Miyako, tanpa nama kepanjangan, itulah namanya.
Kenapa? Karna ia sendiri sudah melupakannya sejak lama. Dulu dia adalah seorang putri bangsawan belanda yang lahir sembilan tahun sebelum kemerdekaan. Hidupnya serba berkecukupan dan menjunjung hormat dari marga keluraganya.
Dulu dia sangat membanggakan marganya, namun pada awal mula kemerdekaan yang di deklarasikan Indonesia, Miyako menerima permintaan dari ayahnya untuk tidak pernah menyebut nyebut lagi nama keluarga pada siapapun.Tidak tahu menahu apa maksud yang ada di baliknya,Miyako tetap mengiyakan permintaan itu dengan sepenuh hati.
Tapi Sebenarnya apa yang terjadi saat itu hingga akhirnya Miyako sendiri benar benar melupakan nama keluarga yang pernah benar benar di banggakannya itu? Entahlah, Miyako tidak bisa mengingatnya karna itu sudah sangat lama sekali.
Saat ini usia miyako 87 tahun, dan telah banyak yang hilang dari hidupnya. Dia tidak memiliki keinginan birahi, tidak memiliki ketertarikan duniawi, tidak memiliki minat hidup lagi dan merasa tidak memiliki harapan lagi.Semua orang yang mengenalnya telah menghilang darinya, Miyako benar benar merasa sendirian di dunia ini.
Dulu dia pernah di karuniai satu orang anak perempuan dari seorang laki-laki yang dulu pernah jatuh cinta padanya. Namun laki laki itu, meninggal bahkan sebelum melahirkan anak yang di kandungnya. Miyako pun membesarkan bayi yang dilahirkannya seorang diri hingga bayi itu akhirnya menjadi seorang gadis yang sangat cantik sepertinya.Namun setelah sang anak berusia 20 tahun dan memiliki kehendak sendiri, ia akhirnya menemukan pasangan hidupnya. Miyako pun di tinggalkan dan hidupnya mulai menjadi benar benar sendirian. Karna bagi Miyako,kehadiran sang anak adalah satu satunya cara ia dapat menganggap bahwa mendiang suami selalu ada bersamanya. Miyako pun menjadi Seorang nenek tanpa pekerjaan, tanpa kerabat,dan tanpa semangat. Namun setidaknya dia masih berpikir untuk tidak mati kelaparan dan tetap bertahan hidup semampunya.
Setelah puluhan tahun kemudian, akhirnya ia memutuskan untuk menjual rumah peninggalan keluarganya yang sudah lama di tinggalkan untuk kelangsungan hidupnya.Iapun mendapat nilai uang yang bisa mencukupi nya untuk hidup selama tiga tahun ini di sebuah rumah sewa yang sederhana. Pada awalnya Miyako hendak membeli rumah itu, namun pemilik rumah menolaknya karna 'itu pesan dari para pendahulunya' katanya. Akhirnya karna sudah kepalang sampai di tempat, Miyako pun menerimanya sebagai rumah sewa.
Namun masalahnya besok adalah hari penagihan dan miyako telah kehabisan uangnya. Dia berpikir, apakah mungkin ia harus mencari pekerjaan? Atau segera pergi dari rumah itu?. Tapi kemana? Miyako sendiri hanya bisa berjalan tidak lebih dari dua kilometer pada usianya saat ini. Mustahil dia akan melakukan hal yang terlalu di paksakan.
Keesokan harinya,benar saja pemilik rumah pun datang padanya.
'Nek! Bayaran,, bayaran,, mana? '
Nada tidak mengenakkan itu, sudah rutin terjadi hampir setiap bulan atau mungkin setiap hari.
Padahal usia wanita itu lebih muda 30 tahun dari Miyako, tapi miyako tidak pernah mendapat rasa hormat sebagai wanita yang lebih tua darinya. Miyako pernah mendengar satu hal, yang membuatnya selalu menjadi bahan olokan orang-orang di desa ini hingga nyaris tidak ada yang menghormatinya temasuk wanita pemilik rumah nya yang baru saja datang itu,adalah karna nama miyako sama dengan merek penanak nasi di masing masing rumah mereka. Dan lagi Miyako sadar, mungkin karna usia nya yang sudah tua iapun menjadi bodoh dan mudah di ganggu.
''Maaf nunu, buat bulan ini nenek kehabisan uang" Balas Miyako pada nunu selaku pemilik rumah yang di kontraknya.
"Gak ada uang? Serius nek? " Tanya nunu dengan nada tidak menduga.
"Iya nunu,,uang nenek habis"
"Terus siapa yang bakal bayarin buat tagihannya? "
Miyako terdiam, ia pun bingung harus menjawab apa.
"Nek!,, enggak enggak,, pokok nya jangan bohong deh nek, gak usah bercanda udah tua mah" Nunu bersuara lagi sambil menggelengkan kepalanya.
"Enggak nunu, nenek bilang yang sebenernya, cuma nenek juga bingung nenek sekarang lagi gak punya uang" Miyako akhirnya membalas dengan suaranya yang sudah serak seperti biasa.
"Pokoknya setelah ini, nunu gak mau tau ya nek,, dalam seminggu uang sewanya harus udah ada! " Tepat setelah mengatakan itu, nunu pun pergi begitu saja dengan wajah ketus.
Seminggu?
Sementara itu Miyako yang tidak di beri kesempatan untuk membalas lagi, hanya dapat menghela nafas berat.setelah berfikir keras selama berjam jam,tetap saja Miyako hanya terpikir satu solusi walaupun ia sudah berusaha menepisnya. Yaitu Menjual cincin pernikahan.
Malam itu, untuk pertama kalinya lagi Miyako merasa sangat khawatir terhadap nasib dirinya.Dengan tubuhnya yang rapuh ia memeluk dirinya sendiri di antara senggukan tangisnya yang lemah. Miyako sudah lelah, dia ingin menyerah untuk hidupnya. Dan itu bukanlah pikiran pertamanya, dia sudah pernah berkali kali mencoba mengakhiri hidupnya saat muda. Ya bukan hanya setelah menjadi nenek tua, bahkan saat masih muda Miyako sudah tidak memiliki gairah hidup lagi. Hidupnya sudah membosankan sejak dulu. Tapi apa yang membuatnya berpikir untuk tetap bertahan hingga saat ini?. Kenapa Miyako berhasil melewati masa masa sulit yang selalu ditemuinya itu?.
Tiba tiba saja Miyako teringat dengan mendiang suaminya,dan kemudian tangisnya mulai berhenti. Kedua tangannya perlahan turun dari memeluk dirinya sendiri.Kemudian kedua mata Miyako yang beberapa bulan terakhir ini berubah menjadi warna abu abu gelap karna faktor usianya itu, menatap jari manis tangan kirinya. Di sana terpasang sebuah cincin yang di berikan mendiang suaminya saat pernikahan. Tiba tiba hatinya terasa menyesak,'apa mungkin ini hanyalah satu satunya cara saat ini? ' pikir Miyako saat itu. Miyako menggeleng, 'bagaimana mungkin? Itu adalah kenangan terakhir yang di milikinya'.
Setelah beberapa saat bersedih di atas shofa ruang tamu itu, Miyako pun mulai beranjak berdiri dan berjalan beberapa langkah mendekati sebuah radio.Lalu seperti biasa,pada jam jam ini miyako pun mulai menyetel radio dan mendengarkan murottal dari nya. Ya tidak lebih itu hanyalah kebiasaannya saja,bukan berarti Miyako mengerti apa yang di dengarnya. Miyako sendiri sudah tidak ingat mulai kapan ia selalu melakukannya hingga saat ini. Yang pasti Miyako merasa sesuatu yang di dengarnya itu adalah hal terindah yang selalu berhasil menenangkan hatinya. Beberapa lama kemudian tidak terasa kantuk mulai menyerang dan tidak tertahankan lagi, akhirnya Miyako pun tertidur di atas shofa dengan radio yang masih menyala.
Hujan turun di waktu sepertiga malam dengan kilatan kilatan yang terus terlihat di langit, hal itu menjadikan malam ini terlihat sangat mengerikan di luar. Ya di luar, 'jika tetap di dalam rumah kamu akan baik baik saja, namun pastikan untuk sementara ini jangan menggunakan listrik kecuali lampu karna sedang terjadi masalah dalam aliran listrik di seluruh kota ini'. Itu adalah suara radio yang menyala mengisi keheningan di rumah Miyako.Dan sesaat setelah itu, miyako pun terbangun. Bukan karna suara radio atau petir yang mengganggu nya -karna pendengaran Miyako memang tidak senormal itu lagi- ,namun yang membuatnya terbangun adalah karna cuaca dingin yang menyerang tubuhnya.
Miyako tersadar dirinya tertidur di sofa dan belum mematikan radio. Dia pun mulai beranjak berdiri menghampiri radio tersebut lalu meng'of'kannya. Kemudian miyako berjalan lamban menuju kamar untuk tidur kembali.
Sebentar sebentar suara kilat terus terdengar,suara ranting ranting daun yang saling bergesekan terus menerus menandakan bagaimana hebatnya angin di luar sana. Miyako tidak bisa tertidur kembali walau sudah memejamkan matanya dan membalut dirinya dengan selimut yang tebal. Kemudian tiba tiba perutnya berbunyi,menyadarkan miyako bahwa dirinya belum mengisi perut sejak siang tadi. Mungkin karna itulah,tubuhnya menolak untuk kembali melanjutkan tidur. Miyako berpikir,'kalau begitu ia akan memanaskan nasi dan makan'.
Miyako cepat bertindak, ia menanggalkan selimutnya kemudian bangkit dengan menahan kantuk menuju dapur. Setelah Miyako menyiapkan air dan memindahkan nasi dingin ke puring nasi, ia tertahan sejenak saat meraih steker kabel. Menatap sepasang mata steker di saat dunia sudah membosankan seperti ini, Miyako berpikir apakah steker itu bisa membunuhnya?. Kemudian tanpa berpikir panjang, ia pun memasangkan steker tersebut pada lubang hidungnya.
1 2 3 di hitung dengan lambat,Miyako mendapati dirinya masih baik baik saja. Ia menarik nafas sambil melepaskan steker yang tadi terhubung dengan hidungnya itu. Tentu saja tidak akan ada yang terjadi hanya dengan memasukan steker ke dalam lubang hidung,dan Miyako tahu itu.Karna itu ia pun melakukan nya. Miyako melakukannya karna ia sendiri tidak benar benar bepikir untuk mengakhiri hidupnya.
Kemudian kedua mata Miyako turun menatap penanak nasi di hadapannya. Penanak nasi dengan merek Cosmos yang sudah menemaninya bertahan hidup selama bertahun-tahun ini. Dan miyako pun teringat apa yang dia tahu tentang orang orang di desa ini.
Mereka menggunakan merek Miyako.
Miyako selalu berpikir,Apakah jika namanya mirip dengan merek penanak nasi di rumah mereka, miyako pun pantas di usili? Di ganggu? Di cemooh? Hanya karna namanya juga Miyako? . Miyako juga kadang berpikir, 'kenapa pemilik perusahaan miyako memberi nama Miyako pada produk mereka?'.
Apakah karna memang agar dunia ini bisa mencemoohnya di masa tua?.
Miyako memang sudah tua, dan sebentar lagi ia juga akan menepati usia 88 tahun. Angka yang indah. Namun walau begitu, pemikiran miyako juga tidak sebodoh itu.Miyako belum pikun, dia hanya melupakan beberapa hal namun tetap memiliki ingatan yang baik. Namun orang orang selalu memandangnya begitu saja sebagai nenek tua pikun dan mulai bodoh. Baiklah, miyako sudah lapar dan berhenti mempertanyakan nasibnya lagi.Ia pun mulai mencolokkan steker kabel pada stop kontak tanpa menduga sesuatu yang besar akan terjadi padanya.
Saat sepasang mata steker terhubung, saat itu juga suara petir paling besar di antara yang berdatangan sedari tadi terdengar Menggelegar.Menambah kengerian malam itu semakin terasa hingga ke setiap rumah di desa itu dan bahkan hingga ke beberapa desa yang lain. Namun yang pasti jika seseorang melihat langit saat ini, pastilah ia tahu pusat dari kilatan petir tersebut adalah dari langit di atas rumah miyako.
Dan saat itu terjadi tiba tiba saja, tubuh miyako bergetar hebat seakan seluruh setrum yang terkandung dalam tubuhnya memaksa keluar dengan cepat. Dan seakan listrik yang seharusnya mengalir pada penanak nasi Cosmos dari steker yang di pegangnya itu,ikut bergejolak keluar tepat melewati jari jari di tangannya. Hingga sembilan detik kemudian, tubuh miyako pun kaku dan kesadarannya menghilang.
...
Mulanya cahaya itu samar, hingga untuk ketiga kalinya Miyako mengerjap kan mata,akhirnya ia dapat melihat dengan jelas.
"Nona, silahkan, ini teh yang nona inginkan itu" Seorang pelayan paruh baya yang terlihat baru saja meletakkan secangkir teh itu berkata pada nona kecilnya yang sedang duduk di kursi dengan buku di tangannya.
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘱𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢, dan tidak butuh waktu lama untuk meyakininya miyako tahu nona muda berwajah cantik -antara Jepang dan belanda- yang memegang buku itu adalah dirinya yang masih berusia 9 tahun.
𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘪𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪 𝘢𝘭𝘢𝘮𝘪 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘶𝘫𝘶𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶?
Kemudian Miyako kecil mulai terlihat menerima teh yang di sediakan untuknya itu dengan wajah senang, "Akhirnya" Katanya.
"Tapi kenapa kamu membuatku terlalu lama menunggu? " Miyako kecil berkata lagi setelah menatap sesaat air teh dalam cangkir di tangannya dengan nada dingin.
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘰𝘮𝘣𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶. 𝘛𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘰𝘮𝘣𝘰𝘯𝘨? 𝘋𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘉𝘦𝘭𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘷𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘫𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘨𝘶𝘴 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘮𝘰𝘵𝘰 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯, 𝘢𝘱𝘢𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘪𝘯𝘺𝘢.
"Ampun nona, kami sudah mencari teh hitam ini semaksimal mungkin agar persis seperti yang ada di dalam buku yang nona bicarakan. Tapi belakangan ini pertanian para petani Indonesia sudah banyak di kuasai kembali oleh mereka, dan teh hitam ini sudah termasuk yang di ambil alih lagi oleh mereka" Jelas pelayan paruh baya itu dengan hati hati.
