Bunyi tabrakan pedang bersamaan dengan jeritan tangis terdengar disana sini. Udara itu begitu mencekam hingga membuat orang lari hanya ketika melihatnya. Clarisse mengunci pintunya lalu mondar-mandir dalam ruangan. Ia bisa mendengar suara tangis Valerie, saudara perempuannya ketika diseret oleh pemberontak.
"Yang mulia, apa lagi yang anda tunggu?" Anne bertanya dengan cemas melihat tuannya yang masih duduk diam di kamarnya. "Kita harus kabur dari sini sebelum pemberontak menemukan kita."
"Aku tau, tetapi istana telah di kelilingi oleh pemberontak." Clarisse mengigit bibir bawahnya cemas sambil memikirkan bagaimana harus keluar. Ia tidak punya ide lagi untuk melarikan diri dari istana, karena semuanya sudah jalan buntu.
Tepat ketika ia memikirkan itu, ia mendengar ada suara orang di balik pintu kamarnya. Tidak salah lagi, itu pasti mereka. Jantungnya berdetak dengan liar sambil memandang ke arah luar dengan gugup.
"Yang mulia, ganti pakaian anda dengan saya!"
"Apa maksudmu?" tanya Clarisse marah. Bagaimana ia tidak tau pikiran pelayan yang telah bersamanya selama ini? Dia pasti berniat menggantikan dirinya.
"Yang mulia, anda harus melakukannya. Pemberontak itu tidak tau dengan wajah anda, jadi mereka pasti akan terkecoh." ujar Anne meyakinkan Clarisse supaya mau menuruti permintaannya.
"Aku tidak mau." jerit Clarisse sambil menangis. "Apakah kamu berniat mengorbankan dirimu, aku tidak akan berterimakasih sama sekali. Kamu pikir itu sangat mulia melakukan itu, bukan? Aku malah menganggapnya sangat tercela. Jika kau benar-benar melakukan itu, aku akan membuang mayatmu ke dalam hutan belantara."
"Yang mulia, tenang! Pemberontak itu sedang di luar, mereka pasti akan mendengar suara anda, itu jika anda berteriak seperti itu." ujar Anne gelisah.
Clarisse terdiam sejenak lalu setelah itu dia menganggukkan kepalanya. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu memandang Anne dengan sedikit tenang. "Anne, kamu tidak berniat melakukan itu bukan?" ujar Clarisse sambil memegang bahu Anne dengan kuat.
Anne menganggukkan kepalanya membuat Clarisse menghela nafas lega. Namun belum sempat Clarisse menarik nafas beberapa detik, ia merasakan ada yang menusuk tangannya lalu setelah itu pandangannya menjadi gelap. Samar-samar ia bisa mendengar suara Anne meminta maaf lalu kegelapan pekat benar-benar menelannya sepenuhnya.
"Maaf Yang mulia." Anne memandang Clarisse yang sekarang tergeletak tak berdaya lalu menghela nafas panjang. Tidak ada waktu lagi, ia harus segera mengganti pakaiannya sebelum pemberontak itu datang.
Tanpa babibu lagi Anne langsung menyeret Clarisse ke bawah tempat tidur. Ia mengolesi wajah Clarisse dengan jelaga sambil menuangkan darah ayam di sekitar pakaiannya. Untungnya ia cepat tanggap sebelumnya, ketika melihat pasukan pemberontak itu mencoba menerobos masuk ke dalam istana. Sejujurnya dia sudah menebak hal ini akan terjadi, mengingat sikap Clarisse yang terlalu baik hati. Dia pasti tidak akan mau melakukannya.
Setelah melihat semuanya sempurna, Anne lalu berbaring di tempat tidur berpura-pura ketakutan. Tak lama setelah itu para pemberontak masuk ke kamar lalu menyeretnya dengan paksa. Ia menjerit tak terkendali mencoba melepaskan tangan pemberontak yang mencengkeram tangannya.
"Ada satu orang lagi disini." pemberontak itu menunjuk ke bawah tempat tidur sang putri. Rupanya rambut Clarisse mencuat dari dalam membuat pemberontak menemukannya. Jantung Anne berdegup kencang seiring langkah kaki pemberontak yang mulai mendekati Clarisse.
"Dia sudah mati. Darahnya mengalir sampai ke sini sehingga tidak diragukan lagi, dia benar-benar sudah mati." Pemberontak itu berkata sambil menunjuk genangan darah yang mengalir di bawah sepatunya.
"Mari kita pergi!" Anne menghela nafas lega melihatnya lalu mulai berakting menjerit lagi.
