Menikahi Uangmu

Elara tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar. Di dalam hatinya, ada keraguan dan ketakutan yang mulai merayap. Akan tetapi bersamaan dengan itu, ada pula pikiran tentang kesempatan—sebuah jalan keluar dari kehidupan yang selama ini dia jalani. Jika dia menerima tawaran ini, dia bisa membahagiakan ibunya, memberikan kehidupan yang lebih baik untuk adik-adiknya. Namun, apakah ini benar-benar jalan yang harus dia ambil? Soalnya, pria di hadapannya ini terlihat seperti orang tajir.

 “Aku tidak tahu siapa kamu, Tuan, dan aku tidak mengerti kenapa kamu menawarkan ini padaku. Tapi pernikahan bukan hal yang bisa diputuskan begitu saja dalam satu malam,” ucap Elara, mencoba menjaga kewarasan di tengah kebingungan yang melanda.

 Arzayden menghela napas panjang. “Aku adalah Arzayden Levano, CEO dari Levano Corp. Aku tidak punya waktu untuk permainan panjang, dan aku tidak mencari hubungan yang didasarkan pada cinta. Yang aku tawarkan padamu adalah kesempatan untuk mengubah hidupmu dan mungkin, hidup keluargamu.”

 Kata-kata itu menyentuh titik paling rapuh di hati Elara. Arzayden tidak berbicara tentang cinta atau romansa. Dia berbicara tentang kesempatan—sesuatu yang Elara butuhkan lebih dari apa pun saat ini. Namun, hatinya masih dipenuhi keraguan.

 “Mengapa aku? Dari semua wanita yang ada di sini, mengapa harus aku?” tanya Elara dengan suara yang hampir berbisik.

 Arzayden menatapnya dalam-dalam. “Karena aku melihat sesuatu dalam dirimu yang berbeda. Kau misterius. Aku suka sesuatu yang misterius. Dan aku yakin, dalam keadaan terburuk sekalipun, kau tidak akan lari dari tanggung jawab. Itu yang kubutuhkan.”

 Elara terdiam. Tawaran itu menggema di kepalanya, memutar kembali seluruh kehidupannya selama ini—perjuangan ibunya, sakitnya Zeni, dan bisikan-bisikan tajam tetangga yang selalu memandang rendah mereka. Ini mungkin jalan keluar yang selama ini dia cari.

 Dengan napas yang bergetar, Elara akhirnya berkata, “Baiklah. Aku setuju.”

 "Eh tapi, Tuan masih single kan?" lanjut Elara.

"Jika aku sudah punya istri?" Zayden balik bertanya, sembari mengetes seberapa percaya diri gadis di hadapannya ini.

Terlihat Elara berpikir sejenak, "Tak masalah. Jujur aja, aku lebih membutuhkan uangmu daripada dirimu, Tuan. Aku tak akan menggangu kebersamaan Tuan dengan istri. Bagaimana?"

"Em ... Perjanjian yang bagus." Arzayden manggut-manggut, dia baru terpikirkan betapa mudahnya membuat perjanjian dengan seorang anak kecil. “Aku ingin kau datang ke kantorku besok,” kata Arzayden tanpa basa-basi, suaranya pelan namun penuh wibawa. Tatapannya menyelidik, seolah menelusuri tiap inci keberadaan Elara.

 Elara menelan ludah, menegakkan posturnya, mencoba meredam gejolak dalam hatinya. “Kantor, Tuan?” tanyanya, walau sebenarnya sudah mengerti maksudnya.

 “Ya, kapan pun kau siap. Tak perlu terburu-buru. Ini nomor ponselku.” Arzayden mengeluarkan kartu namanya, kemudian menyodorkannya pada Elara. Kartu itu sederhana, namun elegan, mencerminkan status pria yang berdiri di hadapannya.

 Tangan Elara gemetar sedikit saat menerima kartu itu. Nomor telepon di sana begitu nyata, seolah menjadi tiket menuju dunia yang tak pernah dia bayangkan akan dia masuki. Dunia pria seperti Arzayden Levano, penuh dengan kekayaan, kekuasaan, dan misteri.

