Selesai memotong ari-ari, Mbok Esti segera menggendong si jabang bayi, mencoba untuk menenangkan tangisnya, sambil membersihkan bekas darah melahirkan di seluruh badan si jabang bayi menggunakan lap kain hangat.
Sementara dua abdi dalemnya, membersihkan badan Dewi Astjarjana yang masih terkulai tak berdaya, memberikan ramuan jamu, dan mengganti alas tidur Dewi Astjarjana.
Tangis si jabang bayi mulai reda. Sementara Mbok Esti mengerutkan keningnya.
Dada Mbok Esti kembali sesak, membayangkan bagaimana reaksi Dewi Astjarjana dan Adipati Elang Ganendra bila mengetahui keadaan si jabang bayi yang sebenarnya.
Walaupun kekuatan si jabang bayi sangat besar, akan tetapi ada bagian tubuh lain yang tidak biasa tumbuh di punggung kanan dan kirinya.
Hal ini membuat Mbok Esti beberapa kali menghela nafas panjang dan dalam.
“Mbok, bagaimana anakku?” Tanya Dewi Astjarjana memecahkan lamunan Mbok Esti.
“Eh, anu, iya…”
“Mana Mbok, biar aku gendong...”
“Bayi perempuan, Kanjeng Nyai,” Dengan ragu mbok Esti menyerahkan si jabang bayi di tangannya yang sudah digedong kain jarik (dibungkus rapat mulai leher, tangan badan hingga ujung kaki dan hanya menyisakan kepala saja yang nampak) kepada Dewi Astjarjana yang masih berbaring di tempat tidur.
Adipati Elang Ganendra sudah tidak sabar menunggu, ingin segera melihat anaknya.
Ia menerobos masuk ke dalam kamar sebelum Mbok Esti mengabarinya. Senyum bahagia tak pernah lepas dari bibirnya.
“Dinda, selamat…” Ucapnya.
“Kanda… seorang putri...” Dewi Astjarjana menyambut kedatangan Elang Ganendra dengan suara merdunya.
Walaupun masih tampak pucat, tapi rona bahagia, lega, haru, bercampur aduk terbias di wajahnya, sementara Mbok Esti hanya tertegun di samping tempat tidur tanpa mampu berkata maupun melakukan apa-apa.
“Dia sangat cantik. Hidungnya mungil, kulitnya seputih melati seperti dirimu Nyai.”
Elang Ganendra meraih si jabang bayi dari gendongan Dewi Astjarjana, istrinya.
“Aku berikan nama Dewi Anandhita, karena dia sangat mirip denganmu.” Lanjut Elang Ganendra sambil mencium buah hatinya
Karena merasa terganggu tidurnya, dicium beberapa kali tanpa jeda oleh Elang Ganendra, Anandhita menggeliatkan tubuhnya.
Semakin giat Elang Ganendra menciumnya, semakin berontak pula tubuh kecil Anandhita.
Dan, tiba-tiba….
“Blak!!"
Sesuatu berhasil lepas dari bungkusan kain jarik yang sudah sedikit berantakan, muncul dari kanan-kiri punggung Anandhita.
"Oweeeek…..!! Oweeeek…..!! Oweeeeeek....” Tangisnya pun kembali pecah memenuhi ruangan.
Elang Ganendra tersentak kaget mengetahui ada yang aneh di tubuh putrinya bersamaan dengan suara tangis yang memekakkan telinga. Ia refleks melepaskan gendongan kedua tangannya pada tubuh Anandhita.
Untungnya, Mbok Esti yang sudah bisa menduga akan terjadi hal sedemikian rupa, berhasil menangkap tubuh mungil Anandhita sebelum terhempas ke lantai.
Mbok Esti segera menjauh dari Elang Ganendra sambil berusaha menenangkan Anandhita yg masih menangis, sementara Elang Ganendra dan Dewi Astjarjana terbelalak melihat bagian belakang tubuh Anandhita.
Mereka seakan tak percaya dengan penglihatannya. Sepasang sayap kecil tidak berbulu, tumbuh di pungung Anandhita.
Bahkan tangis Anandhita yang kembali membuat dinding ruangan serasa bergetar, tak mampu meredakan keterkejutan mereka.
“Tok… Tok… Tok….” Tiba-tiba pintu kamar diketok dari luar
“Elang, Dewi, bisakah kami masuk?” Suara Nyai Wulandari, Ibu Dewi Astjarjana terdengar lembut dari balik pintu, menyadarkan Elang Ganendra dan Dewi Astjarjana.
“Masuklah Ibu…”Jawab Dewi Astjarjana. Air matanya mulai mengembang di pelupuk mata, dan perlahan jatuh membasahi pipinya. Sementara Elang Ganendra masih membisu. Kepalanya terasa berat secara tiba-tiba.
Tangis Anandhita mulai mereda setelah Mbok Esti kembali membungkus erat tubuhnya serta mendekapnya erat. Terbersit tekad di benaknya, ia akan mengasuh Anandhita apabila kedua orang tuanya malu dengan keadaan fisiknya.
Nyai Wulandari beserta Ki Ageng Radjito dan Dewandaru beserta istrinya, Danastri, masuk ke dalam ruangan.
“Selamat anakku…” Nyai Wulandari dan Danastri bergantian mencium Dewi Astjarjana, membuat tangis Dewi Astjarjana pecah tak tertahan lagi.
Nyai Wulandari dan Danastri saling hanya bisa saling pandang, bertanya-tanya ada apakah gerangan ketika melihat Dewi Astjarjana menangis sesenggukan.
Adipati Elang Ganendra beringsut pergi tanpa berkata apa-apa, meninggalkan semua orang yang nampak bertambah bingung melihatnya.
“Apa yang terjadi Nduk..?” Danastri berusaha mencairkan kebisuan.
“Bawalah.. anakku kesini.. Mbok…” ucap Dewi Astjarjana sambil sesekali sesenggukan kepada Mbok Esti yang masih berdiri di sudut ruangan.
“Bagaimana pun.. dia.. adalah anakku.. buah hatiku.” Lanjut Dewi Astjarjana terbata-bata di sela isaknya.
Mbok Esti menyerahkan bayi dalam gendongannya kepada Dewi Astjarjana, kemudian melangkah serta menduduki sebuah kursi di dekat dinding kamar hanya tuk sekedar melepas lelah.
Tenaga dalamnya sudah terkuras habis. Tubuhnya sudah melampaui batas, kakinya sudah tidak memiliki kekuatan untuk menyangga tubuhnya lagi.
Abdi dalem yang membantunya dalam proses persalinan Dewi Astjarjana, segera mengambil ramuan cabe puyang, akar ginseng dan jahe merah, lalu menyerahkannya kepada Mbok Esti.
Mbok Esti segera meminum ramuan tersebut sampai habis tak tersisa untuk sedikit mengembalikan kekuatannya. Beberapa saat kemudian, Mbook Esti merasakan sedikit tambahan tenaga, lelahnya pun berangsur-angsur mulai berkurang.
“Lihatlah anakku, Ibu, Romo...” Dewi Astjarjana membuka kain jark yang membungkus tubuh Anandhita di bagian punggung, kemudian sedikit memiringkan tubuh putrinya.
Kedua orang tua dan mertuanya sangat terkejut melihat sepasang sayap kecil yang tumbuh di punggung Anandhita.
Sementara Dewi Astjarjana berusaha tabah dan membungkus kembali tubuh Anandhita dengan kain jarik yang menjadi selimutnya.
Diletakkannya kepala Anandhita ke dadanya, melatih bayi mungil itu untuk mulai menyusu padanya.
Dewi Astjarjana memantapkan hati untuk tetap mencintai dan mengasuh Anandhita. Bagaimanapun juga, Anandhita adalah anaknya, darah dagingnya, keturunannya yang sudah lama ia tunggu kehadirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
《Miss♥︎Taehyung♤》<i>
inilah yang di namakan kasih ibu sepanjang masa😌 lop yu Mak yang udh lahirin akoh-,-
2021-04-06
6
Aina Jamri
mampir
2021-03-24
4
Orang Baik
jempol n bintang untuk Anandhita.
2020-12-28
4