Sudah sejam lalu Dena duduk ditemani tumpukan kertas, sesekali mengecek ponselnya jaga-jaga ada mahasiswa yang menyerahkan laporan atau e-mail dari kampus, bunyi decit pintu terdengar tatkala Bunda masuk membawa makanan ringan serta kopi untuk si bungsu tercinta, Dena, laki-laki dengan sejuta mimpi yang hanya fokus akan dirinya dan masa depan keluarga.
"dek, Bunda minggu depan mau ketemu sama teman SMA, kamu ikut ya" ujar Bunda dengan lembut mengajak si bungsu, sembari meletakkan kedua hidangan itu di meja kerja putranya. Dena menoleh sepenuhnya pada Bunda, berikan atensi pada perempuan paruh baya itu. "Bun, kan aku udah pernah bilang, gak mau langkahin abang, biarin adek fokus S3 dulu ya?" balas Dena, dengan intonasi tak kalah lembut dari Dena.
"abang mu kan udah punya pacar, kamu belum, maksud Bunda kan baik mau kenalin kamu sama anak temen Bunda" Dena menghela pelan mendengar ucapan Bundanya, yang memang tak pernah menyerah menjadi biro jodoh untuk anaknya sendiri, dulu kakak-kakaknya, sekarang giliran Dena lah yang selanjutnya menjadi target Ibunda. "nanti Dena anterin aja deh, tapi buat kenalan jangan dulu ya Bund, Dena mau fokus pendidikan"
Bunda menatap Dena amat lembut, kali ini nampaknya kasih sayang yang diberikan Dena lewat keseriusan dirinya dalam menempuh pendidikan mampu mengalahkan niat Bunda, wanita paruh baya itu hanya mengangguk setuju, meng-iyakan keputusan Dena yang jelas tak dapat di ganggu, Dena tersenyum senang dengan pengertian Ibundanya, ditariknya salah satu kursi yang tersedia, buat ia dan Bundanya kini dapat duduk bersebelahan. "emangnya kamu gak naksir atau lagi deket sama siapa gitu Dek, sayang banget anak bunda yang ganteng gini kalo masih jomblo" ucap Bunda dengan nada sedih yang dibuat-buat, namun Dena disampingnya tengah tertawa lepas.
"aku kayaknya lagi naksir sama murid ku deh Bun, tapi dia kayaknya gak suka gitu sama Dena" mulut Bunda sedikit terbuka begitu mendengar ucapan Dena, sebab baru kali ini ia mendengar putra bungsunya itu terbuka soal kisah asmaranya. "kamu tau dari mana kalau dia gak suka sama kamu? Jangan sok tau" mendengar balasan Bunda, buat Dena tertawa, sepertinya bercerita dengan Bunda tidak terlalu buruk.
Dena diam sepersekian detik, mencoba mengingat bagaimana Mika terkadang berbelok, bahkan berbalik arah ketika berpapasan dengannya, dimana saat Mika satu-satunya yang tak tersenyum saat presentasi kemarin, dan masih banyak lagi soal Mika yang belum Dena tau, sebab untuk mencari tahu duluan Dena terlalu takut dan ragu untuk melangkah. "dia kalau ketemu aku selalu cemberut Bun, gak kaya kebanyakan mahasiswi lain" ujar Dena agak malu pada Bunda.
Bunda geser kursinya lebih dekat pada Dena, kali ini topik pembicaraan nampaknya lebih menarik dibanding mendengar Dena latihan berpidato di ruang tengah "asal kamu tau, dulu Bunda sama Ayah itu suka berantem, teman sekelas sampe greget karena kita berdua berdebat terus, Bunda sampai kesel dan ngomong kesel sama Ayah berkali-kali, eh diakhir dekat wisuda kita malah deket, dan akhirnya nikah sampai punya kalian bertiga, semesta kadang lucu Dek, gak selamanya yang kamu suka akan jadi milikmu, kadang yang awalnya kamu benci malah akan kamu suka nantinya, kamu jangan pesimis dong Dek" Bunda mengakhiri kalimatnya dengan tepukan kecil dikepala si bungsu, sebagai bentuk dukungan atas ketidakpercayaan diri Dena.
Dena mengangguk paham, nasihat Bunda berhasil beri dirinya sedikit keberanian yang awalnya ia ingin buang itu, "tapi kalau gagal gimana Bun?" ujar Dena ragu.
"coba dulu, gagal urusan belakangan, kalo kamu udah coba terus tetap ditolak, Bunda datang ke kampus suruh periksa mata," jawab Bunda dengan intonasi tegas, namun Dena paham jika Bundanya hanya ingin bercanda dengan keraguannya. "tapi Dek, coba dulu ya" lanjut Bunda, kali ini serius.
"iya Bunda bawel" balas Dena dengan wajah tengilnya, buat Bunda terkekeh gemas sebab Dena baru pertama kali dalam hidupnya Dena, si bungsu di keluarga kecil mereka berbagi kisah soal asmaranya. "emang orangnya gimana sih Dek, kok kamu bisa naksir, Bunda mau tau dong" senyum malu dan semburat khas manusia yang tengah dilanda asmara tak dapat Dena sembunyikan, jelas sekali jika si bungsu memang telah jatuh hati.
"dia perempuan yang cerdas Bun, suka sama kucing, murah senyum, kayaknya kalau dia lagi senyum gak cuma Dena deh yang cuma naksir, kadang pakai kacamata dalam beberapa pertemuan, dan cerdas dalam menjelaskan hal yang belum banyak diketahui orang lain tanpa buat pihak lain merasa rendah, sejauh ini cuma itu yang bisa Dena jelasin Bun, soalnya yang Dena udah bilang sebelumnya, perempuan ini kayaknya kurang suka sama Dena" papar Dena mengenai sosok Mikayla yang dikenal dalam kacamata penglihatannya. Bagaimana Mika yang nampak terkejut saat melihat Dena tadi sore sudah dapat ia simpulkan jika Mika punya perasaan yang jauh beda dengannya.
"kamu benar-benar suka sama dia ya Dek?" selidik Bunda dengan senyum manisnya, Dena yang melihat Bunda menatapnya seperti itu lalu mengangguk malu, perasaan barunya ini sungguh lebih membingungkan dibanding harus melanjutkan pendidikannya. "gak usah ditanya lah Bun, malu aku"
Bunda terkekeh mendengar balasan Dena, benar-benar seperti remaja yang baru mengenal apa itu cinta, "dia pasti suka sama kamu kalau kamu benar-benar serius dengan cinta kamu Dek, anak Bunda keren begini masa gak suka sih" ucapan Bunda mengundang kembali tawa Dena, malam itu ditengah pusingnya Dena dengan segala pekerjaan dan kisah asmaranya, ada Bunda yang dengan hangat merangkul pundak Dena, beri hangat serta rangkulan agar Dena tak salah ambil keputusan.
"makasih ya Bun, berkat bunda aku jadi semangat lagi" ucap Dena dan mendekatkan tubuhnya dengan sang Ibunda, memeluk tubuh mungil yang sudah lama tak ia peluk itu. "sama-sama Dek, tapi kalau jadi sama dia jangan lupa kenalin ke Bunda ya" Dena terkekeh geli mendengar dukungan Bunda.
"iya Bun, nanti aku langsung bawa ke rumah ya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments