TIN..TIN..TIN..
Seorang wanita paruh baya tampak sangat lelah menghadapi macetnya Jakarta petang itu. Sesekali ia memijit pelipisnya untuk menghilangkan penat. Wanita itu melirik arloji di tangannya. Pukul 06.10, bisa-bisa aku terlambat makan malam di rumah. Batinnya. Itu artinya dia akan semalaman menjawabi semua pertanyaan dari ketiga anaknya yg sudah seperti jaksa penuntut umum sekarang. Gerutunya dalam hati.
Satu tangannya memegang kemudi dan satunya lagi berselancar di atas ponselnya mencari-cari jalan alternatif yang memungkinkan. DAPAT! Wanita itu tersenyum kemudian mengarahkan mobilnya melalui jalan alternatif tersebut. Jalanan lumayan sepi sehingga wanita itu memutuskan untuk menambah kecepatan agar bisa segera sampai di rumah. Senyum cerah tergambar di wajah cantiknya yang tak terkikis usia. Dia mulai bersenandung ketika tiba-tiba muncul seseorang dari arah bahu jalan dan menyeberang dengan tiba-tiba. CITTTTT... mobil berdecit akibat gesekan ban mobil dan aspal jalanan.
Wanita itu menyipitkan matanya takut melihat adegan selanjutnya. Apa dia tertabrak? Apa dia mati? Ya Tuhan bagaimana ini? Wanita itu bertanya dalam hati tanpa berani membuka matanya.
BUG..BUG..BUG... suara kaca mobil diketuk dengan keras. Spontan wanita itu menoleh. Disana tampak seorang gadis berkaos kumal dengan penampilan berantakan berdiri panik di luar mobil. Apa ini modus baru perampokan??? Pikirnya. Wanita itu melirik jalanan sepi di depan mobilnya. Tidak ada orang. Gadis itulah yang nyaris dia tabrak tadi. BUG..BUG..BUG... kaca mobil diketuk lagi. Kali ini lebih keras. Wanita itu menatap gadis di luar mobilnya dengan lebih seksama. Mata bulatnya yang tampak panik, keringatnya yang bercucuran dan mulutnya membentuk kata "tolong". Wanita itu menurunkan sedikit kaca mobilnya.
"Tolong nyonya... tolong bawa saya dari sini... tolong selamatkan saya... saya dikejar preman" Ucap gadis itu.
"Masuk cepat." Jawab wanita itu dan setelah si gadis masuk dia langsung menanjap gas dalam-dalam meninggalkan jalan sepi itu.
***
Beberapa belas menit sebelumnya.
Sagara berjalan menyusuri kumpulan pedagang kaki lima yang berjejer di bahu jalan, mencari keberadaan setan kecilnya. Berjam-jam sudah dia habiskan melewati jalanan ibukota yang penuh dengan lautan manusia. Hampir semua terminal dia datangi, tapi setan kecilnya itu tak kunjung menampakkan diri.
"Dimana kamu nduk??" Gumamnya pelan (nduk\=panggilan untuk anak/adik perempuan). Sagara yang hafal betul kebiasaan adiknya itu memutuskan mencari Sekar di tempat-tempat yang banyak pedagang kaki limanya. Sekar pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memanjakan mulut dan perutnya dengan jajanan pinggir jalan. Karena bila di rumah, orang tuanya melarang siapapun yang tinggal di rumah itu untuk memakan atau meminum jajanan yang dijual di pinggir jalan dengan alasan kesehatan. Terutama ibunya. Dan Sekar... si petasan banting itu semakin dilarang akan semakin menjadi-jadi.
"Setan cilik... metuo... opo masmu kudu nyumet menyan sek lagi awakmu gelem metu (Setan kecil... keluarlah... apa kakakmu harus menyalakan menyan dulu baru kamu mau keluar)." Sagara yang mulai lelah mulai mengeluarkan mantra-mantranya. Lalu terkekeh sendiri menyadari ucapannya. "Nek ono romo iso ditapuk lambeku (Kalau ada bapak bisa ditampar mulutku)".
Sagara menyapukan pandangannya kesana kemari. Seolah dari matanya bisa keluar sinar infra merah yang bisa membantunya menemukan sang adik. (For your information... Sagara dan Sekar ini sama-sama punya khayalan tingkat tinggi gaes.) Entah nasib yang lagi mujur atau itu mata beneran keluar sinar infra merahnya, tapi di ujung jalan tepatnya di depan penjual cilok berdirilah sosok yang dicarinya.
"Kecekel kowe makhluk astral (Tertangkap kamu makhluk astral)". Wajah Sagara langsung berbinar layaknya orang yang menang lotre.
Sagara langsung berlari ke arah Sekar tapi... BRUKK!!! Dia menabrak seseorang dan membuat mangkok yang dipegang orang itu pecah dengan bakso berserakan di mana-mana.
"Gimana sih mas... hati-hati dong!" Teriak orang itu kesal. Sekar menoleh. Matanya melotot. Secepat kilat dia menyambar cilok dari penjualnya dan meninggalkan selembar uang dua puluh ribu di atas gerobak cilok, lalu lari tunggang langgang seperti melihat setan.
"Mbak kembaliannya...." Teriak si penjual yang sudah pasti tidak didengar oleh Sekar.
