Terpesona

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR….

Terdengar suara Adzan menggema di seluruh area Pondok Pesantren dan sekitarnya. Menggiring para santri dan santriwati untuk menjalankan sholat Magrib berjamaah di Masjid seperti hari-hari sebelum nya, yang biasanya di Imammi langsung oleh Kyai Abdullah. Selaku pendiri dari Pondok Pesantren Nurul Qur'an, tempat dimana seorang Nabila menimba ilmu sekarang ini.

"Bil buruan bangun, kebiasaan deh kalau udah baca buku sampai lupa waktu! " Teriak Zahra dari arah pintu.

" Lima menit lagi Ra, nanggung banget nih " Sahut Nabila masih dengan posisi nyaman nya yang tengkurap di atas kasur lantai tipis.

Zahra berjalan mendekati kasur dan menggoyang-goyangkan tubuh Nabila sedikit keras "Buruan Bil ayo! nanti terlambat sholat berjamaah nya! Gue tinggalin ya? Biar Mbak Anisa aja nanti yang menyeret lo! Gue gak mau ngebelain loh ya kalau dia nya ngomel lagi gara- gara terlambat lagi. "

Mendengar nama Mbak Anisa di sebut, seketika Nabila terkesiap, bergegas bangun dari rebahan nya dan langsung melangkah dengan terbirit-birit ingin segera menuju ke kamar mandi.

Dia tak mau mendapatkan hukuman lagi dari salah satu pengurus ke kedisiplinan itu, yang terkenal Killer dan selalu tak tangung-tanggung jika sudah memberikan hukuman. 𝑺𝒖𝒎𝒑𝒂𝒉! 𝑵𝒂𝒃𝒊𝒍𝒂 𝒌𝒂𝒑𝒐𝒌!! 𝑮𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒖 𝒍𝒂𝒈𝒊. 𝑻𝒊𝒕𝒊𝒌.

Zahra terkikik geli melihat betapa gelagapan nya gadis itu sekarang ini, sampai-sampai arah kamar mandi saja ia lupa.

" Eh... eh... mau kemana lo? Kamar mandinya itu di sana." Teriak nya seraya menarik ujung baju Nabila dari belakang sambil menunjuk ke arah lorong jalan, yang harusnya di lewati nya untuk menuju ke kamar mandi Aula khusus Putri, bukan malah kebalikan nya.

Nabila menoleh kebelakang, nyengir gak jelas dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. " He.. he... lupa gue."

" Ck, dasar! Ya udah bareng gue sekalian. "

Nabila mendelikkan matanya marah " Jadi lo juga belum ambil air wudhu? Kirain udah, di lihat dari cara lo nyuruh gue tadi? Dasar! Terus ngapain lo ngeburu-buruin gue dodol! "

Kini giliran Zahra yang nyengir tanpa dosa di hadapan Nabila, yang sedetik kemudian beralih merangkul pundak sahabatnya itu lalu membawanya keluar dari kamar." Udah, lo diem aja deh gak usah kebanyakan ngomel. Yuk! "

Mereka berdua sedang berjalan beriringan menuju kamar mandi dengan sesekali bercanda dan saling menggoda satu sama lain. Melupakan sedikit cekcok yang tadi sempat terjadi, kemudian beralih membahas sesuatu yang tak penting sambil bersenda gurau dengan para santriwati lainnya.

Namun di tengah keasyikan gurauan mereka, tiba-tiba saja Nabila

memberhentikan langkahnya di tengah jalan. Membuat Zahra yang memang posisinya berada di belakang Nabila tak sengaja menubruk tubuh langsing itu sedikit keras.

” Isshh…..kenapa sih lo berhenti di tengah jalan? Gue kan jadi nab... ”

" Syuutt.....Diem dulu deh Ra. " Sergah Nabila Dengan langsung menaruh jari telunjuknya ke arah bibir Zahra.

Nabila menajamkan pendengaran nya, ingin lebih fokus lagi mendengarkan lantunan suara Adzan yang menurutnya sangat berbeda sekali dari yang biasanya ia dengar sebelum-sebelumnya.

Zahra pun langsung terdiam saat tangan bau ikan asin itu mendarat cantik di bibir seksinya, lalu mengernyitkan dahi. Bingung penuh tanya. Dia ingin sekali bertanya, namun sayangnya saat ia ingin membuka mulut, suaranya kembali di instruksi lagi oleh Nabila.

” Eh Ra, Lo dengerin deh? Ngerasa gak sih kalau lantunan Adzan kali ini berbeda dari sebelumnya." Tanya Nabila penasaran.

Sebenarnya Zahra kesal dengan kelakuan Nabila yang seenak jidat membungkam mulutnya tanpa izin, tapi entahlah...dia justru malah mengikuti saran Nabila dan memasang kupingnya lebar-lebar untuk ikut mendengarkan.

"He'emb. Lebih merdu sedikit sih dari yang sebelum-sebelumnya." Jawab Zahra mengiyakan ucapan Nabila.

Nabila mengangguk tersenyum. " Kok jantung gue berdebar gini ya Ra, kayak habis lari maraton tau gak? "Ucapnya lirih sambil memegangi dadanya.

" ya iyalah harus berdebar, kalo enggak lo udah metong. "

Nabila hanya melirik jengkel dengan mencubit kecil tangan Zahra. " Hus.. lo diem dulu deh jangan bercanda. "

Keduanya kini fokus mendengarkan suara Adzan tersebut dan sempat terbuai. Hingga Zahra lebih dulu tersadar dari keterpakuan nya, yang kemudian langsung menarik lengan Nabila dengan kasar ke arah kamar mandi " Udah, udah. Mau sampai kapan kita terus berdiri di sini dan mendengarkan nya? Keburu Khomad nanti Bil. "

Nabila sempat tersentak kaget, menggercapkan matanya pelan. Lalu pasrah saja dengan tarikan Zahra yang membawanya entah kemana. 𝑾𝒐𝒊! 𝒕𝒐𝒍𝒐𝒏𝒈, 𝒋𝒂𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒈𝒖𝒆 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝑾𝒐𝒊?!!

" Udah, cepetan ambil air wudhu sana." Dorong Zahra ke arah keran, setelah sampai di kamar mandi Aula.

Nabila tersenyum Cengo melihat ke arah Zahra. ” Boleh gak sih? kalau lantunan suara Adzan nya di putar berulang-ulang? ” Celetuknya dengan senyum-senyum sendiri masih mengagumi.

Zahra hanya menggeleng jengah mendengar ucapan sahabatnya yang mulai ngawur itu. " Udah deh gak usah Ngaco Bil. Emangnya lu kira kaset apa? Yang bisa di puter berulang- ulang. Ck...yang bener aja!" Decak nya kesal " Udah berhenti ngehalu..Buruan ambil wudhu sana! " Tutur Zahra sambil menjiplak pelan kepala Nabila gemas.

Nabila meringis " Aouw.... Sakit tau Ra!" teriaknya sambil mengusap-usap kepala " Gak perlu pakai kekerasan juga gue bakalan wudhu kok. " Gerutu Nabila kesal, kemudian berwudhu.

Setelah selesai, keduanya kembali keruangan dengan berjalan bersisian. Nabila melirik ke arah Zahra dengan tersenyum sungging siap membalas kejahilan sahabatnya tadi padanya.

" Ra? "

Zahra menoleh. "Apa?"

" Sini deh, deketan."

" Gak! "

" Ih....kenapa sih? Ayo dong cepetan sini." Rengek Nabila mulai sedikit kesal.

" Enggak mau gue! Udah kebaca dari akal bulus lo !! "

Zahra kini malah berlari meninggalkan Nabila di belakang sambil menjulurkan lidahnya mengejek. Membuat Nabila geram dan gemas sendiri, ingin segera mengejar sahabatnya itu.

Namun baru saja berlari beberapa langkah, bunyi gedebruk dari arah belakang, membuat semua santriwati yang ada di sana jadi memusatkan perhatian mereke ke arah sumber suara. Tak terkecuali Zahra yang juga langsung memelototkan matanya terkejut.

"Innalilahi,hati-hati dek kalau jalan." Ucap seorang wanita cantik yang sinar matanya terlihat bening. Mirip sekali jelmaan bidadari yang kecantikan nya bikin iri wanita seantero Negeri.