𝘔𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶, 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘥𝘪 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶. 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘱𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘢𝘯𝘥𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘑𝘦𝘱𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 1945 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘰𝘯𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨.𝘚𝘦𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘶𝘴𝘪𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘦𝘸𝘢𝘴𝘢, 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯.
"Meskipun begitu, aku tetap saja menanti teh ini terlalu lama" Kata Miyako kecil membalas pelayan di sampingnya masih dengan nada dingin.
"Ampun nona, selanjutnya hal ini tidak akan terjadi lagi" Balas pelayan tadi lalu meminta izin pergi.
Tidak lama kemudian setelah miyako kecil kembali melanjutkan buku bacaannya dan menghabiskan setengah cangkir teh, seseorang datang mengetuk pintu kamarnya lalu memberitahu bahwa sang ayah memanggilnya. Miyako kecil segera bangkit dari kursinya lalu menghampiri pintu dan meminta pelayan yang baru saja memanggilnya itu untuk mengantarnya ke ruangan sang ayah.
Sesampainya di sana, miyako 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 membuka pintu sedikit dan melapor bahwa dirinya datang. Sang ayah yang sedang terduduk di kursinya dan sudah menunggunya pun mempersilakan Miyako masuk dan duduk di hadapannya.
"Miyako, ada hal penting yang harus ayah katakan padamu" Kata tuan van dijk selaku ayah miyako dan kepala keluarga saat ini.
"Iya ayah, aku akan mendengarnya"
Balas Miyako kecil sambil tersenyum.
"Semenjak proklamasi kemerdekaan di umumkan, keadaan kita sudah tidak baik baik saja seperti dulu lagi."
"Ya aku tahu itu ayah, karna pemerintah kolonial belum kembali kita juga tidak dapat bertindak karna pemuda pemuda Indonesia yang terus memberontak akhir akhir ini, sementara Jepang sendiri tidak lagi memegang kontrol"
"Kamu memang anak yang cerdas, Miyako"
Mendengar pujian sang ayah, Miyako langsung merasa sangat senang dan tersenyum lebar.
"Tentu saja, karna aku adalah putri van dijk"
"Tapi mulai sekarang itulah yang ayah ingin katakan" Tuan van dijk terlihat lebih serius dari sebelumnya.
"Maksud ayah? "
"Di luar sana, Sekutu kita telah banyak yang menjadi korban tahanan , sasaran kekerasan dan bahkan pembunuhan oleh kelompok kelompok radikal yang sangat menentang keberadaan kita. Dan kejadian ini di sebut dengan masa bersiap"
"Masa bersiap?, apakah maksud ayah ini masanya kita untuk bersiap? Pergi ke mana?"
Dua Pengawal yang ada di ruangan tersebut, menatap Miyako tidak menduga dan menahan tawa sebisa mungkin. 'Baru juga di bilang cerdas' sirat mereka dalam hati.
Tuan van dijk menarik nafas dan menghembuskannya lembut, "Miyako, kelompok kelompok tersebut hanya mengarah pada orang orang seperti kita, dan tidak lama lagi mungkin mereka akan tiba di wilayah ini. Dan yang ingin ayah katakan adalah mulai sekarang jangan katakan lagi bahwa kamu adalah putri dari van dijk ataupun miyamoto untuk menghindari hal buruk yang akan terjadi"
Miyako kecil tidak langsung membalas, ia terdiam beberapa saat dengan perasaan yang tiba tiba saja bercampur aduk. Kenapa begitu? Apa maksudnya? Ayah? Apa kau ingin menjadikan aku orang lain?
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘳𝘶𝘱 𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢.𝘚𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩 𝘬𝘪𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘮, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶. 𝘋𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘶𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘬𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶.
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱, 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢.
𝘛𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘰𝘣𝘰𝘴 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩 𝘱𝘪𝘱𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘴𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘥𝘪𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶, 𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘪𝘣𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵.
Tiba tiba saja ruangan sudah berganti, kini miyako bukan lagi berada di ruangan sang ayah, melainkan ia sedang melihat dirinya sendiri yang sedang menangis dengan baju putih lusuh,rambut tidak rapi dan wajah kotor di sebuah ruangan yang juga banyak orang bernasib sepertinya.
"Kenapa kamu masih selalu menangis? " Seorang perempuan yang berusia lebih tua dari miyako kecil menegurnya dengan heran.
"Ini,, hiks aku,,hiks,semua,,hiks tidak mau,, " Miyako kecil membalas tidak jelas di sela sela isakannya.
"Padahal kita sudah dua minggu bekerja dan diam di tempat seperti ini, tapi sikap kamu seperti anak bangsawan yang terculik saja"
Mendengar apa yang baru saja di katakan 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨 yang baru menjadi temannya itu, miyako kecil segera menghentikan tangisannya dan memegang kedua lutut orang tersebut dengan cepat lalu memasang wajah serius walau masih terlihat sedih.