 “Aku akan menunggu teleponmu,” tambah Arzayden sebelum beranjak pergi, meninggalkan Elara yang masih memegang kartu itu dengan tatapan kosong, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

 Ketika jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari, Elara akhirnya pulang. Ia diantar oleh sopir pribadi Arzayden yang sudah menunggu di luar klub. Sopir itu sengaja disediakan Arzayden, supaya meyakinkan Elara bahwa dia serius.

 Kendaraan mewah yang mengantarnya pulang terasa begitu asing bagi Elara, membuatnya merasa seperti orang luar di dalam lingkup kehidupan yang terlalu jauh dari kesehariannya. Sepanjang perjalanan, ia hanya bisa memandangi kota yang mulai sepi, pikirannya melayang antara tawaran Arzayden dan realitas yang sedang ia jalani.

 Setibanya di rumah, Elara bisa merasakan tatapan tajam dari beberapa pria paruh baya yang sedang meronda di pos jaga tak jauh dari rumahnya. Mereka tak bersuara, namun pandangan mereka cukup menyampaikan apa yang tengah mereka pikirkan. Wajah-wajah tua yang menghakimi, mempertanyakan kehidupan seorang perempuan muda yang pulang larut malam dengan mobil mewah. Elara hanya bisa berjalan cepat, tak ingin mengundang lebih banyak perhatian.

 “Perempuan macam apa itu,” gumam salah satu bapak dengan nada sinis.

 “Pulang malam, diantar mobil mewah pula. Apa yang dilakukannya?” kata yang lain, menambahkan spekulasi yang memuakkan.

 Elara tidak mengindahkan mereka, namun hatinya mencelos. Dia tahu, hidupnya—dan keluarganya—telah menjadi topik perbincangan di kalangan tetangga. Satu langkah salah saja, dan mereka akan semakin mengasihani atau bahkan mencemooh keluarganya.

 Ketika Elara tiba di depan pintu rumah, ia menyadari bahwa pintu masih belum dikunci. Itu hanya berarti satu hal: ibunya belum tidur, masih menunggu kepulangannya, seperti malam-malam sebelumnya.

 "Bu, aku sudah pulang," bisik Elara pelan saat memasuki rumah.

 Di ruang tamu yang sederhana, Bu Nira duduk di sofa tua dengan selimut tipis menutupi tubuhnya. Matanya sembap, menandakan bahwa ia telah terjaga sepanjang malam. Elara merasa hatinya teriris melihat sosok wanita tua itu, yang meskipun lelah dan tak berdaya, selalu menunggunya pulang dengan cemas.

 "Kenapa belum tidur, Bu? Aku kan sudah bilang, aku pasti pulang. Jangan terlalu mengkhawatirkan aku seperti ini," kata Elara dengan suara lembut, mencoba menghibur ibunya.

 Bu Nira tersenyum kecil, namun senyuman itu tak bisa menutupi kekhawatirannya.

  "Bagaimana bisa Ibu tidur jika anak perempuanku belum ada di rumah?" jawabnya dengan suara yang terdengar lebih tua dari usianya.

 Elara merasa bersalah, namun tak ada yang bisa ia lakukan. Kehidupan yang mereka jalani sudah cukup berat tanpa beban kekhawatiran ibunya setiap malam. Tapi Bu Nira selalu tak bisa tidur, selalu khawatir, meskipun Elara sudah berkali-kali meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.

 **

 Keesokan paginya, ketika matahari baru saja terbit dan Elara tengah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, ia tahu waktunya telah tiba untuk berbicara dengan ibunya. Dia tidak bisa menunda lagi—keputusan yang ia ambil semalam harus segera disampaikan.

 “Bu, aku mau bicara sebentar,” kata Elara saat ia duduk di meja makan sederhana mereka. Bu Nira yang sedang sibuk di dapur menghentikan pekerjaannya dan berbalik menatap Elara dengan penuh perhatian.

 “Ada apa, Ra? Kamu kelihatan serius sekali,” tanya Bu Nira sambil melangkah ke meja makan.

 Elara menggigit bibirnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Bu, aku... aku memutuskan untuk menikah.”

