ARTHUR.

ARTHUR.

Bab 1 ~ "Arthur"

Arthur Georgia pewaris takhta berdiri didepan jendela kamar ayahnya, memandang ke luar dengan kesedihan yang mendalam. Terlihat matahari terbenam diatas kota Atlanta, menciptakan pemandangan indah yang kontras dengan awan merah. Arthur sedang memikirkan peristiwa yang mengguncang dirinya, kerajaan yang selama ini ia bina dengan suka cita bersama keluarganya. Kini menjadi milik orang lain, yaitu istri kedua ayahnya yang bernama Queen Victoria.

Ayahnya seorang Raja, yang bernama Edward Albert, yang diakui kebijaksanaannya. Karena ia sering menderma kepada kaum pengemudi di ibu kota Atalanta. Kini ia terbaring lemah ditempat tidur, wajahnya penuh kesedihan dan kekecewaan. Bersama anaknya Arthur, di kamar kecil di rumah sisa Hartanya yang ia punya.

"Arthur, anakku," ayahnya memanggil dengan suara yang lemah. "aku tidak bisa melindungi kerajaan kita lagi," ucap Raja Edward kepada Arthur.

"Ayah, jangan berbicara begitu. Anda akan sembuh dan memulihkan kehormatan kita," Arthur menjawab dengan penuh semangat.

"Aku tidak punya waktu lagi, Arthur. Aku telah kehilangan kepercayaan rakyat. Istri kedua aku, Queen Victoria, telah menghancurkan kehormatan kita dengan pengkhianatan."

Arthur terkejut dengan keluhan ayahnya yang dikhianati Queen Victoria. Dengan cara menyebar fitnah dan propaganda agar reputasi ayahnya hancur dimata rakyat.

"Apa! bagaiman bisa ayah?! Ia adalah istri anda!" Arthur terkejut dengan cerita ayahnya, wajahnya marah,matanya memerah.

"Aku tahu, anakku, aku salah mempercayainya." Edward sedih matanya berlinang air mata.

"Ak! mengapa dia berbuat demikian, dengan kondisi engkau seperti ini!" Arthur marah dicampur sedih. "Mengapa? Mengapa ia melakukan ini?"

Tubuh Arthur melemah disamping ayahnya yang berbaring lemah, dia duduk diantara dua kaki. Kepalanya menunduk, air matanya menggenang.

"Ambisi kekuasaan dan kebencian, Arthur. Ia ingin menguasai kerajaan ini!"

Raja Edward Albert, memperjelas kepada Arthur, maksud dan tujuan Queen Victoria. Wajahnya berpaling dari wajah Arthur dan air matanya menetes kebawah.

"Aku tidak akan membiarkan ini terjadi, Ayah! Aku akan memulihkan kehormatan kita!" Berdiri Arthur dari duduknya, ia berbalik badan dengan tangan mengepal, lalu ia meninju kaca milik ayahnya.

Prang!

Dia menjatuhkan barang ayahnya yang ada dimeja lemari kaca kebawah dan ia kembali berdiri di jendela.

"Arthur, anakku, aku bangga padamu. Tapi, berhati-hatilah. Queen Victoria tidak akan diam begitu saja."

Dua tangan Edward mengepal, memukul kasur yang ia tiduri. Dengan ekspresi wajah yang penuh penyesalan.

Poto Queen Victoria, di pecahan kaca yang belum jatuh kebawah. Menambah kerisauan Edward Albert, lalu ia mengambil poto tersebut dan melemparnya kearah kaca yang menggambarkan poto Queen.

Suara tangisan isak ayahnya membuat Arthur bertekad untuk bertindak, atas perbuatan Quee Victoria.

"Mengapa engkau menjadi lemah dan tak berdaya?! Apa karena kecantikannya yang membuat dirimu menjadi tidak bisa melindungi kerajaan?!"

Arthur merasakan amarah dan kesedihan membara di dalam hatinya. Ia tidak bisa memahami mengapa ayahnya begitu lemah dan tidak bisa melindungi kerajaan.

Arthur kembali duduk di samping ayahnya. Dia berjanji kepada ayahnya.

"Aku tidak akan membiarkan kehormatan kita hancur, Ayah. Aku akan memulihkannya, tidak peduli apa pun yang terjadi."

Arthur menatap ayahnya dengan tekad. Ia siap menghadapi tantangan dan memulihkan kehormatan kerajaan. Tapi, apakah ia sudah siap menghadapi konsekuensi dari keputusannya tersebut?

"Aku tidak akan membiarkan ini terjadi,Ayah! Aku akan memulihkan kehormatan kita! Aku akan membuat Queen Victoria membayar atas pengkhianat nya!"

Arthur yang tidak terima kepada Queen Victoria, terus berucap kepada ayahnya. Hatinya hancur menerima kepahitan dari istri ayahnya, yang selama ini sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.

Raja Edward memandang Arthur dengan kesedihan dan juga kekhawatiran. "Arthur anakku, jangan biarkan amarah menguasai hatimu. Kita harus berpikir jernih untuk memulihkan kehormatan kita."

Dengan setiap napas , Arthur menemukan kekuatan untuk memulihkan kehormatan keluarganya. Perjuangan telah dimulai dan Arthur siap menghadapi tantangan. Masa depan tidak pasti, tapi Arthur yakin akan memulihkan kehormatan keluarganya.

Satu hari kemudian, Arthur dipagi hari keluar menemui Andrew teman sekolahnya di akademi sihir.

Ia berada di desa terpencil, tetapi dia anak yang lumayan ada.