Perempuan itu mengulurkan tangan ke arah Nabila, berniat membantunya berdiri." Ayo bangun."

Sebenarnya Nabila tersenyum malu saat meraihnya, apa mau bagaimana sudah terlanjur jatuh juga.

" Terimakasih Mbak. "

" Iya sama-sama. Lain kali lebih hati-hati lagi ya dek, karena memang keramik disini sedikit licin dan berlumut."

Nabila mengangguk mengerti, meski dalam ingin berteriak tak mau jatuh lagi...bikin malu. " Iya Mbak, sekali lagi terimakasih " Jawab Nabila dengan canggung, kemudian menunduk malu karena merasa sudah jadi bahan tontonan para santriwati yang berada di area sekitar.

Zahra langsung berlari menghampiri sahabatnya lalu mendekat pada Nabila. " Lo gak apa-apa Bil? " Tanya Zahra khawatir " Bokong gimana? Aman kan?"

Nabila langsung melirik tajam ke arah Zahra " 𝑰𝒏𝒊 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒈𝒂𝒓𝒂-𝒈𝒂𝒓𝒂 𝒍𝒐 𝒅𝒐𝒅𝒐𝒍! " Batin Nabila marah. namun harus jaga image di depan semuanya dengan menampilkan senyum lebar yang di paksakan " He..he..he...Iya gak apa-apa kok Ra."

" Alhamdulilah. " Ujar mereka secara bersamaan.

" Mbak Aulia, sudah di tunggu sama Mbak Hasna di depan " Sahut salah satu santriwati yang sedang berjalan berlawanan arah dengan mereka.

Nabila dan juga Zahra langsung menoleh. Sedangkan wanita itu tersenyum lembut pada santriwati tersebut " Iya. Ini juga mau langsung ke sana kok " Jawabnya tenang.

" Ya udah Mbak duluan ya Bil, Ra? "

Keduanya mengangguk bersama. " Iya Mbak silahkan. Kita juga langsung mau ke masjid kok setelah ambil mukena di kamar. "Jawab Nabila sedikit canggung " Ayo Ra! "

Nabila sudah ingin menarik tangan Zahra agar segera menjauh dari sana, namun gerakan nya terhenti karena sergahan Mbak Aulia yang tiba-tiba menginterupsi.

" Tunggu ! "

Nabila menoleh " Iya Mbak! kenapa lagi? "

" Eemmmm..Anu, cuman mau memberi tahu saja pada dek Nabila. Kalau lantunan suara Adzan yang membuat kalian sejak tadi terpesona itu milik nya Ustadz Adam. Salah satu Ustadz dan sekaligus anak dari Kyai Abdullah, pendiri Pesantren ini. " Jawab Mbak Aulia malu-malu.

Mengundang kernyitan penasaran di dahi kedua gadis muda tersebut.

" Suaranya memang sebagus itu, apa lagi Gus Bhintar! Jadi tak heran saat pertama kali mendengar kalian akan langsung mengaguminya." Jelas Mbak Aulia, dengan menggelengkan kepala dan tersenyum penuh arti pada Nabila.

Gus Bhintar? siapakah beliau. Kenapa Nabila baru mendengar nama itu setelah seminggu di sini? Apakah dia juga Ustadz yang mengajar di sini. Nabila penasaran, namun tak berani mengutarakan karena posisi nya Nabila di sini adalah junior dan Mbak Aulia adalah seniornya. jadi harus jaga sopan santun pada yang lebih tua dan lebih banyak ilmu.

" Oh....Iya mbak. " Jawab Nabila masih bingung. Kemudian ia melempar pandang ke arah Zahra, bertanya-tanya lewat gerakan isyarat mata. Ini cewek kenapa?. Begitulah kira-kira jika tatapan itu bisa berbicara.

Sebenarnya tak perlu di jelaskan juga sedetail itu, karena Nabila maupun Zahra juga tak mau ambil pusing apalagi Nabila? Karena jujur, tadi Nabila hanya merasa penasaran saja dengan suara tersebut yang di rasa nya baru di pendengaran nya. Eh.... gak tahunya malah di perjelas dengan wanita bernama Aulia tersebut. Mana ada nama Gus Bhintar lagi. siapa pula lah laki laki itu.

