...BAG 2- [MANTAN SIALAN]...
..._Salam damai peace, salam pintu ding-dong ....
...Please, move on dong!! _...
Ada dua hal yang membuat Ocha malas bangun pagi ini, pertama, ketemu abangnya yang super duper ngeselin yang masih saja ngerecokin ditambah ledekannya yang sepedes sambel syaiton laknat, tentang hubungan cewek itu dengan Bubu-nya yang sekarang jadi MANTAN!!. Sampai sampai kemarin abangnya kembali lagi kekamarnya sampai tengah malam atau entahlah, Ocha lupa, saking keselnya sama tingkah cowok itu sampai membuatnya lelah dan berakhir tidur begitu saja. Ia juga lupa bahwa dikamarnya sedang ada dua nyawa.
Kedua, rasanya Ocha masih belum mau bertemu sang mantan saja. Perasaannya belum siap. Takut menjilat ludahnya sendiri. Takut masih kebawa rasa— yang pernah ada.
Baru saja dirinya memikirkan kekalutannya, kini sang Ummi ikut ikutan live sound ala penjual perabot keliling— berisik banget—menyuruh seluruh keluarga turun bergegas, sarapan sudah siap. Ditambah serentetan ceramah pagian oleh Ummi Diana tentang ketepatan waktu.
Ocha memutar bola mata malas, mungkin bukan dia saja, Keenan pasti juga melakukan hal yang sama, bahkan Babe mereka pun mungkin saja juga iya, memutar bola mata mereka malas. Bagaimana tidak, hampir setiap hari, salah, setiap hari pasti ada serangkaian tausiyah yang diucapkan oleh sang Ummi tercinta. Untung mereka sayang dan sadar kalo ini memang untuk kebaikan mereka, jadi, meskipun keselnya setengah hidup, mereka tetap diam mendengarkan, kalem plus menurut saja kalo didepan, jangan tanya yang didalam udah pasti setiap pagi penuh olahraga nyinyiran berkualitas ekstra.
"Pagi-pagi setelah subuhan itu langsung mandi, siap siap sekolah, kerja, nggak balik kelonin guling dibalik selimut! Kalo gak mau langsung mandi, ya dipake kegiatan apa gitu, misalnya baca Qur'an, jogging, bantuin Ummi masak, cuci piring, cuci baju, nyapu, ngepel, nyabut rumput, siram bunga, ngelap kaca—"
"Iya iya, besok Keen bantu Ummi ngabisin duit Babe. " sela Keenan semangat.
Babe yang mendengar sela-an kurang ajarnya Keen, memukul bahunya sedikit keras, "Gak baik ken, nyela omongannya orang, itu. Apalagi Ummi kamu sendiri." peringat Babe. Cowok itu sendiri langsung mengangguk patuh dan meminta maaf pada Ummi-nya. Setelahnya, kembali menikmati sepiring nasi pecel yang sempat tertunda.
"Mi, " panggil Ocha manja, menarik tangan Ummi-nya sebelum wanita itu kembali ke dapur mengambil susu kemasan untuk sarapan mereka, Ummi menjawab tanpa suara, "Bolos sekul boleh nggak? " bisiknya.
"APA! " Ummi melotot garang kearah Ocha, sampai tidak sadar putra sulungnya tersedak bumbu kacang yang lumayan pedas gara gara teriakannya. "Enak aja! Ummi sama Babe udah bayarin mahal mahal buat bisa sekolah, malah minta bolos, kagak ada! Ummi sama Babe sekolahin kamu bukan buat bolos bolosan, udah untung disekolahin, mau jadi apa kamu kalo udah bosen sekolah, sadar Cha, Ocha. Harusnya kamu banyakin hamdalah, syukur, kalo bisa sekalian noh sujud syukur, kalo ada sholat syukur, kalo ada lagi sekalian gih puasa syukur. Biar bisa tuma'ninah kalo syukur. Nanggung. Diluar sana buanyak yang mau sekolah tapi gak punya biaya, lha ini, kamu, mentang mentang ada biaya, ada yang biayain malah seenaknya aja mau males malesan, bolos bolosan. Gak boleh gitu dek, gak baik, paham nggak apa yang Ummi ucapin? " Ummi menghembuskan napas panjang.
Sedangkan Ocha, gadis itu hanya menunduk, menelan ludahnya kasar. Harusnya dia tau, kalo pertanyaan singkatnya berbalas banyak rentetan. Nasi pecel didepannya, rasanya tak seenak tadi. Gadis itu memakan bulat bulat makanan yang baru saja disuapkannya. Tanpa kunyahan.
"OHKHOKKK. " Suara batuk disengaja itu berasal dari Keenan, selain membungkam keheningan yang sempat terjadi meski hanya seperkian detik, lelaki yang sedang duduk didepan adiknya yang tengah menunduk itu juga karena sedari tadi deheman dan batuk batuk naturalnya akibat tersendak bumbu pecel, tidak ada yang memperdulikan. Padahal kan perih diplus panas banget.
