Kue Manis Gratis

Setelah membujuk Mika di grup pesan mereka, akhirnya dengan berat hati Mika ikut ke fakultas bisnis, tempat yang paling ia hindari sebab terlalu ramai baginya, hembusan nafas berat sudah Mika terdengar berkali-kali semenjak Wanda, Nanda dan Salsa menariknya kesini, jam tidur siang yang sudah ia impikan hangus begitu saja, namun rasa lelahnya lebih menguasai dirinya, terlalu lemas untuk melayangkan protes di jam seperti ini.

Semilir angin dan juga bau makanan nyatanya tak buat suasana hati Mika buruk sepenuhnya, dalam diamnya, ia juga ikut mengabsen satu-persatu makanan yang dijual, setidaknya selain ketiga temannya, hanya dirinya lah yang memang mengincar makanan, bukan hal lain.

"mau beli apa lo semua?" Nanda si pemegang wilayah bertanya pada ketiga temannya yang sejak tadi hanya melihat-lihat. "bingung, semuanya enak dan ganteng, bingung pilihnya Nan" sahut Wanda penuh drama, membuat Nanda menggulirkan bola matanya kesal.

"gue mau beli yang manis-manis gitu Nan, dari tadi gue lihatnya yang asin, apa gak ada ya?" ujar Mika, kepalanya sejak tadi menoleh ke kanan dan kiri, mencari cemilan manis yang nampaknya bisa mengobati suasana hatinya. "kita kan kesini mau beli mie ayam yang terkenal itu loh Mik, kok lo malah beli cemilan sih" balas Salsa, meski sama sekali menjawab pertanyaan nya.

"ada tuh disebelah sana Mik, mau gue antar gak?" ujar Nanda, menunjuk deretan makanan manis yang Mika maksud, Mika tersenyum lebarnya ketika melihat ke arah yang Nanda maksud, "gue sendiri aja, kalian duluan aja ya ke tempat mie ayamnya, pesenin buat gue juga"

Ketiga gadis itu mengangguk, "jangan lama ya Mik takut mienya ngembang" ujar Salsa mengingatkan, yang dibalas acungan ibu jari dan kalimat oke Mika.

Makanan manis dengan berbagai rasa dan juga warna cantik memenuhi sebarisan meja panjang dengan hiasan pink, bak sengaja dijual agar menambah warna dan kesan manis di fakultas bisnis sore itu, wangi manis dan juga warna cantik seakan menarik siapapun untuk membeli kue-kue yang disusun rapi, ditambah dengan hiasan bunga-bunga di sekelilingnya, buat Mikayla sejak tadi tak bisa berhenti takjub dengan ciptaan manusia itu.

"ayo kak dibeli kue nya, ini edisi spesial loh" ucap perempuan cantik dengan hiasan bunga di kepalanya, senyum nya amat manis seperti kue yang ia jual, buat Mikayla seakan terhipnotis untuk membelinya. "ada rasa coklat keju gak ya kue nya?"

"oh ada kak rasa coklat keju, itu yang paling laris, cuma sayang banget udah diborong" Mikayla menghela sedih, meskipun masih banyak rasa yang masih tersedia, namun sampai saat ini masih belum ada yang bisa mengalahkan rasa favoritnya, lagian orang rakus mana sih yang memborong sebanyak itu. Mika mengangguk mendengar penuturan si penjual, ia lalu kembali memilih satu persatu kue dengan rasa berbeda.

