Jadi Ke-2

Bab 4

Elara terdiam, merasa kata-katanya berbalik melawannya. Dia tahu ibunya tidak salah. Tapi di sisi lain, dia juga tahu bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang bisa dia tempuh. Meskipun ibunya tidak setuju, Elara yakin bahwa pernikahan ini akan membawa perubahan yang mereka butuhkan.

 “Ibu, aku hanya ingin kita hidup lebih baik,” ucap Elara pelan, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tahu ini sulit, tapi... aku rasa ini satu-satunya cara.”

 "Kamu sudah mengenal pria itu berapa lama? Jangan sampai cita-cita kalian untuk menikah, berdasarkan napsu belaka. Dan hanya menciptakan mimpi buruk." Suara Bu Nira lirih, tapi penuh penekanan.

 "Pokoknya, ibu percaya aja sama aku."

 "Tidak bisa begitu saja percaya, Ra. Ini menyangkut masa depan dan seumur hidup. Pernikahan bukan permainan."

 "Ibu." Elara menggenggam tangan ibunya, "Selama ini, apa aku pernah mengecewakan ibu? Bahkan semua tuduhan tetangga tidak terbukti bukan?"

 Suasana di ruangan itu menjadi tegang, seolah waktu berhenti untuk sejenak. Bu Nira hanya bisa menatap putrinya dengan campuran kemarahan dan kepedihan. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Sementara Elara menunggu, dengan hati yang terbebani oleh keputusan yang baru saja dia buat.

 ###

 Pagi itu, Elara melangkah keluar dari rumah dengan perasaan campur aduk. Pertengkarannya dengan Bu Nira barusan masih terasa membekas. Namun, dia memilih untuk menyudahi perdebatan, karena tak ingin lebih jauh menyakiti hati ibunya. Sembari mengenakan sepatu di teras rumah, ia menarik napas panjang. Dalam hati ia berdoa agar segalanya bisa berjalan dengan lebih baik hari ini.

 Setelah itu, ia pamit dengan suara pelan, “Ibu, aku pergi dulu. Maafkan aku Ibu.”

 Bu Nira hanya menjawab dengan anggukan kecil, meski masih terlihat kemarahan yang tersisa di wajahnya.

 Elara bisa melihat jelas guratan-guratan lelah di wajah ibunya, namun ia tak bisa berbuat banyak. Kehidupan yang mereka jalani memang berat, dan niat Elara untuk menikah—sekalipun untuk alasan yang terkesan pragmatis—hanya merupakan satu-satunya cara yang ia pikirkan untuk keluar dari tekanan hidup yang terus-menerus menghantam keluarga mereka.

 Elara melangkah cepat menuju tepi jalan, di mana mobil mewah yang semalam mengantarnya pulang sudah terparkir rapi. Pandangannya sempat terpaku sejenak pada kilauan cat mobil yang memantulkan sinar matahari pagi. Rasa senang dan bangga menyelusup di hatinya. Namun, bersamaan dengan itu, rasa was-was menghampiri, mengingat tatapan warga sekitar yang sudah mulai memperhatikan kehadirannya.

 Sekali lagi, Elara dihadapkan pada masalah baru. Mungkin inilah yang harus ia hadapi setiap hari mulai sekarang— bertambahnya menjadi bahan gosip dan sorotan warga sekitar. Dahulu saja, para tetangga sudah terang-terangan menunjukkan sikap jijik pada keluarga Elara, apalgi sekarang. Namun, Elara memiliki keyakinan, mulut-mulut mereka bisa dibuat diam hanya dengan uang.

 Pak Sobri, sang sopir, turun dari mobil begitu melihatnya mendekat. Dengan ramah, pria paruh baya itu menyapanya, “Selamat pagi, Mbak Elara. Maaf kalau terlalu pagi, saya memang disuruh jemput Mbak sekarang.”

 Elara mengangguk sambil tersenyum kecil. "Pagi, Pak. Tidak apa-apa, saya juga memang sudah siap."

 Percakapan mereka tidak berlangsung lama, namun cukup untuk mengurangi rasa canggung yang Elara rasakan. Ia kini tahu nama sopir tersebut, Pak Sobri. Semalam dia dan Zayden sempat berkirim pesan, dan membahas sedikit permasalahan tentang Mereka.