Arthur berjalan menuju rumah Andrew. Hatinya berdebar dengan harapan. Ia belum bertemu dengan Andrew dari lulus disekolah Akademi Sihir. Setelah mengetuk pintu, Andrew membukakannya dengan senyum lebar.

"Arthur! Lama tidak bertemu!" Andrew berseru, memeluk Arthur. "Andrew aku butuh bantuanmu," Arthur menjawab serius.

Andrew mempersilakan Arthur masuk dan mereka duduk diruang tamu.

"Apa yang terjadi?" Andrew bertanya, penasaran. "Queen Victoria mengkhianati Ayahku. Aku harus memulihkan kehormatan keluarga kami," Arthur menjelaskan.

"Aku siap membantumu. Apa rencanamu?" tekad Andrew ingin membantu Arthur. "aku belum tahu pasti, tapi aku tahu kita bisa melakukannya bersama."

"Kita akan memulihkan kehormatan keluargamu, Arthur. Aku akan membantu sekuat tenaga."

Keduanya berjabat tangan, menandai awal petualangan mereka. Saat keluar rumah, Andrew bertanya dengan khawatir, "Bagaimana dengan Raja Edward? Apakah beliau baik-baik saja?"

Arthur menarik napas dalam-dalam. "Ayahku sedang sakit dan terbaring lemah. Aku harus memulihkan kehormatannya sebelum terlambat."

Kemudian bersama-sama, mereka berangkat menuju kota Atlanta, siap menghadapi tantangan yang akan datang.

Sementara itu dikota Atlanta.

Pengkhianatan Queen Victoria semakin menjadi kepada Raja Edward dengan fitnah dan propaganda. Ia meminta bantuan kepada Duke Henry untuk memperluas dukungan rakyat kepada dirinya. Disetiap Kota dan Desa Duke Henry mendermakan kepada setiap orang miskin dan meracuni pikiran mereka. Dengan fitnah yang sudah disebar luaskan oleh Queen Victoria, di kota Atlanta sebelumnya. Dengan menyuruh seorang jendral kerajaan bersama anak buahnya.

Duke Henry berhasil membuat propaganda besar dikalangan penduduk kota dan desa sampai ke pelosok. Sampai penduduk desa dan kota mempercayai fitnah tersebut.

Sedangkan mereka belum mengetahui kejadian yang sebenarnya.

Desas-desus keji tentang Raja Edward menyebar seperti virus, meracuni pikiran rakyat dan memperlemah kekuasaannya.

Sementara, di istana kerajan Queen Victoria sedang berada di taman istana, mencium wewangian bunga mawar dari taman istana. Queen seorang wanita yang senang dengan wewangian harum bunga di taman.

Dia tidak memperdulikan kesengsaraan mantan suaminya, yang pernah menjadikannya sebagai Ratu, didalam istana. Sampai dia mengutus utusannya ke rumah Edward membawa surat penangkapan yang tidak pernah Edward lakukan.

Sementara itu di ibu kota Atalanta. Arthur sudah kembali bersama Andrew. Mereka mendengar ucapan dari seorang tua buta dipinggir jalan depan rumahnya.

"Mengapa seorang Raja, bersikap keji terhadap rakyatnya. Dengan menghilangkan bagian rakyat miskin, selama-lamanya!"

Arthur dan Andrew mendengar ucapannya sedih. Wajah mereka saling menatapi satu sama lain, dengan wajah memerah.

"Sudah seperti ini Arthur, persoalannya! Mengapa engkau baru bicara kepada saya?! tanya Andrew kepada Arthur yang berada disamping Arthur, dengan bentak.

"Kau sudah liat sendiri dengan mata kepalamu! Queen ingin menghancurkan keluargaku!"

Arthur berlari kearah rumahnya, diikuti oleh Andrew dari belakang. Ia kawatir dengan keadaan ayahnya yang sedang sakit.

Beberapa jam kemudian, Arthur kembali berdiri di jendela kamar ayahnya. Berdiri didepan jendela kamar ayahnya, memandang ke luar. Matahari terbenam di atas kota Atlanta, menciptakan pemandangan indah yang kontras dengan kesedihan dihatinya. Raja Edward Albert, ditemani oleh Andrew yang memegang tangan beliau, menunjukan dukungan dan kesetiaan.

Pintu diketuk dengan keras. Arthur membukanya dan menemukan utusan Queen Victoria, dengan surat penangkapan Raja Edward.

"Raja Edward ditangkap atas tuduhan kejahatan serius yang tidak pernah dilakukannya!" kata utusan itu dengan sombong.

Arthur dan Andrew marah besar, tapi terpaksa menyerah menghadapi sepuluh anak buah Lord Devil bersenjata.

Arthur dan Andrew mengejar mereka sampai depan rumah, lalu berhenti, menatap satu sama lain dengan tekad.

"Ayahmu akan dirawat dengan baik dan ditempatkan ditempat yang layak" Kata utusan sebelum berlalu.

"Kita harus membalas fitnah ini!" Andrew menambahkan. "Harus, aku tidak terima, ayahku sedang sakit!" ucap Arthur dengan nada marah.

"Tunggu pembalasanku, Queen Victoria!" Teriak Arthur, sekuat tenaga.

Mereka berdua langsung merancang strategi untuk menyelamatkan Raja Edward dan memulihkan kehormatannya.

Terpopuler

Comments

Machan

Machan

ini sepertinya belum direvisi ya, Thor?

buat dialog kasih tanda petik "..." biar orang tahu bahwa itu adalah percakapan. 😊

2024-12-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!