Jam menunjukkan pukul lima sore, namun tak lantas buat suasana kampus terlihat sepi, masih banyak mahasiswa yang berlalu lalang keluar masuk, entah untuk melanjutkan tugas yang tak ada habisnya, atau ingin hanya ingin menikmati lebih banyak waktu di perpustakaan untuk menyelami banyak materi. Mikayla dengan langkah lemas berjalan menenteng jurnal yang dicari oleh Dena, ditemani Salsa sahabatnya, Mika akhirnya berhasil mendapatkan jurnal yang Dena inginkan setelah berjam-jam berada di perpustakaan.
"lo beneran gak mau balik sekarang Mik?" tanya Salsa sembari menggulir layar ponsel, membuka aplikasi ojek langganannya. "masih ada yang mau gue beli disekitar sini, lo duluan aja gak apa Sal" balas Mika, Salsa mengangguk paham lalu mendecak kesal, sebab melihat titik ojek pesanannya yang salah titik penjemputan.
"yaudah gue duluan ya, mas ojeknya salah titik jadi gue mau samperin" pamit Salsa sambil melambaikan tangannya pada Mika. "hati-hati ya Sal" ujar Mika yang dibalas acungan jempol Salsa.
Mika menghela nafasnya ketika Salsa sudah mulai hilang dari pandangannya, ia lantas mulai melanjutkan perjalan pulangnya, berjalan sendiri di jam seperti ini rasanya jauh lebih terasa sepi, bukannya Mika takut, hanya saja menurut hati kecilnya, akan lebih menarik jika dapat menghabiskan waktu sambil berjalan dengan seseorang sambil berbincang dan melihat matahari yang perlahan hilang berganti.
Ditengah kekagumannya akan suasa di sore hari itu, sebuah mobil yang berjalan pelan disampingnya sedikit curi perhatiannya, langkahnya terhenti, idan sedikit menyingkir, ngin memastikan jika keberadaannya tak menghalangi jalur mobil tersebut, namun wajahnya makin terlihat bingung ketika mobil itu justru ikut berhenti. Mika lantas membuka ponselnya, memastikan jika dirinya tak memesan taksi. Dan disaat dirinya masih merasa kebingungan, kaca mobil tersebut bergerak turun, menampilkan seorang yang Mika kenal cukup baik selama beberapa semester ini.
"Pak Dena? Kok belum pulang?" ujar Mika kaget, sebab laki-laki yang sudah beberapa hari ia tak lihat keberadaanya kini muncul dengan pakaian super rapih, khas dosen muda yang siap mengajar. "itu jurnalnya?" balas Dena yang malah balik bertanya, bukannya menjawab pertanyaan Mika.
"oh iya pak, ini jurnal yang bapak minta" balas Mika dengan sisa tenaga yang masih ada, sembari berikan jurnal tersebut. Dena melirik Mika dengan ekor matanya, dari tempatnya duduk, wajah Mika sore di sore itu nampak lelah, cahaya matahari yang mengenai wajahnya buat kantung matanya terlihat lebih jelas dari biasanya. "baik terima kasih, saya akan cek nanti,"
"baik Pak kalau begitu saya izin pamit duluan, sudah mulai gelap juga soalnya" pamit Mika, Dena tak beri jawaban verbal, ia mengangguk sebagai jawaban, Mika lantas berjalan kembali, menyusuri trotoar yang belum selesai ia pijaki. Namun lagi-lagi mobil yang sama berjalan beriringan dengan langkahnya, buat Mika kembali berhenti melangkah lagi dan menoleh pada mobil milik Dena. Namun kali ini kaca mobil tersebut tak ditutup pemiliknya, jadi Mika dapat melihat dengan jelas wajah Dena. "iya, ada apa ya Pak? jurnal yang saya kasih salah ya?" Mika agak gelagapan ajukan pertanyaan itu, sebab kali ini tatapan mata Dena tak seperti biasanya.
"pulang sama saya ya?" waktu di sore itu bak berhenti sepersekian detik, Mika mengedipkan matanya beberapa kali, memastikan apa yang ia dengar bukanlah sebuah hayalan, dan Dena, tangannya yang mengepal dari balik pintu mobil menjadi saksi ia berhasil memberanikan diri akan keraguannya. "gimana Pak?"
"pulang sama saya, kamu saya antar pulang, ya Mika?"
Dan hari itu ditutup dengan kedua manusia yang mulai dihinggapi perasan baru, yang mungkin agak dikenal dengan istilah hati merah muda, dimana sebagian manusia mulai menerima dan memberanikan diri untuk membiarkan orang lain menjadi bagian dari hidupnya, dan sebagian lain masih enggan untuk membiarkan siapapun untuk masuk kedalam hidupnya, sebagian lain masih menepis enggan menerimanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments