Bab 5.

Gavin menuruni undakan anak tangga dengan langkah yang penuh wibawa. Kakinya melangkah menuju ruang makan, yang dimana kedua orang tuanya tengah menunggu nya untuk sarapan bersama.

Tubuh kekar pria itu yang terbalut dengan setelan jas mewah, membuat nya tampak terlihat tampan berkali-kali lipat.

Memiliki wajah yang tampan, harta melimpah, tubuh atletis, kadang membuat nya risi, disaat banyak para wanita yang selalu mengejar-ngejar nya.

Walaupun Gavin tidak pernah menghiraukan mereka, tapi tetap saja dirinya merasa terganggu.

"Vin, sarapan dulu,"ujar mamanya pada Gavin ketika pria itu mendekat.

"Hmm,"balas Gavin dengan gumaman.

Sedangkan mamanya mendengus pelan mendapat balasan seperti itu dari sang anak.

Ketiga nya mulai memakan sarapan dengan khidmat, hingga tiba-tiba, Gavin mengeluarkan kata yang membuat suasana yang tadi hening, kini bertambah hening.

"Mah,pah, Gavin ingin menikah."

Uhuk!

Bagas,papa Gavin bahkan langsung tersedak makanan nya sedangkan Resti, mamanya dengan cekatan memberikan air pada suaminya, kedua paruh baya itu menatap tidak percaya pada anak tunggal nya.

"Apa?"tanya Bagas, seolah yang tadi ia dengar itu salah.

"Gavin ingin menikah,"ulang Gavin dengan datar.

"Kenapa?"kali ini Resti yang bertanya.

"Karena sudah waktunya."Gavin menjawab dengan singkat yang membuat Resti ingat sekali menitipkan anak tunggal nya ini kepanti asuhan.

"Mama tahu,tapi sama siapa?"

"Ada,"

"Namanya?"

"Nggak tahu."

"Kalau bisa secepatnya,"pinta Gavin memaksa dan itu membuat Resti melotot.

"Gavin," Geram Rasti mencengkram erat sendok yang ada di genggaman nya.

Gavin bangkit setelah menghabiskan sarapan nya dan segera berpamitan kepada kedua orang tuanya. Bagas dan Resti hanya saling pandang, tidak mengerti dengan anaknya yang tiba-tiba mengatakan ingin menikah.

Padahal Resti selalu berusaha menjodohkan Gavin dengan anak sahabat nya sejak usia pria itu 25 tahun. Sampai-sampai dia lelah,karena mendapat penolakan terus menerus dari sang anak dan akhirnya Rasti membiarkan Gavin untuk memilih calon sendiri.

Antara senang dan terkejut, ketika Bagas dan Resti mendengar anak semata wayangnya,senang karena mereka akan mempunyai menantu, yang sedari lama mereka tunggu-tunggu,dan terkejut karena permintaan Gavin, yang tiba-tiba ingin menikah.

Apakah anaknya menghamili seorang wanita? Pikir Bagas dan Resti bersamaan.

Masih begitu banyak lagi pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran mereka tentang Gavin, ah, sudahlah biar nanti ketika Gavin pulang, mereka akan memberi banyak pertanyaan pada anaknya itu.

Tiba di ZHAFIR GROUP, Gavin turun dari mobil sport nya, kemudian melangkah masuk kedalam gedung pencakar langit itu. Satu persatu karyawan disana mulai menyapa Gavin, tapi tidak ada satupun sapaan mereka yang dibalas.

Pria itu terus melangkah dan tidak mempedulikan sapaan dari karyawan nya, hingga Gavin memasuki lift yang dibuat khusus untuk para petinggi.

Ting

Pintu lift terbuka ketika sampai dilantai dua puluh. Gavin keluar dari sana dan melangkah menuju satu-satunya ruangan yang ada dilantai tersebut.

Tepat didepan pintu ruangan yang bertuliskan 'Ruang CEO' terdapat meja sang sekretaris disana.

Gavin menjadi urung untuk masuk kedalam ruangan nya disaat melihat Reza. Sekretaris nya tersenyum kepada nya. Pria itu mendekati Reza yang tengah berdiri disebelah mejanya.

"Selamat pagi, Pak Gavin," sapa Reza dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Hmm," setelah nya Gavin berjalan menuju pintu ruangan nya. Ketika Gavin menyentuh gagang pintu,ia langsung teringat akan sesuatu dan kemudian memutar tubuh nya kembali menghadap sahabat nya itu.

Reza yang seakan tahu boss nya menginginkan sesuatu langsung bertanya.

"Iya......ada apa,pak?"tanya nya dengan sopan karena posisi Reza disini adalah sekretaris dan Gavin adalah boss nya.

"Saya minta kamu cari data tentang gadis yang saya cium dicafe waktu itu." Baru kali ini Reza mendengar kalimat sempurna yang diucapkan oleh Gavin.

"Apa ?" Tanya Reza memastikan.

"Kamu tidak usah berpura-pura bodoh, saya tau,kamu pasti melihat apa yang saya lakukan kemarin.

Usai mengatakan kalimat panjang nya, Gavin segera masuk kedalam ruangan nya dan meninggalkan Reza yang speechless mendengar kalimat pedas dari atasan nya itu.

"Sabar Zahra, sabar," ucap Reza menyemangati diri sendiri.

Gavin menghempaskan bokong nya dikursi kebesaran nya.pikiran nya menerawang tentang kejadian tempo hari, disaat dia mencium seorang gadis secara gamblang. Memikirkan nya saja sudah mampu menerbitkan senyum Gavin,kali ini benar-benar senyuman.

Sebenarnya bukan pipi yang ingin Gavin kecup, melainkan bibir mungil merah muda alami gadis itu dan sedikit ditambah lumayan dan hisapan disana.

Tersadar dari lamunannya yang semakin tidak beres, Gavin mengusap wajahnya kasar.

Tidak…. tidak..... jangan dilanjutkan lagi, Gavin benar-benar tidak kuat membayangkan nya. Apakah ini efek selama 30 tahun ia menyendiri?

Astaghfirullah

Tok.....tok....

"Masuk,"ujar Gavin mempersilahkan seorang yang berada diluar untuk masuk. Reza masuk dengan membawa sebuah berkas ditangan nya dan menyerahkan pada Gavin.

"Ini Pak, data yang Bapak minta tadi." Sesuai perintah dari boss nya, dalam waktu sepuluh menit Reza sudah mendapatkan informasi tentang gadis itu.

Alih-alih keluar dari ruangan Gavin, Reza memilih duduk, dihadapan pria itu, hingga sang empunya mendongak, menatap Reza.

"Ngapain?" Tanya Gavin datar.

"Duduk"

"Ngak kerja"

"Nanti aja"

"Mau gue potong gaji nya? Hmm?"

"CK,iye.....iye...."Reza berdiri dan melangkah keluar.

Ketika ingin menutup pintu, Reza bertanya pada Gavin.

"Ngapain Lo minta data cewek yang Lo cium kemaren?"

"Bukan urusan Lo." Lalu Gavin menggerakkan tangan nya untuk mengusir Reza.

Brakk!

Gavin menoleh kearah pintu yang ditutup oleh Reza secara tidak manusiawi. Biarkan saja rusak, toh nanti pintu itu akan diganti dengan uang Reza sendiri, yang akan dipotong dari gaji pria itu, pikir Gavin.

Kini pandangan Gavin terfokuskan pada berkas yang Reza berikan, dan tentu nya berisi tentang informasi sang gadis.

Sebuah senyuman pun kembali terbit,dan itu pasti nya, membuat para kaum hawa yang melihat nya akan mimisan dan sesak nafas secara bersamaan.

"Redyna Inara Adhitama, usia 18 tahun, anak kedua dari pasangan Alvino Shaka Adhitama dan Almira Maharani Adhitama,....."Gavin terus membaca biodata Redyna dengan senyum mengembang sedari tadi.

"Aku akan segera menikahimu dan menjadikanmu hanya milikku selamanya, sayang.

Pintu ruang kerja Gavin kembali diketuk, oleh seseorang yang Gavin yakin adalah Reza. Tampa jawaban dari sang empunya ruangan, Reza langsung membuka pintu.

"Minim attitude,"cemooh Gavin dengan wajah datar tanpa mengalihkan pandangan nya terhadap leptop.

Sedangkan Reza menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian tangan nya terulur, memberikan sebuah map.

"Oh iya,saya hampir lupa, ini ada beberapa berkas yang harus Bapak tanda tangani,"ucapnya seraya menyodorkan map tersebut pada Gavin dan langsung ditanda tangani oleh pria itu.

"Apa hari ini ada rapat?" Tanya Gavin setelah membubuhkan tanda tangan nya.

