1. BAG[,SELESAI?]

...BAG 1->[,SELESAI?]...

..._IKAN ASIN, OLEH OLEH DARI SUMSEL....

...GUE YANG MUTUSIN, GUE YANG NYESEL_...

Siang yang cukup panas, terasa semakin panas kala kelopak matanya menangkap dua sosok manusia berbeda jenis yang duduk bersama tengah bercanda ria, sambil berpegangan tangan mesra ditambah tatapan mereka yang penuh cinta, didalam cafe berdinding kaca yang berada tepat didepannya yang kini sedang berjuang kepanasan menunggu angkot, yang sebenarnya dan seharusnya sih dia tak perlu capek capek, kepanasan menunggu kendaraan umum, jika saja cowok yang mengaku sebagai pacarnya itu, tidak ada urusan mendadak yang katanya tidak bisa ditinggal.

 Dari kejauhan angkutan yang telah lama ditungguinya muncul diantara banyaknya kendaraan yang berlalu lalang disana, tangannya diayunkan kedepan untuk menghentikan kendaraan umum itu, sebelum benar benar naik, kepalanya ditolehkan lagi kebelakang, memastikan penglihatannya yang mungkin saja salah. Ah, ternyata benar.

Sambil tersenyum pahit, dia mulai melangkah menaiki kendaraan yang akan mengantarkannya kerumah. Tubuh tingginya yang berada diantara cepitan orang, bergerak mencari tempat nyaman, bersamaan dengan tangannya yang tengah mengetikkan beberapa kata di ponselnya untuk dikirimkan ke seseorang diseberang sana.

Gue mau putus

Pesan itu berhasil ia kirimkan dikontak bernama BUBU😘 yang ada di ponselnya, dan terlihat ada centang satu disana.

Dia menghela nafas panjang dan berat, matanya berkaca kaca melihat ke layar ponselnya dengan rasa tak rela dia mengganti nama kontak itu, menjadi nama panggilan biasa. Tak ada pemblokiran. Meskipun dia tau pacar yang sekarang jadi mantannya itu selingkuh, tapi dia masih ingin berhubungan baik dengan sang mantan. Dan putus dengan cara yang baik baik juga.

"Kiri pak!! " serunya, setelah menyadari tujuannya sudah berada didepan sana, cewek yang menjulang tinggi itu turun dengan sedikit kesusahan akibat tinggi badannya, mengeluarkan uang dan memberikannya kepada supir, sebelum melaju meninggalkannya.

"Mbak Ocha baru pulang? Masnya yang biasa nganter kemana mbak, kok saya lihat tadi naik angkot? " Pak Doni yang bertugas menjaga kompleks bertanya, disela sela kegiatannya yang tengah membukakan Ocha pintu gerbang. Sebenarnya gerbang kompleksnya itu otomatis, tinggal tekan tombol yang ada diposko depannya, tempat Pak Doni berjaga, tapi berhubung yang masuk cuma Ocha, itupun jalan kaki, jadi Pak Doni inisiatif membukakan gerbang itu sendiri.

"Iya pak. " jawabnya singkat, tak berniat melanjutkan pembicaraan, Ocha bergegas pamit. "Terima kasih Pak Doni, saya permisi dulu ya. "

"Eh, iya iya, mbak. "

Untung rumahnya berada tepat disamping gerbang kompleks, jadi tak mengharuskannya berjalan lebih jauh, dan merasakan kembali panasnya matahari cukup lama ditambah rasa pegal yang sedari tadi menyelimuti tubuhnya.

Sampai dirumah dia segera menghempaskan tubuh lelahnya disofa ruang tamu sambil berteriak salam kepada seisi rumah, memberitahukan kepulangannya.