"kasih aja kak buat mbaknya jatah saya" suara agak berak laki-laki disamping Mika buat ia mengerutkan darinya, bukan heran atau bagaimana, suara itu sangat tak asing di telinganya, Mika menoleh perlahan, dan disana berdiri Dena. Dosen galak yang belakangan ini sudah membuat hari-harinya makin terasa berat. Mika diam seribu bahasa ketika Dena juga ikut menoleh padanya, entah apa yang yang ia lakukan dimasa lalu sehingga ia terus-terusan bertemu Dena. "oke Pak, sebentar ya kak, saya bungkus dulu"

Dari jarak sedekat ini, perlu Mika akui visual Dena tak buruk seperti nilai yang diberikan Dena padanya, sebab Dena kerap kali menjadi topik hangat dibeberapa kesempatan, bagaimana rahang tajam miliknya mampu menambah kharisma Dena, dan juga senyum miliknya yang sedikit manis, namun entah mengapa Dena malah menyembunyikan daya tariknya itu, dibanding berperilaku bagaikan karakter fiksi impian, Dena malah bertingkah bak iblis tak punya hati. "Mika, jangan melamun, itu diambil" ujar Dena pelan, buat Mika tersadar dari lamunan anehnya. Mampus.

"o-oh iya kak maaf, berapa ya jadinya?" Mika salah tingkah sebab lamunan yang dibuatnya sendiri, ia mengerjapkan matanya beberapa kali serta merutuki dirinya sendiri sebab tingkahnya barusan, bagaimana bisa ia melamun seperti tadi? Di depan Dena pula, apa yang akan Dena pikirkan tentang dirinya setelah ini, "gak usah mbak, punya dia masukin nota saya aja"

Kali ini Mika mengulum bibirnya, tak tahu harus membalas apa sebab Dena sudah dua kali berbuat baik padanya, dengan ekor matanya, Mika melirik Dena yang tengah memesan kue lagi, mau berterima kasih pun Mika segan, sebab dari tempatnya berdiri Mika sudah bisa membayangkan akan se-canggung apa jika ia mengajak Dena berbicara. "mau ngomong apa Mika" Dena dengan intonasi datar nyatanya sejak tadi menyadari pergerakan Mika, sebab sejatinya keberadaan Mika jauh lebih Dena perhatikan dibanding dengan kue-kue cantik yang sudah siap ia bawa.

"terima kasih ya pak atas kue nya, nanti gantian ya pak, saya yang traktir bapak" ucap Mika sembari mengangkat plastik bening berisi kue cantik traktiran Dena. Dena sendiri terkekeh pelan menanggapi ucapan terima kasih yang nampak sedikit lucu baginya. "sama-sama,"

"tapi sebenarnya ini gak gratis sih Mika," terang Dena dengan wajah dan intonasi datar. Mika mengerjapkan matanya berulang, merasa tak paham dengan apa yang ia dengar. "gimana maksudnya pak?"

"bantuin saya bawa kotak kue itu" lanjut Dena, sembari menunjuk dua kotak kue yang sudah disiapkan diatas meja lewat lirikan matanya. Detik itu juga, Mika mengutuk dirinya atas pujian bodoh yang sebelumnya sempat ia berikan pada Dena, dan di detik berikutnya, ia juga turut memberikan umpatan pada Dena atas perlakuannya padanya hari ini, Mika memang tersenyum ketika melihat kotak kue yang Dena maksud, tapi remasan kuat atas plastik ditangan kanannya sudah beri tanda cukup jelas jika hatinya berkata lain. "ayo ikuti saya, kamu bawa sisanya ya" ujar Dena, masih dengan intonasi datar.

Dena mungkin tak sadar jika saat ini, Mika yang tengah berjalan dibelakangnya tengah merutuki dirinya dengan segala pikiran kurang baik tentang nya. Dan Mika mungkin juga tak sadar, jika Dena yang kini tengah berjalan didepannya tengah mengulum bibirnya, ia terlalu malu untuk menampakkan senyumnya pada semesta dan suasana kampus yang mungkin tengah memperhatikan mereka, dan juga, pada Mika.

Siang itu, impian seorang gadis yang tengah membayangkan dirinya makan mie ayam paling laris bersama teman-temannya luntur seketika, sebab semesta yang nyatanya bawa rencana lain lewat sebuah kue manis yang justru mempertemukannya pada kenyataan pahit, namun disudut pandang lain, perasaan buruk seorang laki-laki akan pekerjaan yang terus menuntutnya justru tak sengaja terobati oleh sebuah kue manis yang sebenarnya ia kurang minati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!