Luka lama

Suasana cafe yang begitu menenangkan masih menemani sore lelah Rara bersama kedua sahabatnya. Obrolan mereka terhenti ketika mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Nona. Sontak pandangan Rara dan Gita beralih ke arah yang sama dengan pandangan Nona, mata mereka melihat tiga orang laki-laki yang sedang melihat ke arah meja-meja di ruangan outdoor ini, mungkin sedang mencari dimana mereka bisa untuk duduk. Tiga orang laki-laki dengan seragam hijau hitam lorengnya lengkap dengan sepatu sepatu khas mereka, Rara dan Gita kenal dengan salah satu di antara tiga anggota TNI itu, yang tubuhnya sedikit lebih pendek dari dua temannya adalah suami dari Nona. Ya, Nona adalah seorang ibu persit yang memiliki seorang suami dengan pangkat Lettu dan bertugas di sebuah Batalyon dekat dengan kawasan mereka tinggal.

“Abang,” teriak Nona sambil melambaikan tangannya ke arah suaminya, seketika lambaian tangan itu terbalas begitu suaminya menatap ke arah mereka, dan mengajak kedua temannya untuk menuju ke tempat dimana istrinya duduk.

“Duduk pak Revan, pak Deno,” Nona mempersilahkan kedua teman suaminya untuk duduk di kursi yang tersedia. Keduanya kompak mengangguk dan mengucapkan terima kasih, setelah itu duduk di kursi yang saling berhadapan dengan Rara dan Gita.  Revan duduk di kursi yang tepat berada di depan Rara, dan sekilas tatapan mereka bertemu membuat Rara segera memalingkan wajahnya ke arah lain.

Rara dan Gita lebih banyak terdiam dan hanya menyimak obrolan Nona bersama tiga orang laki-laki itu. Rara sejak tadi selalu mencuri pandang ke arah Revan, ia merasa jika laki-laki itu bernama Revan itu mempunyai daya tarik yang membuat Rara tidak bisa berhenti untuk tidak melirik ke arah Revan. Rara merasa jika Revan ini adalah laki-laki yang humble dan seru kalau diajak bercerita.

“Ampun dah ah, gue kenapa jadi natap-natap dia terus ya, emang sih tipe gue banget kalau masalah fisiknya, tapi gimana kalau ni orang udah nikah, kan gak lucu,” batin Rara mulai meracau.

Rara tersentak ketika lengannya di goyangkan pelan oleh Gita, membuat Rata menoleh ke arah sepupunya itu.

“Kenapa?” Tanya Rara pelan.

“Pulang yuk, udah hampir maghrib ini,” ucapan Gita membuat Rara melihat smartwatch di pergelangan tangan kirinya, dan ternyata sudah pukul 17.26.

“Ya udah yuk, pamit dulu sama Nona,” balas Rara yang sebenarnya ingin berlama-lama disini, karena ia masih betah untuk melirik tipis-tipis ke arah Revan.

“Non, kita pamit dulu ya, mau maghrib ini bentar lagi laki gue pulang kerja,” ucap Gita dan membuat Nona sedikit cemberut.

“Yah padahal baru bentar kita duduk udah pulang aja,” ucap Nona merengut.

,

“Ye si kampret, dari tadi elu nganggurin kita, malah sibuk ngobrol sama para halo dek ini,” batin Rara.

Rara dan Gita meninggalkan meja setelah berpamitan pulang pada semuanya, dan kini mereka sudah berada di dalam mobil HRV keluaran tahun 2019 warna putih milik Rara. Mereka beruntung karena cafe milik Nona tidak berada jauh dari rumah mereka, dan mereka tidak perlu terjebak macet panjang di jam pulang kerja ini. Kini Rara tengah melajukan mobil menuju rumah Gita yang berbeda enam blok dari rumahnya.

“Eh Ra, tadi kan Nona bilang kalau dia akhirnya punya seseorang yang akan dia kenalin ke lu, dan dia natap ke arah suaminya yang datang bareng pak Revan dan pak Deno itu, kira-kira siapa ya yang bakal dia kenalin ke lu, yang pasti bukan laki dia,” ucap Gita.

Rara menggelengkan kepala dan menatap jengah ke arah Gita, “Gila lu, ya kali ngenalin suaminya ke gue,” ketus Rara.

“Terus siapa Ra, gue penasaran nih, masa elu kagak penasaran sih, mana pak Revan sama pak Reno tipe-tipe cowok gentle banget kalau dilihat-lihat. Pak Revan kalau dari wajah kayaknya orang Sumatra gitu kayaknya, wajah-wajah Melayu gitu, kalau pak Deno manis banget wajah timurnya, apalagi gingsulnya itu,” Gita berbicara dengan begitu antusias.

“Kenapa jadi elu yang kesenengan sih Git, gimana kalau dua-duanya udah punya istri, kan rugi udah dipuji-puji,” balas Rara tanpa menoleh ke arah Gita.

“Ya kan gak mungkin Nona mau ngenalin lu ke laki-laki beristri, bisa jadi mereka ini jomblo atau mungkin salah-satunya dari  mereka yang jomblo, dan bakalan jadi jodoh lu,” Gita masih terlalu bersemangat untuk berbicara.