"Diam." Pemberontak itu mulai kesal lalu menyumpal mulut Anne dengan sapu tangan. Lingkungan menjadi sunyi, perlahan dengan pasrah Anne juga membiarkan pemberontak menyeret dirinya. Lagipula tidak ada lagi yang dia harapkan, dia akan benar-benar mati hari ini. Semoga tuannya bisa kabur dari istana dan tidak menyia-nyiakan pengorbanannya.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, mata Clarisse perlahan terbuka. Ia memandang sekeliling ruangan yang sekarang menjadi sunyi lalu mencari Anne dengan panik. Ini tidak seperti yang dalam pikirannya kan? Namun harapan Clarisse harus pupus ketika melihat pakaian siapa yang telah melekat pada tubuhnya.
Ia mengigit bibir bawahnya sampai berdarah guna menahan isak tangis yang seakan mau meluncur dari bibirnya. Ia tidak punya waktu lagi. Ia harus cepat-cepat kabur dari sini sebelum pemberontak itu menemukan ada yang salah. Ia tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanan Anne untuk dirinya. Karena Anne menginginkannya untuk hidup jadi dia harus hidup. Setelah memikirkan itu, Clarisse dengan cepat keluar dari pintu kamarnya. Namun baru beberapa langkah, ia mendengar ada suara yang memanggilnya di belakangnya
Perlahan ia menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya dia ketik melihat siapa yang memanggilnya.
"Salam Yang mulia pangeran Kendrick." Clarisse membungkukkan tubuhnya lalu memberikan hormat standar pelayan. Dia tidak lupa saat ini, ia adalah seorang pelayan yang sedang menyamar.
"Pangeran." Laki-laki itu mengernyitkan dahinya mendengar panggilan wanita itu terhadap dirinya. Wajahnya tertutup jelaga dan pakaiannya ternoda darah yang membuat dia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Lalu setelah itu dia menyadari ada yang aneh dari perempuan ini. Rambutnya yang berwarna pirang platinum tidak bisa di tutupi oleh noda yang melekat di wajahnya.
"Tangkap pelayan itu!" Mendengar nada suara tanpa emosi itu membuat Clarisse mendongakkan kepalanya kaget, ia tidak mengerti kenapa dia bisa di tangkap.
"Lepas..lepas." Clarisse berteriak panik melihat prajurit membawa paksa dirinya. "Apa salah saya, Pangeran?" ujar Clarisse tidak tahan lagi. Ia memandang Kendrick dengan amarah tanpa menyembunyikan api yang menyala di matanya.
"Salahmu?" Kendrick terkekeh kecil mendengar perkataan Clarisse, lalu dengan dingin dia menjawab, "Panggilanmu."
"Panggilan." Clarisse bergumam sambil memandang Kendrick dengan linglung. Tiba-tiba dia teringat sesuatu membuat ia sontak membelalakkan matanya ketakutan. Ia menatap Kendrick dengan gugup sambil menyembunyikan tangannya yang gemetar.
"Kurasa kamu sudah tau." Kendrick terkekeh sambil menunjuk tangan kanan Clarisse yang gemetar. Menyadari pandangan pangeran Kendrick terhadap tangannya, Clarisse refleks menyembunyikannya di belakang punggungnya.
"Bawa dia!"
Clarisse dengan cepat di seret ke aula kerajaan. Ini sia-sia. Anne sudah bersusah payah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya, namun hanya karena mulutnya yang ceroboh semuanya hancur berantakan.
Anne pasti mengutuknya ketika tau ini terjadi. Clarisse terkekeh kecil ketika membayangkan mulut Anne yang kecil dengan penuh semangat mengutuknya.
"Apa dia gila?" prajurit itu bertanya kepada rekan di sebelahnya yang hanya di respon gelengan kepala.
"Sudah, ikuti saja intruksi Yang mulia sebelum Yang mulia memenggal kepala kita."
Prajurit itu membelalakkan matanya ketakutan lalu dengan cepat menyusul Kendrick yang sudah berjalan di depan.
Baamm......
Clarisse terhempas di lantai yang dingin membuat dia mengaduh kesakitan. Ia mendongak menatap Kendrick yang sedang menatapnya tanpa emosi.
"Putri Clarisse, pilih sendiri bagaimana kematianmu! Karena kamu sudah menyelamatkanku sekali, aku dengan berbaik hati membiarkan kamu memilih kematianmu sendiri." Ia dengan cepat mengeluarkan sebotol racun yang berada di sakunya dan mengambil pedang yang berada di pinggangnya lalu meletakkannya di depan Clarisse.
".........." Mata Clarisse terbelalak mendengar perkataan Kendrick. Ia beringsut mundur mencoba menjauh dari pemuda yang sudah yang membantai keluarganya itu.
Kendrick terkekeh kecil melihat reaksi Clarissse seolah-olah dia dalam suasana hati yang baik. Dengan riang dia berkata, "Kenapa? Terkejut?" tanyanya gembira. Ia melangkah perlahan mendekati Clarisse lalu menjambak rambut Clarisse dengan kuat.
"Aaaaahh... Aaaaaaah..." Clarisse berteriak kesakitan ketika merasakan kulit kepalanya ikut ketarik karena perbuatan Kendrick.
"Lain kali warnai juga rambutmu sebelum melarikan diri." Itu saran yang ramah namun itu terdengar seperti nasihat kematian. Siapa yang tidak tau kalau rambut pirang platinum adalah simbol kerajaan Leonore. Semua anggota kerajaan pasti memilikinya termasuk putri Clarisse yang merupakan salah satu anak dari raja.
Perlahan Kendrick melepaskan tangannya dari rambut Clarisse lalu berjalan sejauh dua langkah darinya. Ia bersedekap sambil memandang perempuan di depannya dengan dingin. "Cepat pilih! Aku tidak punya waktu untuk melihat hal-hal yang tidak berguna."
Bibir Clarisse bergetar menghadapi bayangan kematian yang menyerbu dirinya. Ia sekarang menyesal kenapa menyelamatkan laki-laki ini. Seharusnya ia membiarkannya saja lalu mencekiknya sampai mati. Ia juga tidak mempunyai tenaga lagi untuk mengangkat tangan karena ketakutan yang melanda dirinya.
Kendrick tersenyum senang melihat Clarisse yang gemetar lalu dengan ramah berkata, "Saranku, lebih baik kamu menggunakan pedang ini. Ini sangat tajam sehingga membuatmu tidak merasakan sakit." ujarnya sambil menyerahkan pedang itu kepada Clarisse.
"Aku jamin kamu pasti akan langsung ke surga." ujarnya dengan nada baik hati.
"........" Clarisse perlahan mengambilnya dengan tangan gemetar.
"Pegang yang baik! Kalau kamu terus bergetar seperti ini, aku jamin kamu pasti akan kesakitan." kata Kendrick sambil membungkuk meletakkan pedang itu di tangan Clarisse dengan kuat.
Raut wajah Clarisse sangat pucat hingga ia tidak mempunyai aliran darah mengalir di wajahnya. Ia memejamkan mata sambil menggenggam kalung yang berada di lehernya. Ini harus berhasil. Dia meyakinkan dirinya ketika mengingat nasihat ibunya ketika menggunakan kalung ini.
Benda yang berada di lehernya merupakan peninggalan ibunya yang merupakan artefak suku Regen. Ibunya merupakan keturunan suku Regen, suku yang hidup di pedalaman hutan timur. Tidak ada yang mengetahui mereka masih hidup karena mereka sangat memisahkan dirinya dari dunia luar. Ibunya sendiri kabur dari kakeknya sampai dia bertemu kaisar dan melahirkan dirinya.
Untuk pertama kalinya dia menggunakan benda ini walaupun dia harus menanggung konsekuensi yang sangat fatal. Dia juga sudah siap menerima hal itu terjadi.
Perlahan Clarisse mendekatkan pedang ke lehernya, lalu dengan cepat meng*****nya. Gerakan itu tidak ragu-ragu, karena dia tau jika dia ragu-ragu dia pasti akan merasakan sakit. Namun walaupun begitu ia masih bisa merasakan sensasi dagingnya yang terkoyak karena pedang.
Ia memejamkan mata merasakan darah menyembur keluar dari lukanya bak air mancur. Perlahan tapi pasti ia merasakan kesadarannya mulai kabur dan kegelapan menelannya sepenuhnya. Satu hal yang tidak Clarisse tau, cahaya terang bersinar dari kalungnya lalu menyelimuti tempat itu.
"Yang mulia, bangunlah!" Anne menggoyang-goyangkan tubuh Clarisse yang masih terlelap dalam tidurnya. Ini sudah sangat siang hingga Anne curiga apakah tuannya sedang tidur atau pingsan. Sudah berulang-ulang kali dia memanggilnya, namun dia tidak kunjung bangun. Dia mulai khawatir apakah tuannya sedang sakit.
Sepertinya dia juga bermimpi buruk dalam tidurnya karena dia sangat gelisah dan berkeringat dingin. Namun tidak ada waktu untuk memikirkan semua itu karena kepala pelayan sebentar lagi akan datang kesini. Anne mulai cemas jika tuannya tidak kunjung bangun, kepala pelayan pasti akan menambah banyak banyak masalah pada tuannya.
"Yang mulia, anda harus bangun!" ujar Anne sekali lagi sambil mengguncang-guncang tubuh Clarisse dengan lebih kuat. Upaya Anne berhasil karena perlahan netra biru muda itu terbuka dengan sendirinya.
"Huft." Anne menepuk dadanya menghela nafas lega, namun setelah itu kekhawatiran melanda dirinya dalam sekejap, "Yang mulia, ada yang terjadi denganmu? Aku sudah mencoba membangunkan mu berkali-kali, namun anda tidak kunjung bangun. Apakah anda sakit?" ujarnya dengan tatapan khawatirnya yang tidak bisa dia sembunyikan.
Clarisse mengerjapkan matanya menatap Anne dengan bingung. Apakah ini surga? Karena dia melihat Anne berdiri sehat di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Hananta
up
2024-10-10
1