 Pak Sobri terlihat seperti sosok yang dewasa dan bijak. Seseorang yang tampaknya tak ingin ikut campur dalam urusan pribadi majikannya atau penumpangnya. Setelah beberapa menit, mereka berdua naik ke dalam mobil dan meluncur menuju sekolah Elara.

 Di perjalanan, Elara tak bisa menghindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu. Ia tahu betul bahwa pilihan hidup yang ia jalani tidaklah biasa untuk anak seusianya. Gosip yang selama ini beredar semakin mempertegas statusnya di mata orang-orang. Ia sadar bahwa penilaian buruk sudah melekat pada dirinya, namun apa yang bisa ia lakukan? Pilihan yang ada di hadapannya terlalu terbatas. Sejak lama, ia berusaha keras menutup telinga dan tetap fokus pada apa yang ia anggap penting—kesejahteraan keluarganya, terutama ibunya.

 Setibanya di sekolah, seperti yang sudah ia duga, teman-temannya langsung heboh melihat mobil mewah yang membawanya turun. Mereka berbisik-bisik dan bergunjing, tetapi Elara pura-pura tidak mendengar. Langkahnya tetap mantap saat ia memasuki gerbang sekolah.

 "Eh, lihat tuh, Elara diantar mobil mahal. Kemarin dia pakai apa? Angkot butut kan?" seorang teman berbisik kepada yang lain.

 "Heh, pasti dapat lagi dari sugar daddy-nya," timpal yang lain sambil tertawa mengejek.

 Bisikan-bisikan itu tak berhenti sampai di sana. Bahkan di dalam kelas, beberapa teman yang dikenal tak menyukainya semakin leluasa melontarkan ejekan. Mereka bergunjing di balik buku atau di sudut-sudut ruangan, seolah-olah Elara tak bisa mendengar mereka.

 "Dia itu ayam sekolah, kamu belum tahu? Udah biasa jadi bahan omongan," seorang teman membisikan dengan nada puas, seolah menganggap bahwa gosip itu adalah kebenaran mutlak.

 Elara menahan diri untuk tidak merespons. Ia tahu, selama ini uang adalah senjata paling ampuh untuk meredam cercaan mereka.

  Malam sebelumnya, Zayden memang memberinya sejumlah uang—tidak terlalu banyak, namun cukup untuk mentraktir sekelas. Dan kali ini, ia ingin mencoba satu hal yang selalu ia ketahui efektif: apakah mereka masih berani banyak bicara setelah menikmati uangnya?

 Sesaat kemudian, Elara memutuskan untuk mengirim pesan ke beberapa teman yang dikenal lebih dekat dengannya. Ia menawarkan untuk mentraktir makan siang nanti di kafe dekat sekolah. Tentu saja, tawaran itu langsung disambut dengan antusiasme yang melebihi ekspektasinya.

 "Sumpah, Ra, traktiran kamu selalu paling ditunggu! Besok-besok kalau kamu dapat rejeki lagi, jangan lupa ya ajak-ajak kita," kata salah satu teman sambil tersenyum manis, nada ejekannya seketika menghilang, tergantikan dengan sikap ramah yang tiba-tiba muncul.

 Elara menahan senyum kecil di balik kesan tenangnya. Dalam hati, ia tahu bahwa uang bisa membuat mulut-mulut yang tadinya tajam itu berubah menjadi lunak. Namun, meski begitu, hatinya masih terselip perasaan tak nyaman. Terkadang, ia bertanya pada dirinya sendiri, sampai kapan harus menggunakan cara seperti ini untuk menenangkan mereka? Sampai kapan ia harus memuaskan orang lain dengan hal-hal yang semu, hanya demi mendapatkan sedikit ketenangan?

 Namun, untuk hari ini, Elara memilih untuk tetap bertahan dengan caranya sendiri. Dunia sudah terlalu keras, dan terkadang yang ia butuhkan hanyalah waktu untuk bernapas, meski itu berarti menggunakan cara yang tak selalu dianggap benar oleh orang lain.

 "Eh, Ra. Kali ini kamu nraktir banyak temen. Curiga aku," tanya teman sebangkunya, yang sudah sangat akrab dengannya.