“Mending lu turun deh, udah sampai rumah lu ini, noh lihat mobil laki lu udah ada,” ucap Rara sambil menunjuk sebuah mobil yang terparkir di depan rumah Gita.

“Ya udah deh duluan ya, lu hati-hati pulangnya, nanti gue bakalan nanya sama Nona, yang mana mau di kenalin ke lu,” ujar Rara lalu menutup pintu mobil dan berjalan santai memasuki pagar rumahnya.

Rara menghela nafasnya, lalu menjalankan mobilnya untuk menuju rumahnya, sepanjang jalan ia masih terus memikirkan wajah dan suara Revan, walaupun beberapa menit kemudian ia mencoba mengusir semua hal itu dari pikirannya. Rara sebenarnya juga lelah dengan kehidupannya yang belum menemukan jodoh ini, bohong jika ia mengatakan bahwa ia tidak terlalu memikirkan sebuah pernikahan, nyatanya hal itulah yang mengusiknya setiap malam. Bayangan tentang kesendirian yang terus menghantui jelas saja membuat Rara frustasi, bahkan terkadang ia menangis sejadi-jadinya ketika mulai meratapi nasibnya, namun di pagi hari ia akan terbangun sebagai sosok yang kuat dan ceria seolah tidak memiliki sedikitpun masalah. 

Malam ini Rara sedang menikmati langit kelam lewat jendela kamarnya yang ia biarkan terbuka. Walaupun tidak di temani jutaan bintang, langit malam tetap saja indah di mata Rara hanya dengan cahaya bulan yang begitu temaram di balik awan.

“Gue bakalan bisa nikah gak ya kayak yang lain?” ucapnya pada angin malam, beberapa suara jangkrik di kejauhan seolah menjawab pertanyaan yang Rara lontarkan.

Kepalanya masih menengadah menatap bulan yang tampak malu bersembunyi, dalam hatinya ia berdoa semoga hari esok lebih baik dari hari ini dan tidak mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat harinya menjadi tidak menyenangkan.

Rara menoleh ketika mendengar ponselnya berdering di atas tempat tidur, dengan malas ia beranjak untuk melihat siapa yang menelponnya, dan ternyata itu panggilan dari Nona.

“Halo Non,” ucap Rara.

“Ra, lu kalau gue kenalin sama bang Revan mau gak, temen suami gue yang tadi duduk depan lu itu, dia itu belum nikah Ra, umurnya setahun di atas kita, gimana mau gak?” Tanya Nona tanpa basa basi di seberang telepon sana.

Rara terdiam sebentar karena ia tidak tahu harus menjawab apa, ia tengah merangkai berbagai kata untuk menjawab pertanyaan ajaib yang Nona tanyakan.

“Gue harus jawab apa Non?” Tanya Rara dengan nada bicara sedikit bingung.

“Mau aja ya, nanti gue kenalin,” ucap Nona semangat.

“Kalau dia gak mau sama gue gimana? Kan lu tahu sendiri Non, udah berapa banyak kalian kenalin gue ke cowok-cowok tapi gak pernah ada yang tertarik pengen kenalan sama gue, dan kali ini gue gak mau itu terulang lagi Non, gue takutnya bakal mudah berharap lebih, ujung-ujungnya bakalan sakit sendiri, jujur gue capek Non,” jawab Rara panjang lebar, kini air matanya hampir jatuh namun masih ia tahan dengan sekuat tenaga agar tidak meluncur bebas mengaliri pipinya.

“Gue gak bermaksud menggali luka lama lu Ra, gue cuma pengen berusaha buat nyariin lu pasangan, maaf kalau niat gue ini bikin lu teringat luka lama dan malah berhasil noreh luka baru di hati lu,” nada suara Nona yang awalnya begitu semangat kini langsung lemah merasa bersalah kepada Rara.

“Gak usah ngerasa bersalah gitu Non, gue aja emang yang belum siap untuk berharap dulu, lu gak salah kok. Udah dulu ya Non, gue dipanggil nyokap tu,” bohong Rara. Sebenarnya ia sudah tidak sanggup lagi untuk berbicara, ia tiba-tiba saja ingin menangis entah apa penyebabnya.

“Ra, maafin gue ya, jangan marah sama gue,” ucap Nona penuh penyesalan.

“Udah gue bilang lu gak salah, serius deh nyokap gue manggil, nanti gue telpon lu lagi deh, oke” balas Rara tanpa menunggu jawaban Nona langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Nona, dan kini tangis itu pecah tanpa suara, bahu Rara berguncang hebat karena menahan tangisnya agar tidak mengeluarkan suara. Hanya perkara jodoh saja yang bisa membuat Rara menjadi selemah ini.

Terpopuler

Comments

Rita Murwanti

Rita Murwanti

Thor Nina apa Rara sich tadi

2025-02-26

0

Yani

Yani

Semoga Revan jodoh Rara 🤲

2024-10-10

0

Tri Handayani

Tri Handayani

berharap semoga bang revan bneran berjodoh dgn kamu'Ra

2024-10-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!