 Kata-kata itu menggantung di udara, begitu berat dan menggema di ruangan kecil mereka. Bu Nira terdiam, ekspresi terkejut menyelimuti wajahnya. Matanya membelalak, kemudian berubah menjadi sorot kemarahan yang tak tertahan.

 “Apa? Menikah? Dengan siapa? Kamu bicara apa, Ra?!” seru Bu Nira, suaranya meninggi, membuat Elara sedikit tersentak.

 Elara mencoba tetap tenang. “Aku akan menikah dengan seseorang yang bisa mengubah hidup kita, Bu. Aku tahu ini terdengar aneh, tapi... aku melakukannya untuk kita. Untuk keluarga ini.”

 Bu Nira menggelengkan kepala dengan keras, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

 “Mengubah hidup kita? Kamu pikir dengan menikah, hidup kita akan berubah begitu saja? Kamu tahu apa yang akan dikatakan tetangga-tetangga itu? Mereka sudah cukup banyak membicarakan kita, sekarang kamu mau memberi mereka lebih banyak alasan untuk mencemooh kita?”

 “Aku tidak peduli dengan mereka, Bu. Yang aku pedulikan hanya kita. Aku ingin kita bisa hidup dengan lebih baik. Aku ingin ibu berhenti bekerja keras. Aku ingin Zeni mendapatkan perawatan yang lebih baik,” ucap Elara, suaranya bergetar namun penuh tekad.

 Namun Bu Nira tidak tergerak. Wajahnya memerah karena amarah yang meluap. “Kamu pikir dengan menikahi seseorang, dia bisa mengangkat derajat kita begitu saja? Uang bukanlah segalanya, Elara! Apa kamu lupa bagaimana mereka memandang kita selama ini? Apa itu yang kamu sebut mengangkat harkat derajat kita?”

 Bersambung...

Episodes
1 Misi Mencari Calon Istri
2 Kepedihan Seorang Ibu dan Ditembak Menikah
3 Menikahi Uangmu
4 Jadi Ke-2
5 Kehormatan Seorang Wanita Penghibur
6 Meminta Restu Mencari Wali
7 Harga Diri Diperjualbelikan
8 Bayang-bayang Pernikahan
9 Menginap di Apartemen Zayden
10 CEO's Kiss
11 Gara-gara Ciuman
12 Persiapan Jadi Istri CEO
13 Bayangan Di Balik Kebahagiaan
14 Gelisah Menanti Cinta
15 Gosip Pernikahan
16 Ketegangan Pengantin Baru
17 Permainan Pengantin Baru
18 Malam Pertama Main-main
19 Ditahan Takut Menyakiti
20 Akhirnya Tidak Penasaran
21 Perubahan Singkat
22 Ketahuan Dari Media
23 Hutang yang Tertinggal
24 Tuan Zayden yang Selalu Mendadak
25 Debat Pagi dan Bubur Mewah
26 Terjebak di Lingkaran Kakek Abraham
27 Kedatangan Laura dan Lucas
28 Tegangnya Pertemuan di Rumah Abraham
29 Warisan Mengubah Segalanya
30 Ketegangan di Meja Makan
31 Pamer Mertua
32 Jejak Masa Lalu Yang Membingungkan
33 Hasutan Kena Sasaran
34 Menantu Kaya Mertua Babu
35 Menyelamatkan Ibu Mertua
36 Melayani Bocil Harus Sabar
37 Keinginanku Tetap Uang
38 Ingin Hidup Normal
39 Elara Dihakimi
40 Elara Ingin Menyerah
41 Bukti Kuat Tetap Salah
42 Bocah Polos dan Ibu Muda
43 Kecemburuan Istri Pertama
44 Tiba-tiba Menangis
45 Pagi Yang Sibuk
46 Kehebohan di Pagi Hari
47 Tekanan Besan dan Warga
48 Huru-Hara Haru
49 Elviano dan Orang Misterius
50 Kejutan
51 Sakit Hati Mendengarnya
52 Rayuan Singkat
53 Cari Kebenaran
54 Rindu Cinta Dendam
55 Istri Sah Meminta Hak
56 Asal Usul Masa Lalu
57 Panggilan Membuat Cemburu
58 Gak Kuat Menahan Sabar
59 Hari Random Bete
60 Malam Kedua Honeymoon
61 Melihat Adegan Mesra Suami
62 Tiga Cinta dan Kepalsuan
63 CAPER Lebay
64 Berebut Posisi Menjadi Istri
65 Laura Mengemis Cinta
66 Pertemuan Pertama Kakek Alun
67 Dipaksa Pergi
68 Saatnya Berpisah
69 CEO Patah Hati
70 Pergi Satu Pergi Semua
71 Calon CEO, Calon Janda
72 Pangeran Petarung
73 Terkuak Perselingkuhan Masa Lalu
74 Elara Versi Upgrade
75 Istri Lama Murka
76 Usaha Mantan Istri Merebut Posisi
77 Menyembuhkan Luka Masa Lalu
78 Keluarga Besar Berkumpul Untuk Pesta
79 Tiba Acara Yang Ditunggu
80 Harus Terima
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Misi Mencari Calon Istri
2
Kepedihan Seorang Ibu dan Ditembak Menikah
3
Menikahi Uangmu
4
Jadi Ke-2
5
Kehormatan Seorang Wanita Penghibur
6
Meminta Restu Mencari Wali
7
Harga Diri Diperjualbelikan
8
Bayang-bayang Pernikahan
9
Menginap di Apartemen Zayden
10
CEO's Kiss
11
Gara-gara Ciuman
12
Persiapan Jadi Istri CEO
13
Bayangan Di Balik Kebahagiaan
14
Gelisah Menanti Cinta
15
Gosip Pernikahan
16
Ketegangan Pengantin Baru
17
Permainan Pengantin Baru
18
Malam Pertama Main-main
19
Ditahan Takut Menyakiti
20
Akhirnya Tidak Penasaran
21
Perubahan Singkat
22
Ketahuan Dari Media
23
Hutang yang Tertinggal
24
Tuan Zayden yang Selalu Mendadak
25
Debat Pagi dan Bubur Mewah
26
Terjebak di Lingkaran Kakek Abraham
27
Kedatangan Laura dan Lucas
28
Tegangnya Pertemuan di Rumah Abraham
29
Warisan Mengubah Segalanya
30
Ketegangan di Meja Makan
31
Pamer Mertua
32
Jejak Masa Lalu Yang Membingungkan
33
Hasutan Kena Sasaran
34
Menantu Kaya Mertua Babu
35
Menyelamatkan Ibu Mertua
36
Melayani Bocil Harus Sabar
37
Keinginanku Tetap Uang
38
Ingin Hidup Normal
39
Elara Dihakimi
40
Elara Ingin Menyerah
41
Bukti Kuat Tetap Salah
42
Bocah Polos dan Ibu Muda
43
Kecemburuan Istri Pertama
44
Tiba-tiba Menangis
45
Pagi Yang Sibuk
46
Kehebohan di Pagi Hari
47
Tekanan Besan dan Warga
48
Huru-Hara Haru
49
Elviano dan Orang Misterius
50
Kejutan
51
Sakit Hati Mendengarnya
52
Rayuan Singkat
53
Cari Kebenaran
54
Rindu Cinta Dendam
55
Istri Sah Meminta Hak
56
Asal Usul Masa Lalu
57
Panggilan Membuat Cemburu
58
Gak Kuat Menahan Sabar
59
Hari Random Bete
60
Malam Kedua Honeymoon
61
Melihat Adegan Mesra Suami
62
Tiga Cinta dan Kepalsuan
63
CAPER Lebay
64
Berebut Posisi Menjadi Istri
65
Laura Mengemis Cinta
66
Pertemuan Pertama Kakek Alun
67
Dipaksa Pergi
68
Saatnya Berpisah
69
CEO Patah Hati
70
Pergi Satu Pergi Semua
71
Calon CEO, Calon Janda
72
Pangeran Petarung
73
Terkuak Perselingkuhan Masa Lalu
74
Elara Versi Upgrade
75
Istri Lama Murka
76
Usaha Mantan Istri Merebut Posisi
77
Menyembuhkan Luka Masa Lalu
78
Keluarga Besar Berkumpul Untuk Pesta
79
Tiba Acara Yang Ditunggu
80
Harus Terima

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!