 "Mau ikut-ikutan jadi tukang gosip, iya? Kaya gak tahu aku aja. Udah, diem, Nel," sahut Elara merespons kehebohan Neli.

 "Bukan gitu. Kalau uang sebanyak itu, kamu dapat banyak tamu? Atau ...." Neli ingin bertanya lebih lanjut, tapi dia juga menghargai perasaan teman akrabnya itu.

 "Hah... dasar tukang kepo," sahut Elara dengan menghela napas.

 Neli memang tahu kegiatan Elara saat malam. Bahkan satu-satunya teman yang Elara beri tahu, tempat cerita segala hal, ya dia, Neli. Temannya itu tahu, cara Elara melayani tamu, dengan tips atau upah yang gak seberapa. Tidak seperti yang orang bayangkan dan tuduhkan. Namun, kali ini bisa menghamburkan uang begitu banyak, jelas saja Neli curiga. Jangan-jangan, temannya sudah melayani tamu lebih dari batas yang dijaga sebelumnya.

 Kemudian Elara menceritakan tentang pertemuannya dengan Tuan Arzayden Levano. Tak ada satu kisah pun yang terlewat..

 "Apa? CEO Levano Corp? Kamu terima lamarannya?" Leni seakan terkejut yang aneh.

 "Memang kenapa? Kok kaya ketakutan gitu, kagetnya."

 "Bukan gitu Ra. Kamu tahu nggak? Dia tuh udah punya istri. Kamu baca-baca profil dia aja di web, banyak kok. Kalau gitu, kamu dijadikan yang ke ...." Leni menggantungkan kalimatnya. Dia tidak tega melanjutkan itu.

 "Gak papa," ucap Elara dengan santai.

 "Hah? Maksudnya gak papa?" Leni lebih terkejut kali ini. Dia berharap, temannya tidak segila itu mengambil keputusan.

 Bersambung..

Episodes
1 Misi Mencari Calon Istri
2 Kepedihan Seorang Ibu dan Ditembak Menikah
3 Menikahi Uangmu
4 Jadi Ke-2
5 Kehormatan Seorang Wanita Penghibur
6 Meminta Restu Mencari Wali
7 Harga Diri Diperjualbelikan
8 Bayang-bayang Pernikahan
9 Menginap di Apartemen Zayden
10 CEO's Kiss
11 Gara-gara Ciuman
12 Persiapan Jadi Istri CEO
13 Bayangan Di Balik Kebahagiaan
14 Gelisah Menanti Cinta
15 Gosip Pernikahan
16 Ketegangan Pengantin Baru
17 Permainan Pengantin Baru
18 Malam Pertama Main-main
19 Ditahan Takut Menyakiti
20 Akhirnya Tidak Penasaran
21 Perubahan Singkat
22 Ketahuan Dari Media
23 Hutang yang Tertinggal
24 Tuan Zayden yang Selalu Mendadak
25 Debat Pagi dan Bubur Mewah
26 Terjebak di Lingkaran Kakek Abraham
27 Kedatangan Laura dan Lucas
28 Tegangnya Pertemuan di Rumah Abraham
29 Warisan Mengubah Segalanya
30 Ketegangan di Meja Makan
31 Pamer Mertua
32 Jejak Masa Lalu Yang Membingungkan
33 Hasutan Kena Sasaran
34 Menantu Kaya Mertua Babu
35 Menyelamatkan Ibu Mertua
36 Melayani Bocil Harus Sabar
37 Keinginanku Tetap Uang
38 Ingin Hidup Normal
39 Elara Dihakimi
40 Elara Ingin Menyerah
41 Bukti Kuat Tetap Salah
42 Bocah Polos dan Ibu Muda
43 Kecemburuan Istri Pertama
44 Tiba-tiba Menangis
45 Pagi Yang Sibuk
46 Kehebohan di Pagi Hari
47 Tekanan Besan dan Warga
48 Huru-Hara Haru
49 Elviano dan Orang Misterius
50 Kejutan
51 Sakit Hati Mendengarnya
52 Rayuan Singkat
53 Cari Kebenaran
54 Rindu Cinta Dendam
55 Istri Sah Meminta Hak
56 Asal Usul Masa Lalu
57 Panggilan Membuat Cemburu
58 Gak Kuat Menahan Sabar
59 Hari Random Bete
60 Malam Kedua Honeymoon
61 Melihat Adegan Mesra Suami
62 Tiga Cinta dan Kepalsuan
63 CAPER Lebay
64 Berebut Posisi Menjadi Istri
65 Laura Mengemis Cinta
66 Pertemuan Pertama Kakek Alun
67 Dipaksa Pergi
68 Saatnya Berpisah
69 CEO Patah Hati
70 Pergi Satu Pergi Semua
71 Calon CEO, Calon Janda
72 Pangeran Petarung
73 Terkuak Perselingkuhan Masa Lalu
74 Elara Versi Upgrade
75 Istri Lama Murka
76 Usaha Mantan Istri Merebut Posisi
77 Menyembuhkan Luka Masa Lalu
78 Keluarga Besar Berkumpul Untuk Pesta
79 Tiba Acara Yang Ditunggu
80 Harus Terima
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Misi Mencari Calon Istri
2
Kepedihan Seorang Ibu dan Ditembak Menikah
3
Menikahi Uangmu
4
Jadi Ke-2
5
Kehormatan Seorang Wanita Penghibur
6
Meminta Restu Mencari Wali
7
Harga Diri Diperjualbelikan
8
Bayang-bayang Pernikahan
9
Menginap di Apartemen Zayden
10
CEO's Kiss
11
Gara-gara Ciuman
12
Persiapan Jadi Istri CEO
13
Bayangan Di Balik Kebahagiaan
14
Gelisah Menanti Cinta
15
Gosip Pernikahan
16
Ketegangan Pengantin Baru
17
Permainan Pengantin Baru
18
Malam Pertama Main-main
19
Ditahan Takut Menyakiti
20
Akhirnya Tidak Penasaran
21
Perubahan Singkat
22
Ketahuan Dari Media
23
Hutang yang Tertinggal
24
Tuan Zayden yang Selalu Mendadak
25
Debat Pagi dan Bubur Mewah
26
Terjebak di Lingkaran Kakek Abraham
27
Kedatangan Laura dan Lucas
28
Tegangnya Pertemuan di Rumah Abraham
29
Warisan Mengubah Segalanya
30
Ketegangan di Meja Makan
31
Pamer Mertua
32
Jejak Masa Lalu Yang Membingungkan
33
Hasutan Kena Sasaran
34
Menantu Kaya Mertua Babu
35
Menyelamatkan Ibu Mertua
36
Melayani Bocil Harus Sabar
37
Keinginanku Tetap Uang
38
Ingin Hidup Normal
39
Elara Dihakimi
40
Elara Ingin Menyerah
41
Bukti Kuat Tetap Salah
42
Bocah Polos dan Ibu Muda
43
Kecemburuan Istri Pertama
44
Tiba-tiba Menangis
45
Pagi Yang Sibuk
46
Kehebohan di Pagi Hari
47
Tekanan Besan dan Warga
48
Huru-Hara Haru
49
Elviano dan Orang Misterius
50
Kejutan
51
Sakit Hati Mendengarnya
52
Rayuan Singkat
53
Cari Kebenaran
54
Rindu Cinta Dendam
55
Istri Sah Meminta Hak
56
Asal Usul Masa Lalu
57
Panggilan Membuat Cemburu
58
Gak Kuat Menahan Sabar
59
Hari Random Bete
60
Malam Kedua Honeymoon
61
Melihat Adegan Mesra Suami
62
Tiga Cinta dan Kepalsuan
63
CAPER Lebay
64
Berebut Posisi Menjadi Istri
65
Laura Mengemis Cinta
66
Pertemuan Pertama Kakek Alun
67
Dipaksa Pergi
68
Saatnya Berpisah
69
CEO Patah Hati
70
Pergi Satu Pergi Semua
71
Calon CEO, Calon Janda
72
Pangeran Petarung
73
Terkuak Perselingkuhan Masa Lalu
74
Elara Versi Upgrade
75
Istri Lama Murka
76
Usaha Mantan Istri Merebut Posisi
77
Menyembuhkan Luka Masa Lalu
78
Keluarga Besar Berkumpul Untuk Pesta
79
Tiba Acara Yang Ditunggu
80
Harus Terima

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!