"Bukan, aku bukan anak bangsawan, percayalah,,hiks aku di tangkap karna,,, hiks karna aku anak orang Belanda biasa"
Karna masih teringat apa yang di katakan sang ayah padanya, miyako memutuskan untuk mempertahankan hal itu sampai kapanpun.
'Ini demi kebaikan mu dan keluarga kita, seandainya orang orang tahu van dijk memiliki putri muda, itu akan menjadi bencana yang mengancam kita'
"𝘒𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘒𝘪𝘵𝘢,," 𝘭𝘪𝘳𝘪𝘩 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘱𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘥𝘢.
Apanya yang di sebut kita?, setelah dua minggu miyako menjadi korban penculikan oleh kelompok radikal dan di paksa melakukan pekerjaan pekerjaan yang tidak pernah di lakukannya, ia terus menunggu dengan sabar sesuai yang dikatakan sang ibu padanya.
'Karna ayahmu berkata begitu, maka lakukanlah Miyako. Tapi yang jelas bagi ibu engkau tetaplah anak ibu. Dan jika sesuatu terjadi padamu, tetaplah sembunyikan identitas mu yang sebenarnya hingga ibu akan menemukanmu dan menyelamatkanmu, saat itu kamu hanya perlu bersabar dan menunggu'
Kemudian setelah Miyako bertemu salah satu mantan pelayannya yang juga tertangkap seperti nya, dan berada dalam kondisi yang sama dengannya, lalu bertanya apa yang terjadi pada keluarganya miyako pun tahu bahwa keluarganya telah menghianatinya.
'Semua orang yang memiliki darah Belanda,atau hubungan kuat dengan mereka termasuk Ayah dan ibumu, mereka semua telah pergi dari negara ini bersama para pengawal dan pelayan pelayannya. Rumah mu sudah di tinggalkan dan hampir semua yang tersisa termasuk aku tertangkap oleh para penentang kolonialisme dan berakhir menjadi budak di tempat ini'
Saat itu 𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 baru sadar bahwa tujuan ayahnya meminta miyako untuk tidak pernah menyebutkan nama marganya lagi, adalah karna ayah nya sudah memikirkan kemungkinan akan datangnya nasib seperti ini pada miyako.Namun untuk melindungi dirinya dari tuntutan musuh, tuan van dijk berusaha untuk memutuskan hubungan dengan nya.Dan bukan berusaha untuk memikirkan cara menyelamatkan nya, tuan van dijk memilih untuk melarikan diri dari pada mendapat kan risiko besar yang akan menimpa kedudukannya.
Mulai saat itu, 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 tidak lagi menangisi dirinya. Dia tidak lagi berkeluh kesah dengan pekerjaannya, tempatnya, ataupun kondisi tubuhnya. Miyako sudah sadar bahwa dirinya telah 𝘥𝘪 𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨 dan itulah awal dari hidup membosankannya selama ini.
Tiga hari kemudian setelah mendapat kabar dari mantan pelayan nya, Sekutu yang di pimpin oleh Inggris di Asia Tenggara tiba tiba saja datang menyelamatkan hampir semua tahanan Belanda atau indo-belanda di tempat itu. Dan Miyako termasuk salah satu orang yang terselamatkan.
Mereka yang terselamatkan pun di bawa ke kamp kamp pengungsian dan hidup di sana sambil menunggu Sekutu kembali ataupun keluarga mereka yang sudah mereka hubungi. Namun tidak ada lagi harapan pada diri Miyako, dia merasa sudah tidak memiliki lagi tempat kembali. Dan perasaan Miyako yang seperti itu pun terus berlanjut hingga akhirnya menjadi kegelapan di dalam hatinya.
Miyako mulai berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan memutuskan nadinya, kemudian saat ia nyaris berhasil melakukannya,seseorang lebih dulu melihatnya dan Miyako pun berhasil diselamatkan sebelum goresan di tangannya semakin dalam.Namun saat itu, pendarahan Miyako lumayan parah hingga iapun di tempatkan di tempat rawat inap milik Sekutu untuk beristirahat dengan baik. Namun beberapa hari kemudian, seorang perawat memergokinya sedang mencoba mencekik diri sendiri dengan selang infus hingga nyaris tidak sadarkan diri. Untung saja, miyako segera di selamatkan dan kembali berhasil bertahan hidup walaupun ia sudah tidak menginginkannya.
Hingga tibalah suatu malam dimana miyako 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 seperti biasa masih terjaga dengan mata yang semakin kentara dengan garis garis gelap di sekitar kantong matanya, dia menatap langit di luar sana dari jendela.
Sangat gelap, seperti harapannya.Namun langit itu tetap memiliki cahaya samar dari bulan yang sedang tertutupi awan.
Saat itu, semua orang sudah berkali kali menanyai miyako kecil tentang latar belakangnya, namun mereka tidak mendapat apapun dari miyako sehingga mereka tidak tahu harus memulangkan anak sembilan tahun itu ke mana.Sementara miyako kecil, dengan perasaan tidak terarahnya itu hanya terus berpikir 'kenapa aku tidak boleh mati? '.
'Shiuuut, dwuar!'
Tiba tiba saja suara kembang api terdengar,yang sesaat kemudian membuat langit gelap di luar sana terlihat berkilauan dalam sekejap. Dan untuk pertama kalinya lagi, miyako kecil membuka kedua matanya dengan lebar.
'Shiuuut dwuar!' kemudian di susul oleh suara serempak dari para pemuda pemuda di luar dari bawah sana.
'Indonesia Tanah Airku
Tanah Tumpah Darahku
Disanalah Aku Berdiri
Jadi Pandu Ibuku
Indonesia Kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru
Indonesia Bersatu
Hiduplah Tanahku
Hiduplah Negriku
Bangsaku Rakyatku Semuanya'
Suara para pemuda pemuda di luar sana yang terus terdengar begitu bersemangat menyanyi, perlahan menarik perhatian miyako kecil. Dengan sendirinya, iapun bangkit berdiri dan mendekat ke arah jendela. Lalu seperti lagu itu memiliki kekuatan misterius, miyako kecil merasa tersentuh saat nyanyian tersebut sampai pada kalimat,
'Bangunlah Jiwanya
Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya'
Entah kenapa, tiba tiba saja air mata miyako kecil menerobos keluar, sementara pandangan miyako terus memerhatikan pemuda pemuda indonesia di jalanan di bawah sana itu dengan perasaan pilu.
'Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku Negriku yang Kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya'
Kemudian begitu pemuda pemuda itu telah selesai bernyanyi dan tidak menyalakan kembang api lagi lalu pergi satu persatu, perasaan aneh dalam hati miyako kecil pun muncul.
Dengan hati hati, Miyako kecil melepaskan selang infus di tangannya lalu berjalan meninggalkan kamar. 'Indonesia, merdeka, tanah airku' begitulah isi kepala miyako saat ini.
Kenapa? Kenapa mereka tidak menyerah saja? Kenapa mereka terus berusaha walau mereka tahu para penjajah mereka lebih unggul dari mereka? Kenapa aku juga tidak bisa seperti mereka? Aku juga ingin merdeka.
Sembari memikirkan hal itu, miyako terus mempertahankan langkahnya untuk menuruni anak tangga dengan alasan yang tidak jelas. Hampir semua orang sudah tidur pada saat ini karna sudah lewat tengah malam.
𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘪𝘭𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘤𝘢𝘮𝘱𝘶𝘳 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘤𝘪𝘵𝘢, 𝘮𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘱𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘥𝘢, 𝘴𝘦𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢.
𝘔𝘪𝘺𝘢𝘬𝘰 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵, 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘶 1946 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘪. 𝘋𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘙𝘪𝘤𝘩𝘮𝘢𝘯.
Malam Tahun baru 1946,
Perayaan kecil itu dilakukan dengan keinginan orang orang di desanya karna saat itu adalah sebuah momen penuh harapan dan perubahan bagi negara.
seorang laki laki berusia 20 tahun bernama richman, ikut serta dalam perayaan itu. Ia menyalakan kembang api, juga menyanyikan lagu kebangsaan bersama pemuda pemuda lain sepertinya di dekat salah satu kamp pengungsi milik Belanda. Mereka hanya merasa ingin lebih meneriakkan lagi kemerdekaan mereka pada malam itu. Hingga waktu perayaan pun terasa cukup dan menarik kembali diri mereka untuk segera pulang ke rumah mereka masing masing.
Saat itulah, di tengah keramaian orang orang yang berniat pulang di sekitarnya, ada sesuatu yang membuat richman berhenti. Di sana, richman melihat seorang gadis berdiri sendirian dengan gaun longgar berwarna biru pucat seperti seorang pasien.Pandangan gadis itu lurus ke depan seolah terpaku pada sesuatu yang di lihatnya.
Richman menoleh ke kiri kanan dan belakangnya,namun hal itu tidak membantunya sama sekali untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang di lihat gadis itu. Karna gelapnya malam, richman pun menghampiri gadis itu agar dapat melihat wajahnya dengan jelas.Dan saat itulah,richman dapat melihat wajah gadis itu dan langsung sadar bahwa gadis itu adalah pasien dari kamp pengungsi orang orang kolonial yang masih tersisa.
Namun semakin lama richman memandangi wajah gadis itu di balik kebingungannya yang tiba tiba, richman merasa ada kedalaman di balik pandangan gadis itu yang membuat waktu seolah berhenti sejenak.
Tahun baru 1947,
Walaupun richman membawa Miyako pulang ke rumahnya tanpa alasan yang jelas satu tahun lalu, tapi richman berhasil meyakinkan keluarga nya bahwa dia akan menjaga miyako sebagai adiknya tanpa menyebabkan masalah pada keluarga. Dan kini,miyako sudah menjadi bagian kecil dari keluarga richman. Mungkin karna walaupun miyako terlihat sebagai anak kecil yang polos tapi ia memiliki masa depan yang penuh potensi, keluarga richman pun dapat menerimanya walau sedikit sedikit.
Dengan ilmu yang di miliki Miyako selama hidupnya sebagai nona keluarga bangsawan, miyako pun dapat membantu adik adik richman untuk belajar tentang beberapa hal yang di kuasainya.
Tahun 1950
Miyako sudah menginjak usia nya yang ke 13, dan ia tumbuh menjadi seorang gadis cantik dengan perawakan yang bagus. Caranya dalam memandang dunia di sekitarnya sudah berubah. Semenjak richman menerimanya miyako merasa dunia berubah lebih baik dengan cepat.Dan terkadang ada momen di mana dia mulai mengenali perasaan yang lebih dewasa atau memiliki ketertarikan khusus dengan Richman.Namun miyako sadar bukan hanya usia nya yang terpaut jauh dengan richman atau pun karna latar belakang mereka, tapi juga ada perbedaan serius pada keyakinan mereka yang membuat miyako tidak mau berpikir lebih jauh lagi untuk menanggapi perasaannya sendiri.
Tahun 1955
Indonesia mengadakan pemilu pertama setelah kemerdekaan dan bersamaan di tahun itu,negara-negara Asia dan Afrika yang baru merdeka berkumpul di Bandung untuk membahas kerja sama dan perlawanan terhadap kolonialisme.Hal itu di sebut dengan konferensi Asia-Afrika atau KAA.
Dampak dari KAA tersebut menyebabkan berdiskusi tentang kemerdekaan, keadilan sosial, dan peran Indonesia dalam hubungan internasional pun menjadi lebih umum.
Dan semua hal itu menyebabkan perubahan cara pandang Miyako terhadap dunia semakin terbuka.Miyako dapat melihat secara langsung bagaimana Indonesia begitu memperjuangkan kemerdekaan untuk tanah airnya. Seakan semua kejadian itu ingin memberitahu Miyako bahwa keluarga nya sebagai bangsa kolonial lah yang menjadi penjahatnya di dunia ini. Semua hal yang dulu miyako pikirkan tentang Indonesia yang menjadi tempat jajahan negaranya adalah hal biasa, kini membuatnya menjadi merasa bersalah dalam kehampaan yang tiba tiba datang menghampiri perasaannya.
Malam Tahun baru 1956
Seperti pada malam itu, malam saat miyako kabur dari kamp pengungsian setelah pertama kali mendengar lagu kebangsaan Indonesia yang membuat gairah dalam hidupnya kembali. Saat ini langit di luar sana juga sedang merayakan tahun baru dengan cahaya cahaya kembang api yang meluncur dengan indah.
Sudah 10 tahun lalu sejak Miyako pertama kali bertemu dengan Richman dan kini ia sudah melewati banyak hal bersama sama dengannya.
Semua itu cukup membuat Miyako berkali kali bersyukur dalam hidupnya, namun hanya pada satu tahun terakhir,suasana di sekitarnya kembali membuat miyako terjatuh dalam perasaan yang salah. Titik titik kegelapan dari masa lalunya, secara perlahan kembali menghinggapi hati Miyako.
Miyako berpikir, jika saja dia tidak dilahirkan di dunia ini mungkin semua kekejaman itu tidak akan di alaminya. Dan mengapa semua orang harus menderita hanya karna mereka ingin mewujudkan tujuan nya masing masing?. Semua orang hanya ingin memiliki sesuatu yang ingin mereka miliki.
Keluarganya hanya berusaha mewujudkan cita citanya saat itu, dan Indonesia hanya berusaha memperjuangkan harapan mereka. Namun di antara kedua itu, banyak korban yang harus menderita. Dan seakan dunia ingin menyalahkan Miyako, ia pun di takdirkan untuk melihat semua proses itu hingga sekarang.
'Kenapa keluarga Richman mau menerimanya?'
'Apakah sebenarnya mereka hanya ingin membuat Miyako merasa berhutang dan bersalah untuk membalas dendam pada keluarganya?' namun walau begitu Miyako berpikir bahwa ia memang pantas menerimanya.
Dan saat dirinya semakin terpuruk dengan rasa bersalahnya sebagai orang kolonial,Miyako pun kembali terjatuh pada dasar terendah dalam hidupnya seperti saat itu.
Dibawah langit malam yang masih menyuguhkan pemandangan kembang api, Miyako berdiri di atas jembatan sungai Brantas.
Dengan tatapan putus asa dan berkaca kaca, Miyako pun semakin memajukan tubuhnya ke arah sungai. Dan tinggal langkah terakhirnya memijak angin,tiba tiba saja tubuh Miyako tertahan oleh sebuah tangan yang melingkar pada pinggang kecilnya.
