"Taruhan Cinta: Satu Bulan Untuk Hati Citra"
Pengakuan Yang Tertunda
Pagi ini, Rian merasa gelisah. Seiring waktu berjalan, perasaannya terhadap Citra semakin kuat, dan rasa bersalah karena ikut dalam taruhan ini semakin menghantui pikirannya. Dia tahu bahwa setiap hari yang berlalu adalah waktu yang semakin dekat menuju akhir taruhan, dan dia harus segera membuat keputusan.
Ketika Rian sampai di kampus, dia melihat Citra sedang duduk sendirian di bangku taman. Matahari pagi yang hangat menerpa wajahnya yang terlihat tenang, membuatnya terlihat semakin cantik. Tanpa ragu, Rian berjalan menghampirinya.
Rian
"Pagi, Citra! Kamu lagi nungguin siapa nih, duduk sendirian di sini?"
Citra
(Senyum kecil)"Pagi, Rian! Nggak kok, aku cuma lagi menikmati udara pagi aja. Kamu sendiri, kenapa keliatan murung?"
Rian terdiam sejenak, berusaha mencari kata-kata yang tepat. Dia ingin mengatakan sesuatu yang jujur, tetapi khawatir jika saat ini bukanlah waktu yang tepat.
Rian
(Tersenyum canggung)"Ah, nggak kok, cuma lagi banyak pikiran aja. Boleh aku nemenin kamu di sini?"
Citra
(mengangguk)"Tentu saja, duduklah. Aku suka ngobrol sama kamu, Rian. Kamu selalu bisa bikin aku merasa nyaman."
Mendengar kata-kata itu, hati Rian semakin terasa berat. Dia merasa kalau waktu semakin mendesaknya untuk segera jujur. Namun, sebelum dia bisa mengatakan apapun, Doni dan Fajar tiba-tiba muncul, membawa suasana yang berbeda.
Doni
(Tertawa sambil menyenggol Rian)"Eh, Rian! Jangan lupa loh, masih ada taruhan yang harus kamu menangkan. Jangan terlalu baper sama Citra."
Fajar
(Menambahkan dengan ejekan)"Iya, iya. Ingat ya, satu bulan lagi, yang kalah harus traktir kita makan seminggu penuh. Jangan sampai lupa!"
Citra terdiam sejenak mendengar percakapan itu. Dia memandang ke arah Rian dengan tatapan penuh pertanyaan, seolah menunggu penjelasan. Rian yang merasa gugup dan takut terlihat seperti anak kecil yang tertangkap basah melakukan kesalahan.
Citra
(Bingung)"Taruhan? Maksudnya taruhan apa, Rian?"
Rian tahu ini adalah saat yang paling ditakutinya. Dia menatap mata Citra yang terlihat penuh harapan sekaligus kekecewaan. Dia ingin sekali mengakui yang sebenarnya, namun bibirnya terasa terkunci.
Rian
(Berusaha tetap tenang)"Ah, itu cuma taruhan iseng antara kita, Cit. Bukan sesuatu yang penting kok. Nggak usah dipikirin."
Citra hanya mengangguk pelan, meski terlihat jelas bahwa dia masih belum puas dengan jawaban Rian. Doni dan Fajar kemudian pamit meninggalkan mereka, meninggalkan suasana yang tiba-tiba terasa canggung.
Selama jam pelajaran, Rian tidak bisa berkonsentrasi. Tatapan Citra yang penuh dengan rasa penasaran dan kekecewaan terus menghantui pikirannya. Dia tahu bahwa dia harus segera mengatasi masalah ini sebelum semuanya menjadi semakin rumit.
Rian
(Di dalam hati)"Aku harus jujur ke Citra. Aku nggak bisa terus-terusan menutupi taruhan ini. Tapi bagaimana kalau dia marah dan nggak mau lihat aku lagi?"
Saat bel tanda istirahat berbunyi, Rian segera bergegas menghampiri Citra yang masih duduk di kursinya, terlihat sibuk dengan catatannya.
Rian
"Citra, aku mau ngomong sesuatu yang penting. Bisa kita bicara di luar sebentar?"
Citra
(Mengangkat alis & Bingung)"Tentu, Rian. Ada apa?"
Mereka berjalan keluar kelas dan menuju ke sudut yang agak sepi, di mana tidak ada orang lain yang bisa mendengar percakapan mereka.
Rian
(Suara lirih)"Citra, aku harus bilang sesuatu. Sebenarnya ada yang aku sembunyikan darimu, dan aku tahu kalau aku nggak bisa terus menutupinya."
Citra
(Menatap tajam)"Apa maksudmu, Rian? Apa ini ada hubungannya dengan taruhan yang tadi disebutkan Doni dan Fajar?"
Rian merasakan tenggorokannya tercekat. Dia tahu bahwa ini adalah saat yang paling menentukan, saat di mana dia harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau mempertaruhkan semua perasaannya.
Rian
(Menghela napas)"Iya, Cit. Sebenarnya taruhan itu... tentang aku mencoba mendekatimu selama satu bulan. Kalau aku berhasil bikin kamu suka sama aku, aku menang. Tapi kalau nggak, aku harus traktir mereka makan seminggu penuh."
Citra terdiam mendengar pengakuan Rian. Wajahnya berubah dari yang awalnya penuh dengan rasa penasaran, menjadi kekecewaan yang mendalam.
Citra
(Suara bergetar)"Jadi selama ini kamu cuma mendekatiku karena taruhan? Semua perhatianmu, semua senyumanmu, semua itu cuma permainan?"
Rian merasa hatinya hancur melihat ekspresi Citra. Dia mencoba meraih tangan Citra, tetapi Citra dengan cepat menarik tangannya.
Rian
(Terbata-bata)"Tidak, Cit, dengarkan aku. Awalnya memang begitu, tapi sekarang semuanya berbeda. Aku benar-benar tulus suka sama kamu. Ini bukan lagi soal taruhan."
Citra menatap Rian dengan mata berkaca-kaca, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berbalik dan pergi meninggalkan Rian sendirian. Rian hanya bisa terdiam, merasakan perasaan bersalah dan kehilangan yang begitu mendalam.
Rian
(Di dalam hati,penuh penyesalan)"Aku sudah menghancurkan segalanya. Kenapa aku harus terlibat dalam taruhan bodoh ini? Sekarang, aku mungkin sudah kehilangan Citra selamanya."
Comments
Bocil ini Bozz
jentel men kau brother walaupun resikonya kehilangan nya.../Grimace/
2024-10-12
2
Bocil ini Bozz
Momen Yang di tunggu tunggu akhir nya datang juga/Angry//Angry//Angry/
2024-10-12
2