Kulepas Dengan Ikhlas

Kulepas Dengan Ikhlas

Prolog

Shintia Azka Nabila, atau biasa di panggil Nabila atau Nabil oleh teman-temanya. Anak satu-satu nya dari pasangan bapak Arkan wijaya dan ibu Arina. Merupakan seorang pengusaha di bidang kuliner, yang cabang restoran nya sudah bercabang kemana-mana.

Terlahir ketika usia kedua orangtuanya merangkak paruh baya, membuat dia lebih terlihat seperti seorang cucu dari pada Anak di keluarga tersebut. Bahkan kehadiran nya sempat tak disadari oleh kedua orangtuanya, yang pada saat itu memang sudah pasrah dengan keadaan. Karena sudah lama membina rumah tangga namun tak segera dikaruniai seorang buah hati di dalam nya.

Hingga setelah menunggu sekian lama, akhirnya Allah SWT memberikan juga kepercayaan itu dengan menghadirkan sosok Nabila kecil dalam keluarga tersebut.

Cantik, murah senyum, pintar, dan sholehah. Merupakan sedikit dari definisi untuk menggambarkan betapa mengagumkan nya seorang Nabila selama ini. Hidup dalam limpahan kasih sayang layak nya anak tunggal pada umum nya.

Mereka bilang, Nabila anak kesayangan yang selalu dimanja dalam keluarganya. Padahal kenyataan nya tak seperti apa yang mereka bayangkan selama ini. Sebab selain kasih sayang, dia juga diajarkan kemandirian sejak dini, dan itu terbukti dari niatan nya yang sangat ingin merasakan hidup mandiri di Pondok Pesantren. Jauh dari jangkauan orangtuanya.

" Woi Bil !! Asyik banget baca buku nya. Jangan serius-serius napa? Udah mau lulus juga, masih aja! Lo gak bosen apa, setiap hari di depan tulisan muluk " Ucap seorang gadis remaja bernama Vika. Merupakan salah satu sahabat Nabila yang amat sangat terkenal dengan sikap teledor dan mulut nya yang Asbun (asal bunyi).

Nabila terpaksa menutup buku nya dengan kasar, kemudian melirik sedikit kearah gadis cantik berambut merah terurai itu dengan tatapan jengah. " Apa-apaan sih lo Vik, berisik tau gak? Mending pulang aja sana! " Usir nya jengkel.

Beginilah kehidupan Nabila setiap hari yang kudu harus menambahkan kesabaran agar kuat menghadapi gempuran dua sahabat nya yang selalu bikin rusuh. " Astaghfirullah, sabar.... " Gumam nya lirih.

Vika pun hanya mendengus kesal, lalu memicingkan matanya sebelah sambil melihat ke arah Nabila dengan berdecak lirih. " Ini bagaimana sih konsep nya? Baru juga datang, udah main usir-usir aja, gak asyik lo ah! "

" Siapa suruh? Baru dateng udah bikin rusuh. Dasar! Kebiasaan buruk." Sahut Nabila sembari mengangkat buku yang dibaca nya tadi untuk mengipasi diri, sebab tiba-tiba saja kantin sekolahan mendadak panas dan bikin gerah." Ini juga si Zahra, kemana aja sih dia? Beli bakso dari tadi kok ndak balik-balik, lama bener. Mana udah haus banget lagi! " Omel Nabila tiada henti.

" Ya mana ku tahu? Lagi apel mungkin." Jawab Vika acuh, memilih mengabaikan ocehan Nabila dengan menggeser salah satu kursi di sebelah gadis itu dan langsung asyik berselancar ke dunia maya, berniat Mengupload beberapa foto selfi yang sudah di ambil nya tadi ke Instagram milik nya. " Ya ampun, cantik nya gue. " Ucap Vika dengan kepercayaan setinggi langit yang hanya mendapatkan lirikan acuh dari Nabila.

"Gila ya? Punya temen gini amat kelakuan nya. " Sindir Nabila dengan nada jengah.

"Ih, biarin. Suka-suka lah, wajah-wajah gue. " Balas Vika sewot.