"Wa'alaikumsalam, Ya Allah, punya anak gini amat, malesnya minta dimasukin lagi! " Ummi menggelengkan kepala tak percaya, melihat kelakuan putrinya yang satu itu kini tengah tidur pulas disofa ruang tamunya. Padahal kalo dia tak salah kira, baru beberapa saat yang lalu putrinya itu meneriakan salam yang cukup membuat seisi rumah dengar, kini sudah tidur saja, di ruang tamu pula.

Wanita paruh baya itu mendekat kearah putri tersayangnya terlelap, tangannya mengusap pelan rambut darah dagingnya yang tidur tengkurap, menyingkirkannya, hingga separuh wajah itu terlihat dan tampak pulas, bahkan terdengar adanya dengkuran.

"Cha, Ocha, bangun dek. Tidur dikamar gih, jangan kebiasaan tidur diruang tamu. "

Meskipun sudah digoyang goyangkan tubuh tengkurapnya, manusia didepan Ummi tetap diam tak bergeming apalagi mendengarkan. Pintu rumah kembali terbuka setelah Ocha, membuatnya menoleh ke sumber suara decitan pintu yang menampilkan sosok putra sulungnya.

"Ada apa Mi? " wanita paruh baya itu menunjuk 'Putri Tidur'nya dengan dagu.

"Oh, Si Tèlor, ngebo disofa? Gak kaget sih, " gunggamnya pelan, menatap kepulasan adeknya dengan gelengan kepala. "Tenang Mi, Babang Tamvan Keen udah punya rumusnya. " lanjut Keenan, mengisyaratkan Ummi mundur sebentar. Jiwa jiwa jail Ken mulai kambuh.

"MASUK ZA! " teriak Keenan tepat diatas telinga kiri Ocha yang tengah menyampingkan kepala kekiri dengan tubuh yang masih tengkurap.

Ocha bangun dengan kelabakan. Jiwanya yang masih belum berkumbul membuatnya, nge-blank.

"Eh, Bubu, sini Bu duduk! " refleks Ocha berdiri mempersilahkan pacarnya, eh mantannya dengan tangan kiri yang mengusap pinggiran bibir dan tangan kanannya yang aktif mengusap mata. Sepertinya Ocha masih belum sadar akan statusnya dengan Reza yang kini sudah berubah, terbukti panggilannya masih sama saat pacaran.

Melihat tingkah Ocha yang setengah sadar atau lebih tepatnya terpaksa sadar membuat tawanya tersembur keluar. Sedangkan Ummi yang berada dibelakang Ken, diseberang sofa, kembali menggelengkan kepalanya, entah kenapa hari ini dia selalu menggelengkan kepalanya. Mungkin tingkah kedua buah hatinya yang tak bisa akur itu yang bisa saja selalu membuatnya geleng-geleng kepala.

"Loh, Mi, Bubu-nya Ocha mana? " tanya cewek yang menjulang tinggi didepannya dengan bingung, setelah semua kesadarannya berkumpul. Ummi hanya bisa menggelengkan kepalanya sekali lagi, tak tau.

Perhatian Ocha bergeser kesamping Ummi-nya, tempat Ken berdiri dan tertawa. Menyadari bahwa dia telah menjadi korban ke usilan Abangnya, Ocha misuh misuh gak karuan. "Bang Kee cebol!! " teriak Ocha sebal sengaja tak memberi tambahan 'n' dalam panggilannya kepada sang Abang, segera, Ocha melenggang pergi ke kamarnya untuk melanjutkan tidur cantiknya. Tak mengindahkan suara tawa Ken yang terdengar penuh kepuasan.

Keenan yang mendengar kata 'cebol' ditunjukkan padanya, membuat cowok itu mberengut kesal dan menoleh kearah Ummi. "Tuh kan. Ummi sih, kenapa juga, ngelahirin si Ocha lebih tinggi dari Ken. " adunya kepada wanita berusia empat puluhan yang kini ada didepannya itu.

"Syukuri aja bang. " balas wanita itu sambil menepuk bahu putranya ikut prihatin, kemudian melenggang pergi juga.

Meninggalkan raut wajah Ken yang tak karuan, meratapi nasibnya yang tumbuh lebih pendek daripada adik perempuannya.

...><<•_•>><...

Baru juga Ocha membuka mata, suara gedoran pintu dikamarnya terdengar. Ditambah dengan suara seperti orang kesetanan disana. "Ocha, bangun! Pi Sapi! Bangun Bo Kebo!! Udah mau isya' nih, belom ashar-an kan! Gue aduin Ummi lo!"

Kepala Ocha rasanya semakin pening, mendengar ocehan abangnya yang tak mau berhenti. Cewek itu melirik jam menggantung didinding depannya, benar saja abangnya ngoceh terus, orang jamnya sudah menunjukan pukul lima, dan dia belum juga melaksanakan kewajibannya.

"Gue mau ngomong serius sama lo, Kebo!! Buruan bangun!! Nih si Reza neror gue muluk dari tadi. " lanjut Ken, Ocha yang sudah setengah perjalanan menuju kamar mandi, terpaksa puter balik menghampiri abangnya.

"Lo put—" kalimat yang mau diucapkannya ia urungkan, begitu mendengar suara pintu dibuka.

Ken menatap tajam adiknya yang berdiri didepannya tampak awut-awutan. "Lo putusin Reza? " tanyanya pada akhirnya.

Ocha tetap diam didepannya, tak berniat buka suara. Hening beberapa saat sebelum cewek tinggi itu menepuk dahinya dan buru buru pergi ke kamar mandi.

Merasa tak perlu ijin dari sang empu pemilik kamar, cowok yang memiliki tinggi seperti rata rata kebanyakan remaja dinegaranya, langsung masuk begitu saja, menunggu adiknya sambil membaringkan diri dikasur. Menunggui cewek tinggi yang baru saja keluar dari kamar mandi melaksanakan kewajibannya.

Keenan memandangi adik semata wayangnya lama, menatap penuh perhatian dan sayang, tapi ada secuil rasa khawatir yang membuatnya sedikit tak tenang. Semakin lama memandang sang adik, membuatnya semakin khawatir, dia mengalihkan pandangannya ke samping tepat diarah nakas.

Cowok berparas sedikit kurang tampan itu mengernyit heran, kenapa ada buket bunga Mawar layu disana, padahal seingatnya Reza, temannya, lebih tepatnya yang sekarang menjadi mantan adiknya itu, memiliki alergi terhadap bunga.

Entahlah, mungkin saja elerginya sudah sembuh? Atau adik besarnya itu membeli bunga itu sendiri?

Plak!!

Lamunannya terhenti tepat saat orang yang menjadi pemeran utama lamunannya, memukul keras sekali punggungnya.

"Nglamunin apa lo, Bang Kee!! "

Keenan berdecak kesal, "Nglamunin lo, kenapa bisa tumbuh sebagong itu. " balasnya acuh.

"Oh. Gue anggap itu pujian dari cowok kuntet kayak lo. " cuek cewek yang tengah ikut berbaring disamping abangnya.

"Untung bunuh orang haram ya Gong, kalo gak palingan lo udah ada di list pertama. "

Ocha memejamkan mata yang terasa masih berat, tanpa berniat membalas. Disampingnya cowok yang berstatus kakak lelaki satu satunya, terus mengerutuki nasibnya yang tertukar dengan sang adik.

"Lo inget kan, kalo gue sayang sama elo? " Ocha menoleh menatap tak mengerti.

"Apapun yang terjadi, gue pasti dukung lo. " lanjut cowok itu.

Ocha tau, kemana arah pembicaraan abangnya. Tapi, permasalahannya gak akan serumit ini, kalo saja, dia— asudahlah dia pun masih bingung.

Cewek bertubuh tinggi itu, mengangkat kakinya menindih tubuh belakang abangnya.

"Najis!!! "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!