Clarisse mengerjapkan matanya menatap Anne dengan bingung. Apakah ini surga? Karena dia melihat Anne berdiri sehat di hadapannya.
"Yang mulia?" Anne melambaikan tangannya di depan wajah Clarisse, melihat tuannya yang sedang linglung menatap dirinya. Entah apa yang terjadi, dia merasa ada yang salah dengan tuannya hari ini.
Beberapa detik Clarisse mengamati, akhirnya ia tersadar bahwa orang di depannya adalah nyata. Ia menggenggam tangan Anne dengan erat sambil berkata dengan antusias, "Anne, ini benar-benar kamu kan? Aku tidak menyangka kita bisa masuk ke surga bersama-sama."
Walaupun dia mempunyai banyak kesalahan di masa hidupnya, tetapi ia benar-benar tidak menyangka Tuhan akan semudah itu memaafkannya.
"Surga?" Anne mengerjapkan matanya bingung mendengar penuturan Clarisse. Omong kosong apa yang dia bicarakan? Anne mulai was-was apakah kejiwaan tuannya sedikit terganggu. Ia mencoba melepaskan tangan Clarisse yang mengenggamnya, namun genggaman itu begitu erat sehingga dia tidak bisa melepaskannya.
"Yang mulia, tolong lepaskan saya!" kata Anne mulai panik.
"Tidak." bantah Clarisse cemas. "Tidak akan ku biarkan kamu menjauh dariku walaupun sedetikpun. Kamu harus di beri pelajaran karena beraninya menipuku."
Entah berapa lama waktu sudah berlalu, Anne mulai cemas karena Kepala pelayan Ratu akan datang. Sambil menatap pintu dia berkata dengan panik kepada Clarisse, "Yang mulia, sadarlah! Kamu harus segera bersiap-siap sebelum kepala pelayan Ratu tiba disini."
"Apa tadi katamu? Kepala pelayan Ratu?" Mata Clarisse terbelalak mendengar perkataan Anne. Kepala pelayan Ratu juga ada disini? Tidak mungkin orang yang sudah menganiaya orang tak terhitung jumlahnya itu, bisa masuk ke surga. Apakah sekarang dia berada di neraka? Tidak, tidak mungkin ini neraka karena Anne juga berada di dalamnya.
"Yang mulia, untuk apa anda masih linglung?" kata Anne mulai gemas melihat Clarisse yang masih belum sadar dari tadi. Akhirnya dengan terpaksa dia menarik tangan Clarisse lalu menyeretnya ke kamar mandi. Clarisse tidak menolak, dia hanya membiarkan tubuhnya pasrah di seret oleh Anne.
Berbeda dari pelayan lainnya yang tidak memperbolehkan menyentuh tubuh tuannya sesuka hati, Anne diperbolehkan oleh Clarisse untuk melakukannya. Karena itulah, mereka sangat akrab hingga layaknya kakak dan adik.
Tiba-tiba Clarisse teringat sesuatu lalu dengan cepat dia berkata, "Sekarang tanggal berapa?"
Anne menggaruk kepalanya bingung karena pertanyaan Clarisse lalu dia segera menjawab "Tanggal 16 April tahun 588."
"Apa???" Clarisse sontak berteriak kaget mendengar jawaban Anne. Tahun 588? Itu dua tahun sebelum terjadi pemberontakan, yang berarti dia telah berhasil kembali ke masa lalu. Ia memeriksa kalung yang berada di lehernya lalu tersenyum senang melihat kalung itu masih berada di genggamannya.
Walaupun permatanya sedikit retak karena dia memakai kekuatannya, tetapi itu sepadan. Ia juga tidak menyesal mengambil hidupnya, karena hal itu jugalah yang membuat dia berhasil mengaktifkan kalung ini.
"Yang mulia, gaya rambut apa yang Anda inginkan?" tanya Anne di sela-sela ia menyisir rambut Clarisse. Selama lima belas menit Clarisse berkutat di kamar mandi, akhirnya Anne berhasil mendudukkan Clarisse kembali ke kursi.
"Yang simpel saja." jawab Clarisse sambil tidak melepaskan pandangannya dari cermin. Di dalamnya ada wajah seorang wanita muda yang sudah lama tidak dilihatnya, yang menandakan saat ini dia masih berumur tujuh belas tahun.
Tepat pada waktunya, ketika Anne selesai menata gaya rambut Clarisse, pintu pun terbuka dan datanglah seorang wanita berusia sekitar setengah abad dari luar. Tidak ada sopan santun sama sekali ketika dia membuka pintu yang membuat orang beranggapan apakah dia yang mempunyai status yang lebih tinggi daripada Clarisse.
Namun saat ini Clarisse tidak ingin mempermasalahkan semua itu karena saat ini ia sedang dalam suasana hati yang baik.
"Salam hormat, Yang mulia Clarisse. Semoga berkah dewa selalu tercurah kepadamu." Madeline membungkukkan tubuhnya lalu memberi hormat kepada Clarisse. Wajah yang terpampang itu sangat arogan sehingga dia ingin mengusirnya dari sini.
Clarisse tersenyum anggun lalu mempersilahkan Madeline untuk melanjutkan ucapannya.
"Yang mulia, saya kesini membawa perintah ratu untuk memeriksa kemajuan pembelajaran etiket anda." Dengan sangat cerdik dia menekankan kata Ratu yang membuat Clarisse tidak bisa membantah.
"Baik." jawab Clarisse dengan masih wajah tenangnya. "Anne, tolong ambilkan kursi dan secangkir teh untuk kepala pelayan."
"Baik." jawab Anne sambil berlari menuju dapur.
"Kita mulai sekarang, Yang mulia." Madeline berdiri lalu meletakkan buku itu di atas kepala Clarisse.
Clarisse mengepalkan tinjunya menahan supaya tidak meninju wajah Kepala pelayan. Ingat, dia belum mempunyai kekuatan di istana ini, jadi dia tidak bisa bertindak sesuka hati. Yang berkuasa saat ini adalah Ratu jadi dia hanya bisa pasrah menahan penganiayaan ini.
"Anda salah, Yang mulia."
Betis Clarisse mulai sakit karena kepala pelayan itu terus memukulnya dengan tongkat kecilnya. Ia sudah berusaha mengurangi kesalahan sebisa mungkin, tetapi kepala pelayan itu seakan terus mencari kesalahannya.
Mau bagaimana lagi dengan dalih memeriksa pembelajaran, permaisuri sebenarnya menunjukkan otoritasnya untuk tidak mencoba melawannya.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Clarisse mulai merasakan betisnya seakan mau copot dari kakinya. Anne yang mengawasi dari samping ingin menolong, tetapi Clarisse mengisyaratkannya untuk tidak ikut campur.
"Yang mulia, etiket anda lebih baik daripada yang sebelumnya. Saya akan menyampaikan kabar baik ini kepada Yang mulia permaisuri." Madeline tersenyum puas melihat Clarisse yang hanya diam ketika ia memukulnya. Sejujurnya ia juga menikmati memukuli para bangsawan, terutama putri yang ditinggalkan ini. Ibunya hanya orang biasa, atas dasar macam apa dia menikmati segala kemewahan ini.
"Terimakasih Kepala pelayan. Ini juga berkat anda, etiket saya menjadi lebih baik." Clarissse tersenyum kecil sambil menatap perempuan baruh baya yang memiliki warna rambut cokelat tua itu.
"Sama-sama." balas Madeline sambil tersenyum arogan.
Melihat senyum itu lagi, membuat Clarisse ingin sekali menamparnya, tetapi dia malah menyembunyikannya dengan tersenyum lebih lebar.
"Kalau begitu saya pamit dulu, Putri."
"Tunggu sebentar, Kepala pelayan!" Clarisse mengambil langkah maju lalu menyerahkan sebuah kotak kepada Kepala pelayan.
Madeline mengernyitkan alisnya menatap Clarisse dengan curiga. Seakan tau apa yang dipikirkan kepala pelayan, Clarisse berkata sambil tersenyum, "Ini adalah hadiah untuk anda karena telah berjasa mengajari saya selama ini."
Perasaan curiga pun lenyap, Madeline dengan gembira langsung menerimanya, "Terimakasih Yang mulia." ujarnya sambil tersenyum senang.
Akhirnya perempuan ini juga mengerti jerih payahnya selama ini. Baiklah, dia akan menyampaikan sedikit kata-kata bagus tentangnya kepada Yang mulia permaisuri.
Tepat ketika Madeline ingin membukanya, Clarisse langsung meletakkan tangannya di atas kotak. "Jangan membukanya disini, Madeline! Ini adalah hadiah kejutan, tentu saja tidak akan bagus jika anda langsung membukanya."
Madelina terdiam lalu dengan patuh dia menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, saya pamit Yang mulia." Setelah mengatakan itu dia pergi dari hadapan Clarisse dan melanjutkan langkah kakinya yang tertunda.
Anne yang sedari tadi mengamati dari samping tidak tahan lagi dan berkata dengan jengkel, "Yang mulia, apakah anda benar-benar memberinya hadiah?"
"Tentu saja." jawab Clarisse sambil tersenyum senang.
Senyum terus menghiasi wajah cantiknya yang membuat Annne semakin lama semakin curiga. "Apakah anda memasukkan benda aneh ke dalamnya?"
"Tidak." sangkal Clarisse. "Ini bukan benda aneh, tetapi cukup untuk membuatnya terkejut sampai jatuh pingsan." lanjut Clarisse sambil tersenyum smirk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
mama Al
aku mampir Thor
2024-10-13
1
Hananta
semangat thor.. 💪💪
2024-10-10
1