Nimas Nur Aulia, atau lebih sering di panggil Mbak Aulia oleh para penghuni Pondok putri. Salah satu santriwati senior yang menjabat sebagai seksi kebersihan. Merupakan salah satu seorang Hafidzah di Pesantren ini, yang berparas ayu dan lemah lembut tutur katanya. Dan konon, dia adalah tunangan dari Ustadz Bhintar, anak pertama dari Kyai Abdullah, yaitu kakak dari Ustadz Adam.

" Sumpah malu-maluin lo Bil."

Ucap Zahra sambil memandang punggung Aulia yang kini sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan mereka.

Nabila menutup wajahnya dengan kedua tangan. Berpura-pura menangis sambil terus berjalan. " Ceburin gue ke laut Ra, Ceburin! Malu banget gilak!!"

" Kalo udah begini aja baru punya malu lo! Dari tadi kemana aja Markonah? "

Nabila tergelak " Auk ah! Dasar temen gak perhatian." Marah nya seraya mempercepat langkah nya menuju kamar, meninggalkan Zahra yang jauh di belakang.

Zahra tertawa renyah hampir terpingkal saat melihat kelakuan Nabila saat ini." Heh, Markonah! Tungguin gue. " Teriak Zahra serat akan ejekan di dalam nya.

" Idih ngapain lo ngikutin gue? Pergi sana! Hus....hus....!!" Dia berlari semakin kencang, namun tak khayal menerbitkan derai tawa di bibir mereka berdua.

Kurang lima menit sholat berjamaah akan segera di mulai, namun Entah kenapa pikiran Nabila tentang perkataan Mbak Aulia tadi masih saja terus mendominasi. Sepanjang jalan menuju ke Masjid, Dia semakin di buat penasaran dengan dua nama itu.

"Btw Mbak Aulia cantik banget ya Ra? " Celetuk Nabila yang kini sedang berjalan menuju ke arah masjid bersama Zahra.

" Iya, mana kalem lagi. Pantaslah jadi menantunya Pak Kiyai "

Nabila menoleh. " Memangnya mereka mau menikah kapan sih Ra?" Tanya Nabila sedikit demi sedikit mengorek informasi untuk memuaskan rasa penasaran nya.

" Kok lo jadi Kepo sih Bil? Ya mana gue tahu?!" Zahra menggidikan bahunya benar-benar tak tahu " Tapi.. gue pernah denger sedikit selentingan sih katanya setelah Gus Adam dan Gus Bhintar selesai menimba ilmu dari Kairo mereka akan langsung menikah." Jawab Zahra menurut cerita yang pernah ia dengar sebelum nya.

Nabila memicingkan matanya curiga. " Kok lo bisa tahu sedetail itu sih Ra? Jangan bilang kalau ini adalah sebuah trik buat mata-matain hubungan mereka loh ya? Lo gak lagi ngecalonin diri buat jadi pelakor kan Ra? " Tuduh Nabila yang jelas-jelas ngawur.

Zahra langsung menoyor kepala Nabila dari samping." Bisa gaksih otak lo di jernihin dikit kalo ngomong? Jangan asal ngejiplak aja. Lama - lama kok lo mirip si Vika sih Bil, nyebelin banget. Gak benget deh! Iiiiuuuh......"

Bukanya marah Nabil justru malah tertawa terpingkal- pingkal melihat ekspresi muka Zahra saat ini. "Ha..ha..ha...Gue bercanda kali Ra " Jawabnya jahil " Gitu aja langsung lo anggap serius! "

Zahra menatap sahabatnya itu dengan tatapan marah." Jadi sekarang lo ngerjain gue?"

" Satu sama " Bisik Nabila di telinga Zahra yang kemudian berlari.

" Heh, Markonah! Awas aja ya loh ya? GUE SUMPAHIN DI MASA YANG AKAN DATANG, ELO YANG JADI PELAKORNYA. BUKAN GUE! "

Terpopuler

Comments

Sofhia Aina

Sofhia Aina

Tak ade salah nya tuk jatuh cinta ❤❤❤❤

2020-11-29

0

Rika Amelia

Rika Amelia

Next terus kak

2020-08-23

1

Pieee

Pieee

masih donk.... harus..!!!

2020-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!