Si Perawan Tua Bertemu Cintanya
Gadis dengan rambut potongan layer sepunggung itu hendak beranjak menuju kamarnya, suasana bising di ruang keluarga membuat kepalanya berdenyut. Namun langkah kaki yang hendak ia ayunkan seolah terpaku di lantai tanpa bisa di angkat.
“Kalau dinasehati pasti selalu sok ngambek, kami itu sayang sama kamu, peduli sama kamu makanya kami selalu sarankan kamu untuk cepat-cepat menikah,” itu adalah suara tante Ati, tante yang paling dia benci di muka bumi ini. Suara angsa yang kasar bahkan jauh lebih indah di telinga gadis berusia 31 tahun itu daripada suara adik dari mamanya ini.
“Maaf tante, saya gak butuh saran dari kalian, saya rasa kalian mengurusi hidup saya bukan karena sayang dan peduli dengan saya, tapi karena kalian memang ingin selalu mengejek saya dengan dalih nasehat itu, lagi pula yang selama ini saya dapatkan itu bukan nasehat melainkan sebuah sindiran dan ejekan untuk saya. Status perawan tua saya ini seolah menjadi topik komedi paling menyenangkan bagi kalian semua,” emosinya kini memuncak. Selama ini ia hanya diam ketika menjadi bahan candaan di depan keluarganya. Namun kali ini kesabarannya sudah ia kurung di tempat terdalam di hatinya, ia tidak ingin lagi menjadi sabar dan sopan karena hal itu tidak membuatnya dihargai malah semakin di injak, hari ini ia ingin menjadi gadis bermulut pedas, ia tidak peduli lagi jika setelah ini mamanya akan marah padanya.
“Mbak, lihat anakmu ini, sudah berani bersikap gak sopan sama saya,” teriak tante Ati mengadu ke seorang ibu yang mengenakan daster berwarna hitam dengan motif bunga kecil-kecil berwarna putih.
“Memangnya tante pernah bersikap sopan? Jangan cuma menilai orang lain kurang ajar, sedangkan tante sendiri pun tidak kalah kurang ajar seperti itu, ngaca tante , itu cermin besar di sebelah sana, kalau memang tujuan tante datang kemari cuma untuk menertawakan saya, mending tante dan keluarga tante jangan pernah kembali lagi kesini,” ketus gadis itu, lalu melangkahkan kaki menuju kamarnya. Ia tidak peduli dengan berbagai kata yang tante Ati ucapkan dibelakangnya. Ia harus menjaga kewarasan pikirannya dengan berani melawan orang-orang penambah masalah dalam hidupnya seperti adik sang mamanya itu.
Gadis bernama Amira Balqis atau akrab dengan sapaan Rara itu memang masih belum bertemu dengan jodohnya di usia yang sudah menginjak angka 31 tahun itu, dan ia adalah jomblo sejak lahir. Entah sebuah predikat yang harus diapresiasi atau mungkin di kasihani. Tidak pernah sekalipun dalam perjalanan hidupnya ia menerima tawaran pacaran dari seorang laki-laki sampai usianya sudah sematang ini. Terkadang ia mematut dirinya di depan cermin, dan mencoba menelisik setiap sudut wajah dan tubuhnya.
“Gue gak jelek-jelek amat kok,” ucapnya memegangi wajahnya.
Tingginya hanya 162 cm dengan berat badan 53 kg, tidak kegemukan dan juga tidak terlalu kurus, kulitnya yang kuning langsat terlihat bersih karena memang ia rutin merawat diri dengan berlulur dan juga memakai skincare. Matanya berukuran normal, bukan yang belo ataupun sipit, hidungnya kecil tidak begitu mancung dan bibirnya termasuk kategori bibir natural dengan ukuran bibir atas sedikit lebih tipis dari bibir bawahnya.
Proporsi wajahnya dan tubuhnya terlihat seperti artis Maudy Ayunda namun jika rating Maudy Ayunda adalah 10 /10, maka Rara akan mendapatkan nilai 7,5/10 atau mungkin 7/10.
“Apa gue sejelek itu ya, sampai-sampai gak pernah ada yang naksir sama gue, mulai dari SMP dulu temen-temen gue udah pada pacaran, bahkan si Ika waktu SMP pacarnya sampe tiga, gue cuma kebagian bengongnya doang ngeliat temen-temen pacaran. SMA dulu pengen banget pacaran tapi nungguin sampai tamat gak ada yang nembak, kuliah pun gak ada lirik, eh sampai kerja pun tetap jomblo,” keluhnya di depan cermin.
Saat ini Rara tercatat sebagai seorang PNS dengan klasifikasi golongan III/c di divisi Inspektorat Jenderal Minyak Bumi dan Gas di bawah naungan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral atau lebih dikenal dengan sebutan Kementerian ESDM. Urusan gaji ia sudah mengantongi gaji pokok beserta segala macam tunjungan hingga menyentuh angka 23 juta perbulan. Rara adalah anak yang mandiri tanpa terlalu banyak menjadi beban keluarga, bahkan sejak kuliah ia sudah mendapatkan beasiswa.
Diluar sana banyak yang iri dengan keberhasilan Rara, tanpa mereka tau apa yang Rara sembunyikan di balik keberhasilan yang dilihat oleh orang-orang. Mereka tidak tahu bagaimana frustasinya Rara menghadapi semua pertanyaan yang hampir setiap hari ia terima. Pertanyaan yang seolah wajib diberikan bagi setiap gadis di Indonesia ketika mereka sudah melewati umur 25 tahun namun belum juga menikah.
Ada yang sekedar memberi nasehat dengan kata-kata, “Tenang aja Ra, jodoh pasti akan datang di waktu yang tepat, walaupun kata-kata mereka bikin kamu sakit hati, di lupain aja Ra, jangan sampai kata-kata itu membuat kamu terpuruk,”. Rara bahagia ketika ada yang berbicara positif padanya, namun tak jarang ia juga menerima kata-kata yang sangat menyakitkan. Misalnya, “Gak usah banyak pilih, umur lu udah tua, ntar yang pantas buat lu cuma aki-aki,” atau “Target lu setinggi apa sih, gak usah mimpi ketinggian, wong elunya juga gak cakep kok, sadar diri itu penting Ra, atau lu mau gue kenalin sama temen suami gue, dia duda anaknya 3, yang pertama udah nikah, yang terakhir kalau gak salah udah SMA, gimana apa perlu gue urus?” Itu adalah tawaran dari Nina tetangganya Rara yang menikah ketika baru tamat SMA karena ketahuan sudah hamil 7 bulan.
Belum lagi berbagai pertanyaan yang didapatkan dari pihak keluarganya sendiri, bahkan yang lebih parahnya, sang mama juga akan ikut-ikutan ketika yang lain sedang membullynya. Hanya kamarnya lah yang paham segala keluh kesah yang Rara ucapkan setiap malam sambil menangis.
Rara terkadang lelah dengan semua bentuk perjodohan dan jenis laki-laki yang ditawarkan padanya, akan tetapi tidak pernah ada satupun yang menawarkan hal baik padanya, ia pernah ditawar untuk dikenalkan dengan pria lajang namun sudah berusia di atas 50 tahun, ditawarkan dengan duda tua yang sudah bercucu, bahkan pernah di kenalkan dengan seorang laki-laki yang sedikit kurang dalam kewarasan namun bukan berarti gila.
“Gue harus kemana dan dengan cara apa sih buat nyari laki, susah banget dah dapatnya, kok orang lain mudah-mudah aja dapat pasangan, baru juga putus dengan yang lama, eh yang baru udah pada ngantri, apa jangan-jangan gue ini gak terlihat ya di mata-mata laki-laki,” ucap frustasi mengacak rambut.
“Tapi bodo amat ah, pasti Allah udah nyiapin jodoh buat gue, mungkin sekarang lagi nyasar, atau mungkin datangnya jauh dari Korea tapi naik sepeda, kan lama tuh prosesnya, tungguin aja deh,” lanjutnya persis orang gila di depan cermin, lalu merebahkan tubuhnya ke atas kasur empuk di kamarnya yang didominasi warna putih dan kuning itu, memikirkan jodoh memang sangat menguras tenaga.
****
Mohon dukungannya untuk karya terbaru aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Tri Handayani
sabar ra'jodoh pasti datang jika sudah waktunya,q jg dlu menikah saat umur 31th.
2024-10-07
1
Yani
Aku mampir thor
Kisah Rara mirip sama kisah hidupku aku nikah usia 35 Th
2024-10-07
0
Khafiza Achmad
sabar kak,ttp ada kok jodohnya,semangat mencari jodohnya🤭🤭🤭
2024-10-07
2