Sagara berlari tergopoh-gopoh mengejar adiknya. Nafasnya hampir putus. Bukan karena kelelahan mengejar adiknya, lari keliling alun-alun tujuh putaran pun dia masih sanggup. Tapi nafasnya terancam putus karena membayangkan kemarahan romo seandainya romo tahu dia gagal menangkap Sekar padahal bocah itu sudah ada di depan mata. Sagara menoleh ke penjual cilok di sebelahnya. Tatapannya tajam menusuk. Amarahnya sudah di ubun-ubun. Si penjual jadi mengkerut merasakan tatapan orang di depannya.
"Kenapa adik saya dibiarin lari pak... kenapa gak ditahan dulu???" Teriaknya kesal.
Krik...
krik...
krik...
Suasana hening. Si bapak penjual yang bingung tidak berani menjawab sepatah katapun.
"Welut... welut...welut...argh..." Sagara kembali berteriak dan menggeram mewakili kekesalannya.
"Mas ini kakaknya mbak itu?" Tanya si bapak hati-hati.
"Iya kenapa???" Sagara menjawab masih dengan melotot.
"Enggak itu anu... tadi mbaknya ninggal kembalian sepuluh ribu mas. Kalau boleh nitip sama mas nya aja kalau gitu." Tambah si bapak.
"Jangan.. bungkusin satu lagi aja yang sama persis sama punya adik saya. Eh nggak... sambelnya dibanyakin. Yang masih panas ya pak." Jawab Sagara dengan nada mulai melunak. Si bapak mengulum senyum mendapati perubahan emosi orang di depannya sambil menyerahkan seplastik penuh cilok ekstra pedas lengkap dengan colokannya.
"Enak..." Bisik Sagara. Lalu kembali menggerutu. "Bukan berarti ya cilok ini bikin mas maafin kamu. Awas aja kalo ketangkep. Mas peres-peres kayak kain pel biar tau rasa!"
***
Sekar pov
Here i am... di dalam mobil bersama seorang ibu-ibu yang baik hati. Nggak segampang itu mas Gara. Butuh ujian dan remidi berkali-kali buatmu bisa nangkep aku. Senyum kemenangan terukir di wajahnya. And then... sekarang aku harus ngomong apa sama ibu-ibu ini ya?
"Nama kamu siapa?" Ucap ibu itu memecah keheningan. Nah kan.. nah kan..
"Sekar nyonya..." Nggak apa-apa lah pake nama asli habis ini juga nggak ketemu lagi dan akan segera dilupain.
"Sekar mau kemana kok lari-lari... dikejar siapa?" Tanya ibu itu lagi. Matanya seperti mengamati bungkusan di pangkuanku. Iya cilok, siomay, batagor, es kelapa muda, empek-empek sama rujak potong.
"Eh itu... tadi... tadi dikejar preman nyonya." Aduh kok jadi gagu gini. "Saya mau ke rumah pakdhe saya... iya ke rumah pakdhe saya." Loh loh kok malah pakdhe, hishhh... mulutku remnya blong.
"Alamatnya dimana biar saya antar." lanjut ibu itu. Mati aku!!! Piye jal ngene iki? (Gimana coba kalo kayak gini?). Alasan apa lagi? Pikir Sekar pikir....
"Itu... alamatnya... itu tadi alamatnya jatuh pas dikejar preman nyonya" Jawabku sememelas mungkin. Ibu itu mengerutkan keningnya. Aduh... percaya gak ya... pasti gak percaya deh... "Saya bukan orang sini nyonya. Saya dari Jogja." Tambahku dengan sedikit akting sesenggukkan. Sambil mengingat-ingat akting pemain ftv favorit ibu dan mbak Sumi yang selalu teraniaya. Ibu itu menghembuskan nafas perlahan.
"Ya sudah... jangan sedih. Nanti kita pikirkan caranya biar kamu bisa ketemu pakdhe kamu atau pulang ke Jogja. Sekarang kamu ikut saya. Lagian ini udah gelap. Sama satu lagi jangan panggil nyonya. Nama saya Maya kamu boleh panggil bu Maya." Jawab ibu itu.
Oh namanya bu Maya. Baik banget kayak ibu. WHAT??? Tadi dia bilang apa? Ikut dia? Ke rumah dia maksudnya? Oh no... kenapa jadi kayak gini? Plis bu.. turunin aku disini aja. Gimana kalo rumahnya berhantu? Gimana kalau suaminya cabul terus aku diperkosa? Gimana kalo anaknya pada jahat terus aku disiksa? Gimana kalo... arghhh!!! Kok jadi di luar skenario gini. Ini gara- gara mas Gara yang suka bikin gara-gara. Awas kamu mas! tunggu pembalasanku!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Lili Lintangraya
suka banget,banyak bahasa jawanya,gambaran kota jogja👍👍
soalnya aku wong klaten asli,anakku kuliah di jogja juga.lanjut terus y,tetap semangt&sehat walafiat slalu,aamiin.
2022-05-11
0
Elza Yunita
untung aq org jawa thor jd ya mudeng...😍
2022-03-07
0
Rekaprasasti
ai gk suka sama novel ni visual gk banget aq kira opa Korea e tw ny artis indo, mf y Thor bukan mksud menyingung tp emnk lw artis indo aq emnk gk suka
2021-09-17
0