Setelah sukses Memposting tiga foto selfi yang menurut nya cantik, Vika pun menaruh Handphone miliknya ke atas meja. Kemudian mengedarkan pandanganya untuk mencari-cari keberadaan satu temanya lagi yang sedari tadi masih saja belum kelihatan batang hidung nya. Padahal Vika kalau sudah urusan memilah milih foto untuk ia upload di sosial media cukup memakan waktu yang lama loh! Tapi kenapa ini si Cicak satu itu masih tak kunjung datang juga.

"Emangnya si Cicak lo suruh beli bakso di mana sih Bil ? Nyasar apa bagaimana nih orang ! Lama bener baliknya" Tanya Vika yang juga mulai bosan menunggu.

" Ya di tempat biasa nya lah, emang mau di mana lagi? kan yang jual bakso di kantin ini cuman satu orang doang. Beneran Ngapel dulu kayak nya nih orang sama pak Azam!"

Mendengar kata Pak Azam di sebut, entah mengapa membuat gadis penyuka gosip itu langsung On. Bergegas beringsut mendekat ke arah wajah Nabila. " Ah, yang bener Bil? jadi mereka beneran udah pacaran?

Wah...Akhirnya, si Cicak luluh juga dengan pesona pak Az....... "

Tuk!

"Akh! "

Belum sempat Vika menyelesaikan ucapan nya, Nabila keburu menyentil dahi Vika dan mendorong kepala si Ratu gosip itu agar menjauh darinya, menggunakan satu jari telunjuk dengan tatapan kesal.

" Sakit banget anjir.... Lu lama-lama mirip banget kayak Algojo ya Bil, setiap hari kerjaan nya main pukul mulu. Heran gue?" Vika membulatkan matanya marah pada Nabila. Mengusap-usap dahinya kasar untuk menghilangkan rasa sakit sembari menggerutu.

“Sukurin! Emangnya enak kena Jitak. Mau lagi gak? Biar gue tambahin kalau kurang.” Sahut suara cempreng dari arah belakang, yang tak lain dan tak bukan adalah Zahra. Orang sedari tadi menjadi perbincangan mereka berdua.

Akhirnya, Gadis penyebab dari kekesalan merekapun muncul dari arah belakang. Zahra melirik kesal ke arah Vika dengan tatapan sengit seperti musuh. Kemudian menaruh dua buah mangkok yang berisi bakso super pedas beserta es teh manis kesukaan mereka ke atas meja, dengan sedikit membantingnya.

"Ish... Apaan sih lo Ra? Pelan-pelan kan bisa. " Sahut Vika langsung.

" Lo yang apaan! Udah tahu punya temen mirip Preman, masih aja berani ngegosip dibelakang! lo gak takut gue begal setelah pulang sekolah heh? " Balas Zahra tak kalah sengit, tapi justru malah menarik kursi disebelah Vika dengan santai.

Vika pun menoleh, menggeleng kecil sembari menampilkan senyum cengengesan. Mengangkat jari telunjuk dan tengahnya tinggi-tinggi membentuk pola V di tangan kanan nya. " Ya elo sih, beli

bakso aja lama bener! Berasa beli di Amerika tau gak? Padahal mang ujang aja mangkalnya masih di situ-situ aja, belum pindah."

"Hu'um, bener tuh. " Sahut Nabila ikut menimpali. Membuat Zahra sedikit emosi.

“ Eh, kalian berdua. Emang lu kira beli itu gak pakai ngantri apa? Gak lihat, mang ujang nya aja sampek gak kelihatan kayak gitu.” Jawab Zahra sewot, “ Lagian siapa juga yang lagi ngapel sama Pak Azam? Ngarang aja kalian. ” Gumamnya lirih, lalu mulai menyendok kan kuah Bakso favoritnya itu sedikit-demi sedikit kedalam mulutnya.

Nabila terdiam, memilih menggidikan bahu. Malas untuk berdebat. Sedangkan Vika, mana bisa dia sehari saja tidak berdebat. Bisa-bisa dunia akan sunyi kalau tuh cewek satu diam.

" Ya udah sih...gitu aja marah-marah." Balas Vika yang kini sudah fokus kembali ke layar Handphone milik nya.

Nabila hanya bisa menghembuskan napas nya jengah melihat pertengkaran ke dua nya, heran juga dengan kelakuan mereka. Padahal jika salah satu nya gak ada saja pada sibuk nyariin, Eh...giliran ketemu selalu bikin pusing. Tapi ya sudahlah.. mending dia makan bakso aja dari pada ngelihatin mulut manyun Vika yang selalu bikin sakit mata.

“ Hemmm...Masya Allah, kok bisa sih ada Bakso se_enak ini?” Puji Nabila pada makanan berkuah tersebut, mencoba mencairkan suasana yang mulai hening .“ Lo mau Vik? nih..”

Nabila mencoba menawarkan sedikit Baksonya kepada Vika, namun hanya dibalas dengan gelengan kecil. Masih betah menampilkan muka cemberutnya “ Gak Bil, makasih. Gue gak lapar!” Jawabnya ketus sambil mencuri lirik ke arah Zahra.

Nabila menghela napasnya lelah, ternyata perang dingin antar ke duanya masih berjalan pemirsa. Dan kali ini Nabila memang harus jadi wasit sementara untuk mendamaikan mereka.

Di tatap nya Vika dan Zahra secara bergantian. " Udahlah...kalian itu

pada ngapain sih? Ngeributin hal-hal yang gak penting kayak gini! Gue pusing tau gak! ngelihat nya. Kepala gue berasa mau pecah." Ucap Nabila mencoba menengahi.

Vika dan Zahra pun saat ini justru malah kompak menggidikan bahunya acuh secara bersamaan, Zahra kembali sibuk dengan baksonya. Sedangkan Vika justru Asyik dengan Hp miliknya.

“ Oke, oke! gue minta maaf. Tadi itu gue cuman ngasal ucap aja mengenai Lo dan pak Azam Ra. Habisnya bikin nunggu lama sih. ” Ucap Nabila mencoba menjelaskan, lalu beralih menghadap ke arah Vika.“ Dan buat lo Vik, gue gak mau minta maaf ya karena gue salah.”

“ Loh, kok gitu? padahal jidat gue sakit loh Bil kena sentil. ” Sela Vika tak terima karena merasa sakit nya terabaikan.

“ Ya anggap saja itu balasan buat elo yang terlalu Kepo!.” Sahut Zahra langsung.

Nabila melirik keduanya dengan senyum yang terlipat ke dalam. Tertawa dalam hati diam-diam

melihat ekspresi muka kedua sahabatnya yang alih-alih marah, malah justru terlihat sangat menggemaskan.

"Ih.... Sebenernya masih sebel. Tapi ya udah deh, gue maafin. " Ucap Zahra akhirnya.

Vika dan Zahra. Dua orang sahabat yang ikut andil mewarnai hari-harinya. Meski membuatnya pusing tujuh keliling dengan segala perdebatan mereka berdua yang tak penting. Namun selalu jadi orang terpenting dalam Hidup Nabila. Yah, begitulah berarti nya mereka berdua.

" Ekhm... Btw tumben banget belum pulang Vik? Bukanya supir lo selalu tepat waktu jemput nya? " Tanya Nabila basabasi untuk mengalihkan topik pembicaraan.

" Iya, tumben banget, biasanya anak Mami udah bobok siang jam

segini? " Timpal Zahra meledek.

Vika mendengus kesal mendengar ledekan Zahra. " Tuh kan? Si Cicak mulai lagi tuh Bil! " Rengek gadis itu meminta pembelaan.

Nabila menggeleng heran dengan kelakuan keduanya, baru saja didamaikan, kini sudah mulai lagi. " Ra.. Stop! Please. jangan godain Vika lagi." Mohon nya pada Zahra agar berhenti menggoda gadis manja itu.

Vika tersenyum pongah, merasa menang. " Yes.... akhirnya ada yang belain juga. Makan tuh bakso sendiri, Nabila sekarang temen gue ya. "

" Issh..... dasar bocah! Pulang sana. "

Astagfirullah...sepertinya cukup perdebatan untuk kali ini, karena alih-alih menyahuti ucapan Zahra, kini Vika justru malah mengeluarkan sebuah kertas yang dilipat kecil ke atas meja dan menyodorkan nya tepat dihadapan Nabila.

" Nih, buat lo Bil. Siapa tahu minat. "

Nabila mengernyit bingung. "Apa nih? " Tanya Nabila penasaran.

Zahra ikut melirik kertas tersebut dengan memicingkan salah satu matanya." Surat cinta lagi? " Tebak nya yakin, karena memang hampir setiap hari Si Nabila mendapatkan itu dari para penggemar nya di sekolah ini.

Vika menggeleng cepat. " Bukan, ya! Enak saja. Udah baca aja sendiri Bil."

Nabila mengambil kertas tersebut lalu membuka dan membacanya dengan teliti. Seketika matanya terbelalak tak percaya. Dia sama sekali tak menyangka jika kertas yang dibacanya saat ini ternyata adalah selembaran brosur yang berisi tentang persyaratan pendaftaran Pondok Pesantren Nurul Quran impian nya, yang merupakan salah satu Pesantren Modern yang terletak di pinggiran kota Jawa Timur.

" Lo dapat dari mana Vik, ini brosur! Alhamdulilah banget, akhirnya nemu juga. Gak nyangka gue bisa dapet ini dari lo. " Tanyanya pada Vika dengan nada antusias.

Vika tersenyum jumawa" Ya iyalah siapa gitu loh! Gak sia-sia usaha gue ngintilin nyokap ke pengajian

kemaren sore." Jawab Vika sambil minum es teh manis milik Zahra dengan santai.

Zahra berdecak lirih melihat kelakuan Vika sahabatnya yang main serobot saja. Tapi ya memang begitulah si Vika. " Tumben ikut pengajian? Biasanya aja selalu jadi tim rebahan. Habis dapet Ilham dari mana! Sampai hati lo bisa tergerak gitu" Sindir Zahra yang sukses membuat wanita slebor itu terpancing emosi kembali.

" Bisa gak sih sehari aja lo gak menghujat? Adem tentram pasti hidup Sultan gue Ra. "

" Bodoh amat! Kalo mau ngadem, siram aja itu kepala pakai air keran, dijamin gak hanya bikin lo adem tentram tapi juga demam! " Jawab Zahra sewot tak mau kalah, lalu merebut kembali gelas es teh manis miliknya dari genggaman tangan Vika.

Keduanya kembali terpancing emosi saling mengejek satu sama lain yang kali ini hanya dibiarkan saja oleh Nabila. Serah kalian aja lah….! yang penting gue lagi bahagia.

Senyum manisnya kini terpampang nyata di wajah ayu Nabila. Dia merasa lega sekaligus bahagia

karena sebentar lagi ia akan bisa mewujudkan salah satu keinginannya.

Mengabaikan dua orang makhluk yang sedari tadi masih saja sibuk adu argument tiada henti, tak ada satupun yang mau mengalah.

Ck!! sungguh pertemanan yang sangat banyak menarik urat nadi dan melelahkan. Tapi ya.. mau

bagaimana lagi? justru ini lah keseruan dari apa arti persahabatan itu sendiri, yang kalo gak berantem ya gak rame!

Itulah mereka. Saling bilang berisik padahal diri mereka sendiri juga sama berisiknya. Tapi tenang, mereka saling sayang kok. Cuman ya gitu...

" Oh ya Bil, dapat salam tadi dari kak Veri.“ Lalu Kemudian mengerlingkan matanya ke arah Zahra malas-malas an “ Dan buat elo Ra, dapat salam dari Pak Azam. " tutur Vika yang memang seperti pos berjalan untuk keduanya, karena setiap hari ia akan menjadi tempat bertukar salam antara fans Nabila dan juga Zahra selama tiga tahun terakhir ini. Rekor banget emang mereka berdua! Yang jadi idola siapa? yang susah juga siapa? Resiko jadi buruk rupa ya gini, jadi POS aja Udah titik, gak pakai koma.

" He’em. " Dehem Vika dan Nabila berbarengan.

Merasa tak ditanggapi serius oleh keduanya Vika pun mendengus kesal. " Ish..! Heran gue sama kalian berdua. Udah jelas-jelas banyak banget yang suka tapi kenapa masih tetap aja di anggurin, kan sayang! "

Nabila menggeleng tak habis pikir " Ngapain sih Vik, bahas-bahas begituan males tahu gak? "

" Iya ih, gak penting banget ngurusin masalah cinta-cinta an kayak begitu, gue gak punya waktu ya? Buat kegalauan kayak lo. " Sahut Zahra ikut menimpali jawaban Nabila.

" Loh... loh.. kok jadi gue? Asem banget!!"

Keduanya hanya diam, malas menyahuti gerutuan si gadis slebor itu dan lebih memilih mengeksekusi bakso mereka kembali agar segera sampai kedalam perut. Enggan meladeni ucapan Vika yang sudah mulai ngalor ngidul gak jelas kayak biasanya.

Tiba-tiba Vika berteriak sambil menyipitkan matanya menatap mereka berdua "Tunggu dulu!"

Kedua wanita itupun berhenti makan, memicingkan matanya ke arah Vika

lamat-lamat.

" Kalian normal kan? " Tanya Vika ngawur.

Uhuk!! Uhuk!!

Nabila tersedak. Dengan cepat tangan nya mencari-cari letak gelas es teh manis nya di atas meja, sedangkan Zahra dengan sigap menyodorkan minumnya kehadapan Nabila dan

menepuk punggung wanita itu dengan pelan. Kemudian menatap Vika dengan pelototan tajam.

" Lo ngomong apaan sih Vik? gak jelas bgt banget. Bisa diam aja gak lo!" Sarkas Zahra dengan marah.

Wajah Vika mendadak Congo, mengusap kecil hidung nya untuk menyembunyikan senyuman kecil

di sana. Rasain! gue bales lo berdua.

Setelah dirsa lega, Nabila juga melirik kesal kearah Vika, lalu menoyor dahi sahabat nya itu dengan gemas. “ Begini banget…punya sahabat gila!”

" Nabila !! " Peringat Vika gak terima.

"Apa? " Jawab Nabila jengah.

"Lama-lama gue makin Oon jika setiap hari kena toyoran kalian berdua kayak gini ! Heran deh.... hobi banget ngebully! "

Tuh kan mulai lagi? Emang dasar mulut nih Anak. Minta di cabein Kayaknya.

" Lagian siapa suruh pikirannya selalu traveling kemana-kemana, padahal kita masih disini-sini aja. Nih gue tambahin. " Timpal Zahra menambahi toyoran lagi ke dahi Vika dengan gregetan.

Vika langsung berdiri sambil menghentakkan satu kakinya kesal.

" Ish! Kalian tega!, Ini itu udah termasuk KDS ya? " Protesnya dengan wajah memberenggut marah yang diiringi nada manja dan sembarangan.

"KDS? " Ulang Nabila memastikan.

" Iya, Kekerasan Dalam Sekolah! " Jawab Vika ngawur.

Nabila dan juga Zahra mendengus kasar. Menggelengkan kepala karena merasa jengah dengan

kelakuan satu sahabatnya yang kelewat sok tahu dan selalu Asbun.

“Terserah lo aja deh Vik! kita berdua menyerah dan pasrah. Udah gak kuat lagi. SUMPAH!”

Terpopuler

Comments

🧭 Wong Deso

🧭 Wong Deso

apa novel ini terinspirasi dari Lesti? atau emang kehaluan semata? atau pengalaman pribadi? ataukah pengalaman orang² di sekitar Authornya?

salam kenal dan sukses 😊👍🏼

2021-07-16

0

Sofhia Aina

Sofhia Aina

Sye hadir moga ceritanya cantik 🤭🤭🤭

2020-11-24

1

Suharnik

Suharnik

👍👍👍👍👍👍👍

2020-08-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!