Miyako langsung terperanjat namun tidak langsung menoleh pada si pemilik tangan, kedua mata Miyako tertahan untuk menikmati aliran sungai di bawahnya yang mengalir dengan deras dan kasar beberapa saat. Kedua kakinya masih bertahan dalam pijakan yang aman sementara setengah tubuhnya yang hampir terjatuh menunduk dengan pasrah di balik lingkaran tangan yang menahan pinggangnya.
"Miyako" suara seseorang yang sangat di kenalnya memanggil namanya dengan lembut bersamaan dengan tubuh miyako yang di tarik ke belakang. Membuatnya mau tidak mau mundur sedikit menjauh dari bibir sungai.
Setelah tangan itu terlepas dari pinggang miyako, Miyako pun membalikkan tubuhnya lalu menatap richman yang sudah berdiri di hadapannya sambil menatap Miyako dengan wajah bingung dan khawatir.
"Apa kamu mau bunuh diri Miya?"
Mendengar pertanyaan tersebut, tiba tiba saja air mata Miyako langsung berderai keluar. Kedua tangan Miyako terangkat untuk meremas kedua pundak Richman yang bahkan tidak dapat ia genggam sepenuhnya.
"Kenapa! memangnya kenapa aku tidak boleh mati? kenapa semua orang bahkan kamu selalu menghentikanku? kenapa?" ucap Miyako dengan suara serak dan kacau sambil sedikit menyandarkan ujung kepalanya tepat pada dada Richman.
Richman yang mendengar hal itu, merasa sangat terkejut dan hanya membiarkan Miyako bertahan pada posisinya.
"Miyako,, aku tidak bisa membiarkanmu, jika kamu mati begitu saja, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan," balas Richman akhirnya.
Tangisan Miyako saat itu semakin terisak dan membuat suasana di atas jembatan itu semakin suram. Tidak ada lagi kembang api yang melangit dan tidak ada lagi suara ramai orang orang yang tadi memeriahkan tahun baru, selain suara tangisan Miyako yang bercampur aduk dengan perasaan terkikis Richman.
Miyako sendiri tidak tahu kenapa kali ini ia menangisi nasibnya saat seseorang menghentikan nya untuk bunuh diri.Jika saat dulu,miyako hanya akan bersikap biasa atau marah pada orang orang yang menyelamatkannya.
Apakah karna saat ini Miyako memiliki sesuatu yang baru dalam hidupnya yang berhasil membuatnya begitu emosional mendengar kata kata Richman? Apakah karna kali ini Miyako memiliki sedikit perasaan keengganan untuk melakukan hal itu dan bersyukur karna orang yang di cintainya datang untuk menghentikannya?
"Memangnya kenapa? Kenapa kamu berkata kamu tidak tahu apa yang harus kamu lakukan jika aku mati? padahal jika aku tidak ada kamu masih memiliki keluarga di sisimu" suara Miyako tertahan sejenak karna menahan tangis pilunya.
Kemudian kedua tangan Miyako yang sedari tadi meremas pundak richman kini turun dan beralih untuk menutupi wajahnya, "Dan bahkan walaupun aku menyukai richman,aku tidak bisa membuktikannya karna aku hanyalah anak dari musuhmu" sambung Miyako lagi.
Dan saat itulah sesaat kemudian setelah Miyako mengakhiri kalimatnya, tanpa Miyako duga richman langsung menarik tubuh miyako pada pelukannya.
"Aku minta maaf Miyako, bukannya aku tidak mau berterus terang dengan ini, tapi aku hanya tidak tahu bagaimana nantinya jika aku mengatakannya sementara setelah ibu dan ayahku mengetahui itu mereka langsung menolak permintaanku. Aku pun hanya menjadi seorang laki laki pecundang yang terus menyembunyikan perasaan ini.sebenarnya aku sudah jatuh cinta pada Miyako saat pertama kali kita bertemu malam itu".
penuturan kata dari richman tersebut, secara perlahan membuat perasaan Miyako lebih tenang.Dan dengan sendirinya kedua tangan Miyako pun ikut melingkar membalas pelukan richman padanya.
Janji manis pun terucap, ikatan cinta bermula. Sebuah cincin dengan permata ruby merah menjadi saksi bisu mereka di bawah kelembutan cahaya bulan. Namun untuk melewati pertentangan dari keluarga, mereka pun bertekad memilih jalan hidup yang baru. Dimana mereka bisa menciptakan dunia baru yang menerima mereka untuk bersatu.
Keesokan harinya, richman dan miyako tidak dapat di temukan di setiap penjuru desa. Hingga berhari hari, berminggu minggu dan dari berbulan bulan menjadi bertahun tahun lamanya,mereka pun mulai terlupakan dan benar benar menghilang dari ingatan semua orang di sana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!