan.

Satu malam cukup bagiku untuk merenung dan merencanakan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Ketika matahari mulai terbit, aku segera keluar dari dalam gua untuk merantau ke desa sebelah, aku yakin disana aku bisa hidup tenang. Setidaknya tidak ada yang tahu jika aku ini seorang garong.

Perjalanan yang melelahkan membuat perutku memberontak karena belum terisi nasi dari kemarin. Ku rogoh saku celanaku dan kuambil dua lembar uang lima ribuan untuk membeli nasi bungkus.

Ketika aku sedang menikmati makananku dibawah rindangnya pohon sengon, segerombolan lelaki bertubuh kekar menghampiriku.

"Cih, disini kau rupanya Dhanu junior!" seru seorang lelaki paruh baya menyeringai menatapku

*Buughhh!!

Ia menendang makanan ku dan menarik lerah bajuku.

"Ki Lurah!!" aku menatapnya dengan tatapan penuh dendam, bagaimana tidak, didepan mataku lelaki ini sudah membunuh ayah angkatku, orang yang sangat aku hormati karena aku berhutang nyawa padanya.

"Benar sekali anak muda!" jawabnya sambil menatap lekat kearahku

"Dimana kau sembunyikan kalung itu!" hardiknya sembari merobek kemeja yang ku pakai.

Senyumnya merekah ketika melihat kalung yang ku pakai.

Ketika tangan Ki Lurah hendak menjambret kalungku, aku segera menepis dan melesatkan tendangan maut ke arahnya, hingga ia terplenting beberapa langkah ke kebelakang.

*Jan *k!!, bunuh dia dan ambil kalungnya!" seru Ki Lurah

Aku berusaha melawan para preman-preman itu semampuku. Tapi karena kalah jumlah jumlah dan kemampuan beladiri ku yang belum mumpuni membuat aku babak belur dan menjadi bulan-bulanan mereka.

Ketika aku sudah terkapar tidak berdaya di tanah Ki Lurah menendang tubuhku seperti bangkai dan mengambil kalungku dengan paksa.

"Kita apakan lagi dia ki Lurah?" tanya preman-preman itu

"Bunuh saja dia!" perintah Ki Lurah

Ketika salah seorang dari mereka hendak menebaskan goloknya kepadaku tiba-tiba seorang kakek-kakek datang menolongku.

*Buughh!!

Lelaki tua itu berhasil memukul mundur preman yang hendak membunuhku.

"Pergi kau Aki, jangan ikut campur urusan kami!" seru sang preman

"Tentu saja aku harus ikut campur jika ada orang yang didzalimi didepanku!" jawabnya bijak

Preman-preman itu seperti tidak punya nurani , mereka langsung maju bersamaan menyerang lelaki tua itu.

"Pergi Aki, pergi dari sini!" ucapku lirih

Lelaki tua itu hanya tersenyum padaku.

Tidak ku sangka lelaki tua itu ternyata sangat sakti, hanya dengan sekali pukul bisa menjatuhkan preman-preman itu, membuat Ki Lurah murka.

"Siapa kau sebenarnya Aki?" tanya Ki Lurah

"Aku iki namung wong cilik Pak Lurah, sampeyan tak jelaske yo gak bakal kenal, tapi aku kenal awakmu, muride Ki Jagabaya ko dusun Singosari ( Aku hanya orang kecil, walaupun saya kenalkan kamu juga tidak akan mengenali aku, tapi aku kenal kamu, murid ki Jagabaya dari desa Singosari)." jawab Kakek tua itu

"Kau bahkan kenal guruku, berarti kau bukan orang sembarangan," jawab Ki Lurah

Lelaki tua itu hanya tersenyum menatap Ki Lurah.

Ku lihat Joko segera melepaskan tenaga dalamnya ke arah lelaki tua itu, dan ajaib lelaki itu tidak tersentuh sedikitpun dengan ajian yang dilesatkan Lurah Joko padanya.

"Semakin tinggi ilmu seseorang maka seharusnya semakin menunduk bukan lantas memamerkannya atau memakaikan untuk melawan orang yang lemah, carilah lawan yang sepadan jika kau ingin menggunakan keaaltianmu. Jangan kau beraninya melawan anak kemarin sore!" seru sang Kakek

"Sombong sekali kau Aki, kau pikir aku tidak bisa mengalahkan kamu!" bentak Joko

Lagi-lagi lelaki tua itu hanya tersenyum mendengarkan ucapan Lurah Joko.

"Ngeselin nih orang tua lama-lama, diajak ngomong bukannya jawab malah mesam-mesem, koyo wong gendeng, janc*k!" Joko segera melesatkan pukulannya kearah kakek tua itu, dan lelaki itu hanya menghindar tanpa membalasnya.

"Lawan aku Aki, jangan cuma menghindar!" hardik Ki lurah kesal

"Baiklah, kalau itu maumu le!" jawab Lelaki itu yang kemudian melepaskan pukulannya kearah Ki Lurah.

*Buughhh!!!

Benar-benar bukan orang sembarangan, cuma dengan sekali pukul Ki Lurah langsung terhempas ke tanah dan tidak sadarkan diri.

"Ambrol susuk mu, aku gak tanggung jawab Joko!" serunya sambil terkekeh

Melihat majikannya jatuh tersungkur para preman-preman itu langsung membawa Ki Lurah pergi dari tempat itu.

Lelaki tua itu kemudian datang menghampiriku yang masih belum bisa bangun, karena badanku remuk redam setelah jadi bulan-bulanan Ki Lurah dan anak buahnya.

"Jenengmu sopo (siapa namamu)?" tanyanya menatapku lekat

"Gilang,"

"Omahmu nang ndi (Dimana rumahmu)?"

" Kulo mboten kagunan griyo Mbah, aku iki yatim piatu (Saya tidak punya rumah, aku ini anak yatim piatu)," jawabku lirih

"Kamu anak angkatnya Dhanu dan sekarang jadi buronan polisi?" tanya lelaki tua itu membuatku tercengang

"Inggih Mbah,"

Lelaki itu kemudian pergi meninggalkan aku yang masih tidak berdaya disana.

"Mbah, kenapa kau tidak menolongku, apa kau tidak kasian padaku, aku sudah tidak punya siapapun di dunia ini!!" teriakku berharap si Kakek kembali dan menolong ku, setidaknya ia akan membawaku bersamanya. Memberikan tempat berteduh sementara sambil aku mencari kosan.

"Jangan cengeng, hidup itu keras le ojo ngalem (hidup itu keras nak, jangan manja) kalau kau mau jadi orang kuat maka kau harus mengerasi dirimu sendiri, dan jangan tergantung kepada orang lain!" serunya membuatku sedikit kesal.

Aku kira dia orang baik yang akan menolongku, tapi malah menceramahi ku membuat telingaku panas.

Aku berusaha mengumpulkan segenap tenaga agar aku bisa bangun dan berjalan, mengejar lelaki tua itu. Entah magnet apa yang membuat kakiku berjalan mengikuti kakek bawel itu.

Terpopuler

Comments

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

kalung Gilang mana thor

2022-11-18

0

𝙣𝙩✧༺𝗮𝗹𝗹𝗲𝘁𝘁𝗮♥༻✧

𝙣𝙩✧༺𝗮𝗹𝗹𝗲𝘁𝘁𝗮♥༻✧

malang hadir

2021-07-09

0

Hatman Ariyanto

Hatman Ariyanto

Dapat guru baru kayanya Gilang tuh

2021-05-15

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!