Sekretaris nya itu melihat jam yang ada dipergelangan tangan nya, lalu menjawab." Ada pak, sekitar satu jam lagi. "Gavin mengangguk.

"Kalau gitu saya permisi dulu,"pamit Reza dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.

Selepas Reza keluar dari ruangan nya. Gavin melepas kan kacamata nya,dan menyandarkan punggungnya pada kursi kebesaran nya.

Tangan kanan nya ia angkat, untuk memijit pangkal hidung nya, kemudian Gavin mengambil ponsel, milik nya yang bertumpuk oleh kertas-kertas diatas meja nya.

Menyalakan benda tersebut dan mulai membuka aplikasi i********m, untuk pertama kalinya, pria itu memainkan sosial media selain W****b.

Biasanya Gavin tidak peduli dengan segala t***k bengek nya.

Baginya itu tidaklah penting dan yang terpenting menurut Gavin adalah kerja, kerja,dan kerja, sampai Gavin lupa pada diri nya sendiri, bahkan seharusnya diusianya yang sudah sematang ini, dirinya udah mempunyai istri bahkan seorang anak.

Alasan kenapa Gavin memainkan I******m, ialah Redyna, gadis itulah yang menjadi alasan nya. Catat baik-baik, semua ini karena REDYNA. Redyna gadis remaja yang ditemui nya tempo hari, berhasil mengubah Gavin menjadi seorang stalker dadakan.

Disaat sedang asyik-asyiknya menstalker pujaan hati, tiba-tiba pintu ruangan nya kembali diketuk, lalu terbuka dan muncul lah kepala Reza. Hanya kepalanya saja.

"Pak waktu nya rapat."setelah mengatakan itu Reza langsung menutup pintu kembali.

"F*CK ! Geram Gavin. Dengan cepat pria itu bangkit dan membenarkan jas nya, setelah itu melangkah kan, kakinya menuju ruang rapat.

***

"Seram amat tuh guru,pas ngajar,"ujar Redyna setelah memastikan Bu Jamilah keluar dari kelas.

"Namanya juga bawaan dari orok,ya mau gimana lagi,"saut Zahra.

"Emang Lo tau? Orok nya Bu Jamilah kayak gimana?"

Kini Dinda yang sedang membalas pesan dari kekasih nya tanpa memandang kedua sahabat nya bertanya.

"Ya nggak, dong. Tapi Lo lihat aja hasilnya kayak apa!"

Jawab Redyna dan diangguki oleh Zahra. Seolah ingat dengan apa yang tadi diucapkan, Redyna segera beristighfar dalam hati ketika dirinya, sedang membicarakan guru nya itu.

Seusai pelajaran sosiologi akan dilanjut dengan pelajaran sejarah. Sudah dapat dipastikan Redyna dan kawan-kawan akan mengantuk berjamaah.

Setelah lima belas menit berlalu, Pak Mardi pun belum juga tiba,selain membuat anak murid nya mengantuk, Pak Mardi pun suka membuat murid nya menunggu lama.

"Berapa lama lagi sih, guru nya dateng ?"gerutu Redyna.

"Langit." Redyna yang jengah pu memanggil Langit,si ketua kelas.

"Merasa dirinya dipanggil, langit menoleh kearah Redyna.

"Iya, ada apa sayang?" Tanya langit genit.

"Eww, jijik gue denger nya, Lang,"ucap Zahra dengan mulut mencibir.

Langit berjalan menghampiri tempat duduk Redyna.

"Bilang aja Lo cemburu,Ra,ia kan?"

Goda laki-laki itu menaik turun kan Alis nya, menggoda Zahra.

"Idih, mending gue sama om pilot yang gue temuin kemarin, dari pada sama Lo!"

"Kayak om pilot nya mau aja sama Lo, kalau nggak? "Gue ketawain sampe pagi Lo, Ra.hahaha".

"Ish, langit sialaaaaan!"pekik Zahra, tangan nya mengepal menahan amarahnya.

"CK, Uda Ra, Nanti jodoh Lo," ujar Dinda seraya mencolek dagu Zahra, dan itu membuat Zahra, memberengut kesal.

"Gue nggak mau!" Seru Zahra dan Langit bersamaan.

Redyna sungguh dibuat pusing oleh teman-teman nya ini, lantas gadis itu bertanya pada langit untuk mengalihkan perdebatan kecil ini.

"Pak Mardi Kapa datang nya nih, Lang? Udah hampir satu jam loh ini?

Mendengar itu Langit langsung melihat jam tangan nya,"lah iya,ya. Udah telat ini,mah.

Yaudah mau gue jemput dulu si pangeran.

Langit pun berlari kecil, keluar kelas untuk menjemput Pak Mardi, sepuluh menit kemudian datanglah Pak Mardi, lalu disusul Langit dibelakang nya, membawa buku paket sejarah, yang diambil di perpustakaan atas suruhan Pak Mardi.

***

Drt....drt

Ponsel Gavin bergetar,tanda panggilan masuk. Diliriknya benda itu, dan terdapat nama Mama nya yang tertera disana.

Menghela nafas sebentar,lalu Gavin berujar," rapat untuk hari ini, cukup segini dulu, nanti dilanjut lain waktu.saya permisi.

Setelah nya Gavin meninggal kan ruang rapat diikuti Reza, dibelakang nya.

Assalamualaikum, Mah. Ada apa? "Sapa Gavin pada mamanya, diseberang sana, kakinya tetap melangkah menuju ruangan nya.

Waalaikumsalam, kamu pulang jam berapa, Vin?"

"Ngak tahu!"

"Gavin, kalau Mama nanya, jangan singkat-singkat dong, jawab nya, nggak sopan."

"Iya, Gavin nggak tahu, bakalan pulang jam berapa, Mah."

Tiba diruangan nya, Gavin langsung menghempaskan diri nya disofa,dan sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekik leher nya.

"Diusahakan pulang cepat,ya!" Habis asar kamu pulang."

"Kenapa?"tanya Gavin.

"Lah, katanya kamu minta nikah?"ya harus dirundingkan dulu,dong.

Kalau punya niat baik tuh, nggak usah ditunda-tunda, kamu ini gimana,sih.udah minta nikahnya dadakan lagi, kamu nggak ingat?

Papa kamu sampe keselek, ngedenger kamu nikah?

Untung aja papa kamu itu nggak kenapa-kenapa!" Cerocos mama nya panjang lebar.

Gavin hanya meringis suara, mamanya diseberang sana.

"Iya.

"Nah gitu dong.

"Gavin tutup, assalamualaikum.

"Wa'alai--"

"Tut.....Tut....

Belum sempat salam Resti selesai diucapkan, telfonnya telah terputus terlebih dahulu oleh Gavin." Anak itu benar-benar bikin Mama naik darah aja!" Geram Resti.

Baga yang melihat istri nya sedang kesal, hanya bisa mengelus punggung istrinya pelan, takut-takut yang ia lakukan, akan serba salah dimata Resti, sabar Mah.

"Anak kamu itu, kerjaannya bikin emosi aja tiap hari."ujar Resti dengan napas memburu.

"Anak kamu juga lah, kalau kamu lupa."kan bikin nya berdua.

"Udahlah, anak sama Bapak sama aja!"Resti bangkit meninggalkan Bagas diruang tengah sendirian.

"Kamu mau kemana, Mah? Teriak Bagas saat melihat istri nya pergi.

"NGAMAR MAU IKUT?! Mendengar nya,mata Bagas, langsung berbinar cerah.

"IKUUUUT!!! Seru Bagas, lalu mengejar istri nya, menuju kamar.

Resti hanya mampu menggelengkan kepala dan mengulum senyum,ketika melihat tingkah suami nya yang semakin tua semakin manja.

Terpopuler

Comments

Bánh tẻ

Bánh tẻ

Jalan ceritanya dapet banget!

2024-10-08

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1.
2 Bab 2.
3 Bab 3.
4 Bab 4.
5 Bab 5.
6 Bab 6.
7 Bab 7.
8 Bab 8.
9 Bab 9.
10 Bab 10.
11 Bab 11.
12 Bab 12.
13 Bab 13.
14 Bab 14.
15 Bab 15.
16 Bab 16.
17 Bab 17.
18 Bab 18.
19 Bab 19.
20 Bab 20.
21 Bab 21.
22 Bab 22.
23 Bab 23.
24 Bab 24.
25 Bab 25.
26 Bab 26.
27 Bab 27.
28 Bab 28.
29 Bab 29.
30 Bab 30.
31 Bab 31.
32 Bab 32.
33 Bab 33.
34 Bab 34.
35 Bab 35.
36 Bab 36.
37 Bab 37.
38 Bab 38.
39 Bab 39.
40 Bab 40.
41 Bab 41.
42 Bab 42.
43 Bab 43.
44 Bab 44.
45 Bab 45.
46 Bab 46.
47 Bab 47.
48 Bab 48.
49 Bab 49.
50 Bab 50.
51 Bab 51.
52 Bab 52
53 Bab 53.
54 Bab 54.
55 Bab 55.
56 Bab 56
57 Bab 57.
58 Bab 58.
59 Bab 59.
60 Bab 60.
61 Bab 61.
62 Bab 62.
63 Bab 63.
64 Bab 64.
65 Bab 65.
66 Bab 66.
67 Bab 67.
68 Bab 68.
69 Bab 69.
70 Bab 70.
71 Bab 71.
72 Bab 72.
73 Bab 73.
74 Bab 74.
75 Bab 75
76 Bab 76.
77 Bab 77.
78 Bab 78.
79 Bab 79
80 Bab 80.
81 Bab 81.
82 Bab 82.
83 Bab 83.
84 Bab 84.
85 Bab 85.
86 Bab 86.
87 Bab 87.
88 Bab 88.
89 Bab 89.
90 Bab 90.
91 Bab 91.
92 Bab 92.
93 Bab 93.
94 Bab 94.
95 Bab 95.
96 Bab 96.
97 Bab 97.
98 Bab 98.
99 Bab 99.
100 Bab 100.
101 Bab 101.
102 Bab. 102
103 Bab 103.
104 Bab. 104
105 Bab. 105
106 Bab.106
107 bab. 107
108 Bab. 108
109 Bab. 109
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab.112
113 Bab. 113
114 Bab. 114
115 Bab. 115
116 Bab. 116
117 Bab.117
118 Bab. 118
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Bab 1.
2
Bab 2.
3
Bab 3.
4
Bab 4.
5
Bab 5.
6
Bab 6.
7
Bab 7.
8
Bab 8.
9
Bab 9.
10
Bab 10.
11
Bab 11.
12
Bab 12.
13
Bab 13.
14
Bab 14.
15
Bab 15.
16
Bab 16.
17
Bab 17.
18
Bab 18.
19
Bab 19.
20
Bab 20.
21
Bab 21.
22
Bab 22.
23
Bab 23.
24
Bab 24.
25
Bab 25.
26
Bab 26.
27
Bab 27.
28
Bab 28.
29
Bab 29.
30
Bab 30.
31
Bab 31.
32
Bab 32.
33
Bab 33.
34
Bab 34.
35
Bab 35.
36
Bab 36.
37
Bab 37.
38
Bab 38.
39
Bab 39.
40
Bab 40.
41
Bab 41.
42
Bab 42.
43
Bab 43.
44
Bab 44.
45
Bab 45.
46
Bab 46.
47
Bab 47.
48
Bab 48.
49
Bab 49.
50
Bab 50.
51
Bab 51.
52
Bab 52
53
Bab 53.
54
Bab 54.
55
Bab 55.
56
Bab 56
57
Bab 57.
58
Bab 58.
59
Bab 59.
60
Bab 60.
61
Bab 61.
62
Bab 62.
63
Bab 63.
64
Bab 64.
65
Bab 65.
66
Bab 66.
67
Bab 67.
68
Bab 68.
69
Bab 69.
70
Bab 70.
71
Bab 71.
72
Bab 72.
73
Bab 73.
74
Bab 74.
75
Bab 75
76
Bab 76.
77
Bab 77.
78
Bab 78.
79
Bab 79
80
Bab 80.
81
Bab 81.
82
Bab 82.
83
Bab 83.
84
Bab 84.
85
Bab 85.
86
Bab 86.
87
Bab 87.
88
Bab 88.
89
Bab 89.
90
Bab 90.
91
Bab 91.
92
Bab 92.
93
Bab 93.
94
Bab 94.
95
Bab 95.
96
Bab 96.
97
Bab 97.
98
Bab 98.
99
Bab 99.
100
Bab 100.
101
Bab 101.
102
Bab. 102
103
Bab 103.
104
Bab. 104
105
Bab. 105
106
Bab.106
107
bab. 107
108
Bab. 108
109
Bab. 109
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab.112
113
Bab. 113
114
Bab. 114
115
Bab. 115
116
Bab. 116
117
Bab.117
118
Bab. 118

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!