"Taruhan Cinta: Satu Bulan Untuk Hati Citra"
Keraguan & Kecurigaan
Hari ini, suasana hati Rian terasa berbeda. Semakin dekat dia dengan Citra, semakin dia merasa bersalah. Taruhan yang awalnya hanya lelucon bersama Doni dan Fajar, sekarang berubah menjadi sebuah beban yang mengganggu pikirannya. Ketika Rian sampai di kampus, dia melihat Citra sedang berbicara dengan seorang teman perempuan di depan kelas.
Teman Citra
(Menyenggol Citra)"Aku lihat kamu sering bareng Rian akhir-akhir ini. Ada apa, Cit?"
Citra
(Tersenyum malu)"Rian itu seru orangnya, dia asyik diajak ngobrol. Tapi, aku nggak mau buru-buru berpikir lebih. Mungkin dia hanya baik sebagai teman."
Rian yang mendengar percakapan itu merasa jantungnya berdebar. Dia mulai merasakan ketakutan kalau Citra hanya menganggapnya sebagai teman biasa. Rian memutuskan untuk menyapa mereka agar tidak tampak aneh.
Rian
"Hai, Citra! Hai juga, teman-temannya. Lagi ngomongin apa nih, seru amat?"
Citra
"Oh, Rian! Kita cuma ngobrol-ngobrol biasa kok. Eh, ngomong-ngomong, kamu mau ikutan kelas sore ini, kan?"
Rian
"Pastinya! Aku nggak mau ketinggalan kelas penting kayak gini, apalagi kalau ada kamu di sana."
Citra tersenyum tipis, sementara teman-temannya tertawa pelan melihat interaksi mereka. Rian merasa sedikit lega bisa menghindar dari rasa canggung, namun hatinya masih dihantui rasa bersalah tentang taruhan ini.
Saat jam pelajaran berlangsung, Rian terus melirik ke arah Citra yang duduk di barisan depan. Dia mulai membayangkan apa yang akan terjadi jika Citra mengetahui kebenaran tentang taruhan ini. Bagaimana reaksinya? Apakah dia akan membenci Rian selamanya?
Rian
(Di dalam hati)"Taruhan ini harus segera berakhir. Tapi kalau aku bilang ke Doni dan Fajar kalau aku mau mundur, mereka pasti akan menertawakanku. Apa yang harus kulakukan?"
Doni, yang duduk di samping Rian, melihat ekspresi temannya yang sedang melamun dan menyenggol bahunya.
Doni
"Woi, kenapa melamun terus? Jangan bilang kamu benar-benar suka sama Citra?"
Rian
(Berusaha tersenyum)"Bukan begitu. Aku cuma mikir, kalau taruhan ini mungkin terlalu jauh. Bagaimana kalau Citra tahu soal ini? Aku nggak mau menyakiti perasaannya."
Fajar
"Halah, Rian. Kamu terlalu baper. Ingat, taruhan ini cuma untuk seru-seruan, bukan buat baper!"
Rian
(Di dalam hati)"Mungkin bagi mereka ini hanya permainan, tapi aku nggak bisa membohongi perasaanku sendiri. Aku mulai benar-benar peduli sama Citra."
Setelah kelas selesai, Rian dan Citra memutuskan untuk makan siang bersama di kantin. Mereka duduk di meja pojok, di mana suasana lebih tenang dan mereka bisa berbicara dengan leluasa.
Citra
"Rian, aku mau tanya sesuatu. Kamu selalu kelihatan serius setiap kali kita ngobrol. Apa kamu benar-benar suka berada di dekatku, atau ada sesuatu yang kamu sembunyikan?"
Rian
(Kaget & Gugup)"Eh, maksudmu apa, Cit? Tentu saja aku suka ada di dekatmu. Kamu teman yang menyenangkan."
Citra
(Menatap tajam)"Teman ya? Hanya itu? Terkadang aku merasa kamu seperti menyembunyikan sesuatu dari aku, tapi aku nggak tahu apa itu."
Rian terdiam sejenak, mencari kata-kata yang tepat. Dia ingin sekali jujur, tapi dia tahu kalau sekarang belum saatnya. Jika dia mengungkapkan soal taruhan ini terlalu cepat, dia mungkin akan kehilangan Citra untuk selamanya.
Rian
"Percayalah, Citra. Aku senang bisa mengenalmu lebih baik. Mungkin suatu hari nanti aku bisa cerita lebih banyak tentang apa yang kurasakan."
Citra tersenyum, tapi ada sedikit kecurigaan di matanya yang tak bisa disembunyikan. Rian tahu bahwa semakin lama dia menunda, semakin besar kemungkinan Citra akan mengetahui yang sebenarnya, bukan dari dirinya.
Malam Hari Di Tempat Nongkrong
Doni dan Fajar sudah menunggu Rian di tempat biasa mereka. Saat Rian tiba, mereka langsung menyambutnya dengan wajah penuh senyum jahil.
Doni
"Jadi gimana, Rian? Sudah berhasil bikin Citra naksir berat sama kamu?"
Fajar
"Jangan bilang kalau kamu benar-benar mau serius sama dia. Ingat, ini taruhan, bro!"
Rian
(Menunduk dengan suara rendah)"Aku nggak bisa terus-terusan main-main soal ini. Aku mulai beneran suka sama Citra. Tapi aku juga takut kalau dia tahu soal taruhan ini, dia bakal benci aku."
Doni dan Fajar terdiam sejenak, lalu tertawa kecil.
Doni
"Aduh, Rian. Kamu benar-benar kacau, ya? Jangan bawa perasaan ke dalam taruhan. Kamu harus ingat, kita punya aturan dalam permainan ini."
Fajar
"Kita nggak boleh mundur, Rian. Siapa yang kalah harus traktir makan seminggu penuh. Jadi tetap fokus pada tujuanmu."
Rian terdiam, memikirkan perkataan teman-temannya. Dia tahu kalau perasaannya untuk Citra semakin tumbuh, tapi taruhan ini semakin terasa seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.
Rian
(Di dalam hati)"Aku harus segera menemukan cara untuk keluar dari situasi ini sebelum semuanya terlambat. Tapi bagaimana caranya?"
Comments