Gavin memberi senyum yang hampir tidak pernah ia tunjukkan kepada siapapun kecuali terhadap Redyna. Senyum nya seketika surut saat mendapat delikan tajam dari Redyna, rupanya gadis itu sudah bersiap untuk pulang dengan tas ransel yang sudah bertengger rapi dipunggung nya.
Tidak ingin menyerah, Gavin membujuk Redyna supaya ingin makan bersama. Mereka makan tampa ada yang mengeluarkan suara sama sekali. Fokus hanya untuk menyantap makanan yang telah Gavin pesan.
Setelah selesai, Redyna mengucapkan terimakasih pada pria itu dan beranjak bangun dari duduknya untuk segera pulang. Seperti nya Gavin tidak memiliki rasa lelah untuk mendapatkan Redyna. Buktinya, pria itu lagi-lagi menghalangi Redyna dengan banyak alasan.
Redyna kembali duduk pada posisi awal, berhadapan dengan Gavin, telinga nya dengan saksama mendengar ucapan dan kata-kata yang terlontar kan dari mulut pria itu. Gavin berkata bahwa dia benar-benar serius untuk melamar Redyna sebagai istri nya.
Gavin juga mengatakan bahwa pria itu mencintai Redyna dan ingin memiliki nya, tapi ada satu yang tidak Gavin katakan dengan jujur, bahwa dialah orang yang telah mencium Redyna dicafe kala itu. Kalau pria itu benar-benar mengatakan nya, sudah pasti masa depan yang sudah dirinya angan-angan kan tidak akan pernah terjadi.
Kebimbangan tampak jelas diraut wajah Redyna. Dia tidak ada alasan untuk menerima dan menolak lamaran Gavin. Jika Redyna menerima lamaran itu, apa pernikahan yang tanpa dilandasi oleh cinta akan bertahan lama? Lalu, jika menolak nya dengan alasan belum cukup umur, pasti nya Gavin selalu siap untuk menunggu nya sampai kapanpun.
Ingin kabur pada saat usia tepat sembilan belas tahun, dimana usia yang sudah memperbolehkan wanita untuk menikah, pasti Gavin akan mengejarnya dan mencari nya sampai ke ujung dunia sekalipun.
Dengan masih ada keraguan dihatinya, Redyna meminta waktu kepada pria itu. Tentu nya ia juga harus berdiskusi pada kedua orang tuanya, meminta pendapat terbaik untuk masalah ini.
"Nggak ada yang namanya pengunduran atau penolakan lagi, kalau dipercepat baru saya mau. Dalam dua hari ini saya maksa jawaban 'nya' keluar dari mulut kamu Na," ujar Gavin tegas saat Redyna tengah membuka pintu mobil.
" Aku usahain," saut Redyna.
" POKOKNYA SAYA CUMAN MAU DENGER JAWAB 'IYA' SAYANG! NGGAK MAU DENGER YANG LAIN!" Gavin terpaksa mengencangkan suara nya agar sang gadis dapat mendengar ketika berjalan memasuki pelataran rumah.
***
Loh? Udah pulang, kamu?" tanya Resti ketika melihat putra tunggal nya datang dari arah pintu. Jam berapa sekarang? Batin Resti.
" udah," jawab Gavin seadanya dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar untuk bersih-bersih.
"Lah? Vin! Ini baru jam tiga,loh, masa iya kamu udah pulang?! BALIK LAGI SANA KEKANTOR, NANTI DIPECAT SAMA PAPA BARU NYAHO KAMU! VIN, TURUN!" Rasti berteriak memanggil putra nya tapi tidak diindahkan oleh yang terus melangkah.
Resti hanya menggeleng kan kepala, lalu pergi menuju dapur untuk mengambil air minum. Sebenarnya Resti tadi ingin pergi ke dapur karena melihat anaknya pulang sebelum waktu nya, jadi ia sempat kan untuk bertanya sebentar.
Kini Gavin telah berada dikamar nya yang terletak dilantai dua. Gavin memutuskan untuk bersih-bersih, untuk apa kembali lagi kekantor jika dia yang menjadi CEO- nya saat ini. Papanya pun tidak bisa bertindak jika ia pulang sebelum waktu nya atau apa, karena sekarang perusahaan telah sepenuhnya dipegang oleh Gavin sejak dirinya berusia 25 tahun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments