Life After Stun

Life After Stun

Awal mula

Miyako, tanpa nama kepanjangan, itulah namanya.

Kenapa? Karna ia sendiri sudah melupakannya sejak lama. Dulu dia adalah seorang putri bangsawan belanda yang lahir sembilan tahun sebelum kemerdekaan. Hidupnya serba berkecukupan dan menjunjung hormat dari marga keluraganya.

Dulu dia sangat membanggakan marganya, namun pada awal mula kemerdekaan yang di deklarasikan Indonesia, Miyako menerima permintaan dari ayahnya untuk tidak pernah menyebut nyebut lagi nama keluarga pada siapapun.Tidak tahu menahu apa maksud yang ada di baliknya,Miyako tetap mengiyakan permintaan itu dengan sepenuh hati.

Tapi Sebenarnya apa yang terjadi saat itu hingga akhirnya Miyako sendiri benar benar melupakan nama keluarga yang pernah benar benar di banggakannya itu? Entahlah, Miyako tidak bisa mengingatnya karna itu sudah sangat lama sekali.

Saat ini usia miyako 87 tahun, dan telah banyak yang hilang dari hidupnya. Dia tidak memiliki keinginan birahi, tidak memiliki ketertarikan duniawi, tidak memiliki minat hidup lagi dan merasa tidak memiliki harapan lagi.Semua orang yang mengenalnya telah menghilang darinya, Miyako benar benar merasa sendirian di dunia ini.

Dulu dia pernah di karuniai satu orang anak perempuan dari seorang laki-laki yang dulu pernah jatuh cinta padanya. Namun laki laki itu, meninggal bahkan sebelum melahirkan anak yang di kandungnya. Miyako pun membesarkan bayi yang dilahirkannya seorang diri hingga bayi itu akhirnya menjadi seorang gadis yang sangat cantik sepertinya.Namun setelah sang anak berusia 20 tahun dan memiliki kehendak sendiri, ia akhirnya menemukan pasangan hidupnya. Miyako pun di tinggalkan dan hidupnya mulai menjadi benar benar sendirian. Karna bagi Miyako,kehadiran sang anak adalah satu satunya cara ia dapat menganggap bahwa mendiang suami selalu ada bersamanya. Miyako pun menjadi Seorang nenek tanpa pekerjaan, tanpa kerabat,dan tanpa semangat. Namun setidaknya dia masih berpikir untuk tidak mati kelaparan dan tetap bertahan hidup semampunya.

Setelah puluhan tahun kemudian, akhirnya ia memutuskan untuk menjual rumah peninggalan keluarganya yang sudah lama di tinggalkan untuk kelangsungan hidupnya.Iapun mendapat nilai uang yang bisa mencukupi nya untuk hidup selama tiga tahun ini di sebuah rumah sewa yang sederhana. Pada awalnya Miyako hendak membeli rumah itu, namun pemilik rumah menolaknya karna 'itu pesan dari para pendahulunya' katanya. Akhirnya karna sudah kepalang sampai di tempat, Miyako pun menerimanya sebagai rumah sewa.

Namun masalahnya besok adalah hari penagihan dan miyako telah kehabisan uangnya. Dia berpikir, apakah mungkin ia harus mencari pekerjaan? Atau segera pergi dari rumah itu?. Tapi kemana? Miyako sendiri hanya bisa berjalan tidak lebih dari dua kilometer pada usianya saat ini. Mustahil dia akan melakukan hal yang terlalu di paksakan.

Keesokan harinya,benar saja pemilik rumah pun datang padanya.

'Nek! Bayaran,, bayaran,, mana? '

Nada tidak mengenakkan itu, sudah rutin terjadi hampir setiap bulan atau mungkin setiap hari.

Padahal usia wanita itu lebih muda 30 tahun dari Miyako, tapi miyako tidak pernah mendapat rasa hormat sebagai wanita yang lebih tua darinya. Miyako pernah mendengar satu hal, yang membuatnya selalu menjadi bahan olokan orang-orang di desa ini hingga nyaris tidak ada yang menghormatinya temasuk wanita pemilik rumah nya yang baru saja datang itu,adalah karna nama miyako sama dengan merek penanak nasi di masing masing rumah mereka. Dan lagi Miyako sadar, mungkin karna usia nya yang sudah tua iapun menjadi bodoh dan mudah di ganggu.

''Maaf nunu, buat bulan ini nenek kehabisan uang" Balas Miyako pada nunu selaku pemilik rumah yang di kontraknya.

"Gak ada uang? Serius nek? "  Tanya nunu dengan nada tidak menduga.

"Iya nunu,,uang nenek habis"

"Terus siapa yang bakal bayarin buat tagihannya? "

Miyako terdiam, ia pun bingung harus menjawab apa.

"Nek!,, enggak enggak,, pokok nya jangan bohong deh nek, gak usah bercanda udah tua mah"  Nunu bersuara lagi sambil menggelengkan kepalanya.

"Enggak nunu, nenek bilang yang sebenernya, cuma nenek juga bingung nenek sekarang lagi gak punya uang"  Miyako akhirnya membalas dengan suaranya yang sudah serak seperti biasa.

"Pokoknya setelah ini, nunu gak mau tau ya nek,, dalam seminggu uang sewanya harus udah ada! " Tepat setelah mengatakan itu, nunu pun pergi begitu saja dengan wajah ketus.

Seminggu?

Sementara itu Miyako yang tidak di beri kesempatan untuk membalas lagi, hanya dapat menghela nafas berat.setelah berfikir keras selama berjam jam,tetap saja Miyako hanya terpikir satu solusi walaupun ia sudah berusaha menepisnya. Yaitu Menjual cincin pernikahan.

Malam itu, untuk pertama kalinya lagi Miyako merasa sangat khawatir terhadap nasib dirinya.Dengan tubuhnya yang rapuh ia memeluk dirinya sendiri di antara senggukan tangisnya yang lemah. Miyako sudah lelah, dia ingin menyerah untuk hidupnya. Dan itu bukanlah pikiran pertamanya, dia sudah pernah berkali kali mencoba mengakhiri hidupnya saat muda. Ya bukan hanya setelah menjadi nenek tua, bahkan saat masih muda Miyako sudah tidak memiliki gairah hidup lagi. Hidupnya sudah membosankan sejak dulu. Tapi apa yang membuatnya berpikir untuk tetap bertahan hingga saat ini?. Kenapa Miyako berhasil melewati masa masa sulit yang selalu ditemuinya itu?.

Tiba tiba saja Miyako teringat dengan mendiang suaminya,dan kemudian tangisnya mulai berhenti. Kedua tangannya perlahan turun dari memeluk dirinya sendiri.Kemudian kedua mata Miyako yang beberapa bulan terakhir ini berubah menjadi warna abu abu gelap karna faktor usianya itu, menatap jari manis tangan kirinya. Di sana terpasang sebuah cincin yang di berikan mendiang suaminya saat pernikahan. Tiba tiba hatinya terasa menyesak,'apa mungkin ini hanyalah satu satunya cara saat ini? ' pikir Miyako saat itu. Miyako menggeleng, 'bagaimana mungkin? Itu adalah kenangan terakhir yang di milikinya'.

Setelah beberapa saat bersedih di atas shofa ruang tamu itu, Miyako pun mulai beranjak berdiri dan berjalan beberapa langkah mendekati sebuah radio.Lalu seperti biasa,pada jam jam ini miyako pun mulai menyetel radio dan mendengarkan murottal dari nya. Ya tidak lebih itu hanyalah kebiasaannya saja,bukan berarti Miyako mengerti apa yang di dengarnya. Miyako sendiri sudah tidak ingat mulai kapan ia selalu melakukannya hingga saat ini. Yang pasti Miyako merasa sesuatu yang di dengarnya itu adalah hal terindah yang selalu berhasil menenangkan hatinya. Beberapa lama kemudian tidak terasa kantuk mulai menyerang dan tidak tertahankan lagi, akhirnya Miyako pun tertidur di atas shofa dengan radio yang masih menyala.

Hujan turun di waktu sepertiga malam dengan kilatan kilatan yang terus terlihat di langit, hal itu menjadikan malam ini terlihat sangat mengerikan di luar. Ya  di luar, 'jika tetap di dalam rumah kamu akan baik baik saja, namun pastikan untuk sementara ini jangan menggunakan listrik kecuali lampu karna sedang terjadi masalah dalam aliran listrik di seluruh kota ini'. Itu adalah suara radio yang menyala mengisi keheningan di rumah Miyako.Dan sesaat setelah itu, miyako pun terbangun. Bukan karna suara radio atau petir yang mengganggu nya -karna pendengaran Miyako memang tidak senormal itu lagi- ,namun yang membuatnya terbangun adalah karna cuaca dingin yang menyerang tubuhnya.

Miyako tersadar dirinya tertidur di sofa dan belum mematikan radio. Dia pun mulai beranjak berdiri menghampiri radio tersebut lalu meng'of'kannya. Kemudian miyako berjalan lamban menuju kamar untuk tidur kembali.

Sebentar sebentar suara kilat terus terdengar,suara ranting ranting daun yang saling bergesekan terus menerus menandakan bagaimana hebatnya angin di luar sana. Miyako tidak bisa tertidur kembali walau sudah memejamkan matanya dan membalut dirinya dengan selimut yang tebal. Kemudian tiba tiba perutnya berbunyi,menyadarkan miyako bahwa dirinya belum mengisi perut sejak siang tadi. Mungkin karna itulah,tubuhnya menolak untuk kembali melanjutkan tidur. Miyako berpikir,'kalau begitu ia akan memanaskan nasi dan makan'.

Miyako cepat bertindak, ia menanggalkan selimutnya kemudian bangkit dengan menahan kantuk menuju dapur. Setelah Miyako menyiapkan air dan memindahkan nasi dingin ke puring nasi, ia tertahan sejenak saat meraih steker kabel. Menatap sepasang mata steker di saat dunia sudah membosankan seperti ini, Miyako berpikir apakah steker itu bisa membunuhnya?. Kemudian tanpa berpikir panjang, ia pun memasangkan steker tersebut pada lubang hidungnya.

1 2 3 di hitung dengan lambat,Miyako mendapati dirinya masih baik baik saja. Ia menarik nafas sambil melepaskan steker yang tadi terhubung dengan hidungnya itu. Tentu saja tidak akan ada yang terjadi hanya dengan memasukan steker ke dalam lubang hidung,dan Miyako tahu itu.Karna itu ia pun melakukan nya. Miyako melakukannya karna ia sendiri tidak benar benar bepikir untuk mengakhiri hidupnya.

Kemudian kedua mata Miyako turun menatap penanak nasi di hadapannya. Penanak nasi dengan merek Cosmos yang sudah menemaninya bertahan hidup selama bertahun-tahun ini. Dan miyako pun teringat apa yang dia tahu tentang orang orang di desa ini.

Mereka menggunakan merek Miyako.

Miyako selalu berpikir,Apakah jika namanya mirip dengan merek penanak nasi di rumah mereka, miyako pun pantas di usili? Di ganggu? Di cemooh? Hanya karna namanya juga Miyako? . Miyako juga kadang berpikir, 'kenapa pemilik perusahaan miyako memberi nama Miyako pada produk mereka?'.

Apakah karna memang agar dunia ini bisa mencemoohnya di masa tua?.

Miyako memang sudah tua, dan sebentar lagi ia juga akan menepati usia 88 tahun. Angka yang indah. Namun walau begitu, pemikiran miyako juga tidak sebodoh itu.Miyako belum pikun, dia hanya melupakan beberapa hal namun tetap memiliki ingatan yang baik. Namun orang orang selalu memandangnya begitu saja sebagai nenek tua pikun dan mulai bodoh. Baiklah, miyako sudah lapar dan berhenti mempertanyakan nasibnya lagi.Ia pun mulai mencolokkan steker kabel pada stop kontak tanpa menduga sesuatu yang besar akan terjadi padanya.

Saat sepasang mata steker terhubung, saat itu juga suara petir paling besar di antara yang berdatangan sedari tadi terdengar Menggelegar.Menambah kengerian malam itu semakin terasa hingga ke setiap rumah di desa itu dan bahkan hingga ke beberapa desa yang lain. Namun yang pasti jika seseorang melihat langit saat ini, pastilah ia tahu pusat dari kilatan petir tersebut adalah dari langit di atas rumah miyako.

Dan saat itu terjadi tiba tiba saja, tubuh miyako bergetar hebat seakan seluruh setrum yang terkandung dalam tubuhnya memaksa keluar dengan cepat. Dan seakan listrik yang seharusnya mengalir pada penanak nasi Cosmos dari steker yang di pegangnya itu,ikut bergejolak keluar tepat melewati jari jari di tangannya. Hingga sembilan detik kemudian, tubuh miyako pun kaku dan kesadarannya menghilang.

...

Terpopuler

Comments

Momy muda

Momy muda

Hallo, Momy Muda mampir... btw Miyako, apakah masih hidup? sepertinya beliau di sambar petir /Scowl/

2025-01-13

1

𓆩🇸🇦ولاJis𓆪

𓆩🇸🇦ولاJis𓆪

wallpaper nya mirip muka nya Naruto /Shy//Shy//Shy/

2025-01-09

2

Reogkhentir

Reogkhentir

Permulaan kesah masih membingungkan, kenapa harus menghilangkan dan melupakan marga kebanggaannya 🤔

2025-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!