"Lain kali, kalo Ummi lagi belanja ke warung depan, bakal Ummi inget inget beli koyo cabe setan buat ngelakban mulutnya kamu bang. Heran Ummi, suka banget sih ganggu suasana, buat Ummi jengkel, marah sama Abang! " wanita paruh baya itu menatap sengit tunggal putranya. Sedangkan yang ditatap malah tampak kalem dengan nasi pecel penuh di mulutnya.
"Iya, iya. " Keenan segera menjawab dengan patuh saat melihat Ummi nya sudah siap sedia kembali dengan segala petuahnya, ciri khas seorang emak-emak. Akan terus berbicara panjang lebar sebelum mendengar jawaban pasti.
"Dah, yuk Cha, kita cus sekarang. " Ocha menoleh, "Ocha gak mau bareng Bang Kee, ntar pulangnya pasti dilantarin. Gak gak, mending Ocha sama si greenty aja. " gadis itu menyeret motor scoopy hijau telur asin-nya yang diberi nama 'greenty' untuk menolak ajakan si abang.
"Hemat bensin, Ocha, "
Ocha kembali menatap sengit abangnya, "Iya, hemat buat abang, nggak buat Ocha."
"Ngaku, biar dapat uang bensin tambahan kan dari Babe?" Tuduh gadis itu.
"CK. Fitnah banget dah, kagak, gue cuma khawatir sama Lo, baru putus, ntar gak fokus nyetir lagi." Ejek Keenan.
Ocha memutar bola matanya malas, "Ogah banget Lo khawatir in."
"Au ah, males gue, byee!!" Lanjut Ocha berlalu meninggalkan sang Abang dengan si_ greenty.
...>>>_<<<...
"Cha, tunggu Cha."
Teriak Reza diparkiran, sengaja dia datang awal biar bisa ketemu Ocha. Dari kemarin, paska kalimat putus tanpa kejelasan itu, pacarnya tak bisa dihubungi.
Sambil lari Reza akhirnya bisa mencapai gadis itu, tangannya refleks menarik lengan Ocha.
"CK, apa sih kak?" Balas Ocha tak suka, sambil menghempaskan tangan.
"Aku butuh penjelasan Cha, kenapa tiba-tiba minta putus." Dengan sabar Reza meminta penjelasan.
"Gak semua hal butuh penjelasan. Udah ah, gue capek. Mau kekelas."
Baru mau menjawab, Reza dibuat menghela nafas kasar karena kepergian Ocha. "Gilaaa, apa salah gue, masih sesayang itu sama dia." Keluhnya kasar.
Plak
"Nape lu?"
"Adik Lo nohh, salah apa gue sampe kena putus." Balas Reza.
Keenan dengan watadosnya menjawab, "Lu tanya, Salah lu? Buanyakk!!" Disertai tawa puasnya.
Reza menghela, "Gue serius Ken, gue gak tau salah apa."
"Udahlah Re, santai aja, mungkin tu bocah lagi bosen sama lu. Nanti juga balik sendiri." Ucap Keenan menyemangati.
"Yang bener Ken?"
"Entahlah, gue awalnya pengen kasih bogem buat Lo, buat pelajaran, kalo sampe nyakitin adek gue. Tapi setelah gue pikirin, gue gak berhak ikut campur sama urusan kalian, kalian sama sama udah gede, gak perlu campur tangan gue." Keenan ikut menghela.
"Thanks Ken, gak salah gue pilih kakak ipar." Balas Reza merangkul pundak Keenan.
"Risih anjhay."
Keenan berontak melepaskan rangkulannya, menatap serius Reza."Tapi gue mohon jangan sakiti adek gue Za, apapun itu, kalo sampe terbukti gue gak bakal terima."
Reza mengangguk pasti, menyanggupi permintaan kakak iparnya. Memang sesayang itu dia sama si Ocha .
Masa gegara kemarin dia gak bisa jemput langsung putus, padahal dia sudah minta maaf. Lagi, dia meyakinkan Ocha untuk keputusan nya. Apalagi kala itu Ocha jawab dengan sangat menyakinkan bahwa tak apa.
"Gimana adek Lo?"
"Langsung pulang, gak suka Jakarta. Kayak gurun Sahara katanya."
"Mentang mentang pelosok banyak hutannya."
"Ngiwir Iki Li ngiming, Kudus itu udah kota ege, "
"Sama lah, ada hutan sama gunungnya kan?"
"Serah Lo."
Reza berlalu meninggalkan bosan berdebat dengan kakak ipar , takut kualat kalo bantah terus, apalagi ngeladeni manusia bentukannya.
"Tunggu ege!" Keenan berlari mengejar kepergian sohibnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments