Keinginan yang terpendam

Saat duduk di bangku SMA, impian itu semakin menguat. Ketika banyak teman-temannya berbicara tentang rencana kuliah di kota-kota besar, Lily pun tak ingin ketinggalan. Jakarta adalah tujuannya. Setiap kali ia melihat brosur universitas ternama, hatinya bergetar. Ia ingin merasakan hiruk-pikuk Jakarta, menaklukkan tantangan yang ada di sana, dan menemukan jati dirinya di kota besar itu.

Namun, ada satu hal yang menghalangi langkahnya orang tuanya.

Lily tahu, meskipun mereka selalu mendukung setiap langkah yang ia ambil, ada kekhawatiran besar dalam hati kedua orang tuanya, terutama ketika ia mengutarakan niatnya untuk kuliah di Jakarta. Pak Andi, ayah Lily, adalah sosok yang protektif, selalu memastikan anak satu-satunya tumbuh dengan baik dan terlindungi. Bu Santi, ibunya, meski lebih lembut dan terbuka, juga tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya tentang kehidupan anak perempuannya di kota sebesar Jakarta.

Suatu malam, ketika makan malam selesai, Lily memutuskan untuk berbicara. Setelah berbulan-bulan menyimpan keinginan itu dalam hati, ia merasa ini adalah waktu yang tepat.

“Bu, Pak, aku ingin bicara sesuatu,” ucap Lily dengan nada serius, meski hatinya berdebar.

Ayah dan ibunya menatapnya dengan rasa penasaran. “Ada apa, Nak?” tanya Pak Andi sambil menurunkan sendok dari tangannya.

Lily menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “Aku ingin melanjutkan kuliah di Jakarta.”

Ruangan makan yang semula dipenuhi dengan obrolan ringan mendadak hening. Pak Andi dan Bu Santi saling bertukar pandang, seolah berusaha mencerna apa yang baru saja didengar. Mata Bu Santi melembut, tapi raut wajahnya jelas menunjukkan kekhawatiran.

“Kuliah di Jakarta?” ulang Pak Andi, mencoba memastikan.

Lily mengangguk pelan. “Iya, Pak. Aku sudah memikirkan ini sejak lama. Ada banyak universitas bagus di sana, dan aku ingin mengejar karierku di bidang Ilmu Komunikasi. Aku rasa, Jakarta adalah tempat terbaik untuk itu.”

Pak Andi menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya masih terlihat serius. “Lily, Jakarta itu kota yang besar. Hidup di sana tidak mudah, terutama bagi kamu yang belum pernah tinggal jauh dari rumah. Kamu yakin bisa mandiri di sana?”

Lily sudah menduga pertanyaan itu akan muncul. Ia menatap ayahnya dengan tekad yang kuat. “Aku tahu, Pak. Tapi aku ingin belajar untuk mandiri. Ini adalah kesempatan besar buat aku berkembang dan belajar banyak hal baru. Aku percaya bisa melakukannya.”

Namun, Bu Santi segera angkat bicara. “Lily, kami tidak meragukan kemampuanmu. Tapi tinggal sendirian di kota sebesar Jakarta... itu bukan hal yang mudah. Kami hanya khawatir, Nak. Kamu satu-satunya anak kami, dan Jakarta itu...”

Suara Bu Santi perlahan memudar, tergantikan oleh nada cemas. “Di sana banyak godaan, banyak bahaya yang tidak kamu duga.”

Lily mencoba menenangkan dirinya, meskipun di dalam hati ia memahami kekhawatiran itu. “Aku paham, Bu. Tapi aku tidak akan sendirian. Aku bisa cari teman sekamar, atau tinggal di asrama. Banyak mahasiswa lain yang juga kuliah jauh dari rumah, dan aku yakin aku bisa beradaptasi. Ini adalah langkah penting buat masa depanku.”

Namun, Pak Andi tetap terlihat ragu. “Kami tahu kamu punya mimpi besar, Lily, tapi ayah tidak bisa membiarkanmu begitu saja pergi ke kota asing sendirian.”

Pembicaraan itu berakhir tanpa keputusan pasti. Meski Lily terus berusaha meyakinkan orang tuanya, kekhawatiran mereka tetap tidak berkurang. Setiap malam, Lily sering terdiam di kamar, memikirkan cara untuk meyakinkan mereka. Ia tahu bahwa jika tidak segera membuat keputusan, waktu untuk mendaftar universitas akan habis.

Suatu hari, saat Lily sedang duduk di ruang tamu, Pak Andi mendekatinya dengan ekspresi yang berbeda dari biasanya. Ada sesuatu yang lembut dalam tatapannya, seolah ia sudah memikirkan sesuatu yang mendalam.

“Lily,” panggil Pak Andi pelan.

Lily menoleh. “Iya, Pak?”

“Ayah dan Ibu sudah memikirkan soal keinginanmu kuliah di Jakarta,” kata Pak Andi sambil duduk di sebelahnya. “Kami tidak ingin menghancurkan mimpimu. Tapi kami juga tidak bisa tenang kalau kamu tinggal sendirian di sana.”

Lily merasakan harapan tumbuh di hatinya. “Jadi... apakah itu berarti...?”

Pak Andi mengangguk pelan. “Ya, kami mengizinkan kamu kuliah di Jakarta. Tapi ada satu syarat.”

Lily menatap ayahnya dengan penuh antusias. “Apa pun syaratnya, Pak, aku akan terima!”

Pak Andi tersenyum kecil. “Kami akan ikut pindah ke Jakarta bersamamu.”

Kata-kata itu mengejutkan Lily. Ia tidak pernah membayangkan orang tuanya rela pindah dari Surabaya hanya untuk menemaninya kuliah. “Pindah? Pak, Bu, ini terlalu besar. Aku bisa...”

Bu Santi yang baru saja datang dari dapur segera ikut dalam percakapan. “Kami sudah memikirkan ini dengan matang, Lily. Jika ini bisa membuatmu mengejar mimpimu tanpa kami harus terus khawatir, maka kami siap untuk pindah. Lagi pula, ayahmu bisa mencari pekerjaan di sana, dan kita bisa memulai hidup baru di Jakarta.”

Lily merasa terharu. Ia tidak menyangka orang tuanya akan mengambil keputusan sebesar itu demi dirinya. “Aku... terima kasih, Bu, Pak. Tapi aku tidak ingin merepotkan kalian. Ini mimpi aku, bukan kalian.”

Bu Santi menggeleng sambil tersenyum. “Nak, apa yang menjadi mimpimu adalah kebahagiaan kami. Jika ini yang terbaik untukmu, kami akan mendukungmu sepenuhnya.”

Setelah percakapan itu, keluarga Lily mulai merencanakan kepindahan mereka ke Jakarta. Meski awalnya terkejut dengan keputusan orang tuanya, Lily merasa sangat bersyukur. Dengan orang tuanya di sampingnya, ia merasa lebih yakin dan tenang untuk memulai perjalanan barunya di kota yang penuh tantangan.

Bulan demi bulan berlalu, dan persiapan pindah ke Jakarta pun semakin dekat. Lily tahu, ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya. Tapi ada satu hal yang tak pernah ia duga di kota baru ini, hidupnya akan kembali bertautan dengan masa lalunya, sebuah kenangan yang tak pernah benar-benar hilang dari hatinya.

***Acara Kelulusan ***

Acara kelulusan adalah momen yang selalu dinantikan oleh setiap siswa, termasuk Lilyana Belvania. Setelah tiga tahun melewati suka duka masa SMA, hari itu akhirnya tiba hari di mana ia dan teman-temannya merayakan pencapaian yang selama ini mereka perjuangkan. Di aula sekolah yang dihiasi dengan balon-balon warna-warni, para siswa berseragam putih abu-abu berkumpul, merayakan keberhasilan mereka dalam mengakhiri satu babak kehidupan dan bersiap memasuki dunia yang lebih luas.

Lily duduk di deretan kursi bersama teman-teman sekelasnya, mengenakan seragam yang sudah ditandatangani penuh coretan dan pesan perpisahan. Di wajahnya terpancar kebahagiaan bercampur dengan sedikit kesedihan. Momen kelulusan ini bukan hanya perpisahan dari sekolah, tetapi juga dari kota yang sudah menjadi rumahnya sejak kecil Surabaya. Dalam beberapa minggu, ia dan keluarganya akan pindah ke Jakarta, mengikuti mimpinya untuk melanjutkan kuliah di sana.

Episodes
1 Awal Persahabatan
2 Keinginan yang terpendam
3 Perpisahan
4 Kepindahan
5 Mengurai kenangan yang tersembunyi
6 Langkah Pertama
7 Perjalanan Ke Mall
8 Memulai langkah baru
9 Perasaan yang sangat menguat
10 Grup Chat Misterius
11 Ospek
12 Peringatan Dari Ezra
13 Pengakuan Radit
14 Keputusan Hati
15 Hari Pertama Kuliah
16 Hubungan Toxic
17 Tugas bantuan
18 Jaga Jarak
19 Ragu
20 Red Flag
21 Keputusan yang sulit
22 Kebohongan
23 Keputusan Yang Berat
24 Menjauh
25 Sulit di hindari
26 Cinta yang tak terbalas
27 Curahan hati Ezra
28 Harapan yang mulai tumbuh
29 Ada apa dengan Ezra
30 Aldo, Mahasiswa pindahan
31 Tidak harusnya seperti ini
32 Melisa menjauh
33 Jarak yang Kian Membentang
34 Rencana Liburan
35 Nadia datang
36 Kenyataan yang menyakitkan
37 Luka yang tidak terucap
38 Haruskah Melupakanya?
39 Tidak terbendung
40 Pertunangan Ezra
41 Tidak ada harapan?
42 Menolak
43 Semakin rumit
44 Terbawa Arus
45 Ciuman tidak terduga
46 Hukuman
47 Kegelisahan Ezra
48 Lily berusaha berdamai
49 Ajakan liburan semester
50 Perjalanan canggung
51 Kesempatan
52 Apa terbalaskan?
53 Bersama keluarga Melisa
54 Tenggelam
55 Gejolak
56 Curahan
57 Tidak boleh seperti in
58 Tidak tertahankan
59 Php
60 Kejujuran?
61 Ada yang tersakiti
62 Kepastian ?
63 Berkunjung ke kost lily
64 Kegelisahan
65 Pelampiasan
66 Prustasi
67 Orang Baru?
68 Bertemu teman lama
69 Teman Ibu
70 Kecelakaan
71 Kecemasan
72 Rasa Bersalah
73 Kesempatan bertemu
74 Tidak Terduga
75 Di antar Ryu
76 Kerinduan
77 Mengalah
78 Permohonan
79 Perhatian Teman
80 Lily sakit
81 Menghindar
82 keresahan
83 Meminta Pendapat
84 Perhatian Ryu
85 Rasa penasaran
86 Curhat
87 Kekecewaan Nadia
88 Di sia siakan
89 Niatan baik
90 Kerinduan melisa
91 Pembelaan
92 Pengakuan
93 Kebohongan yang menghantui
94 Perjodohan Ryu
95 Keputusan mendadak
96 Persiapan Pertunangan
97 Hari pertunangnan
98 Semua Kecewa
99 Amarah Ibu santi
100 Keyakinan
101 Tantangan
102 Penyemangat
103 Terus Di salahkan
104 Begitu Sulit
105 Insecure
106 Terlalu Cepat
107 Kepergian Tanpa Pamit
108 Luka yang Mendalam
109 Tolong Dengarkan Aku
110 Apa Aku Salaah?
111 Keraguan Hati
112 Sidang Skripsi
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Awal Persahabatan
2
Keinginan yang terpendam
3
Perpisahan
4
Kepindahan
5
Mengurai kenangan yang tersembunyi
6
Langkah Pertama
7
Perjalanan Ke Mall
8
Memulai langkah baru
9
Perasaan yang sangat menguat
10
Grup Chat Misterius
11
Ospek
12
Peringatan Dari Ezra
13
Pengakuan Radit
14
Keputusan Hati
15
Hari Pertama Kuliah
16
Hubungan Toxic
17
Tugas bantuan
18
Jaga Jarak
19
Ragu
20
Red Flag
21
Keputusan yang sulit
22
Kebohongan
23
Keputusan Yang Berat
24
Menjauh
25
Sulit di hindari
26
Cinta yang tak terbalas
27
Curahan hati Ezra
28
Harapan yang mulai tumbuh
29
Ada apa dengan Ezra
30
Aldo, Mahasiswa pindahan
31
Tidak harusnya seperti ini
32
Melisa menjauh
33
Jarak yang Kian Membentang
34
Rencana Liburan
35
Nadia datang
36
Kenyataan yang menyakitkan
37
Luka yang tidak terucap
38
Haruskah Melupakanya?
39
Tidak terbendung
40
Pertunangan Ezra
41
Tidak ada harapan?
42
Menolak
43
Semakin rumit
44
Terbawa Arus
45
Ciuman tidak terduga
46
Hukuman
47
Kegelisahan Ezra
48
Lily berusaha berdamai
49
Ajakan liburan semester
50
Perjalanan canggung
51
Kesempatan
52
Apa terbalaskan?
53
Bersama keluarga Melisa
54
Tenggelam
55
Gejolak
56
Curahan
57
Tidak boleh seperti in
58
Tidak tertahankan
59
Php
60
Kejujuran?
61
Ada yang tersakiti
62
Kepastian ?
63
Berkunjung ke kost lily
64
Kegelisahan
65
Pelampiasan
66
Prustasi
67
Orang Baru?
68
Bertemu teman lama
69
Teman Ibu
70
Kecelakaan
71
Kecemasan
72
Rasa Bersalah
73
Kesempatan bertemu
74
Tidak Terduga
75
Di antar Ryu
76
Kerinduan
77
Mengalah
78
Permohonan
79
Perhatian Teman
80
Lily sakit
81
Menghindar
82
keresahan
83
Meminta Pendapat
84
Perhatian Ryu
85
Rasa penasaran
86
Curhat
87
Kekecewaan Nadia
88
Di sia siakan
89
Niatan baik
90
Kerinduan melisa
91
Pembelaan
92
Pengakuan
93
Kebohongan yang menghantui
94
Perjodohan Ryu
95
Keputusan mendadak
96
Persiapan Pertunangan
97
Hari pertunangnan
98
Semua Kecewa
99
Amarah Ibu santi
100
Keyakinan
101
Tantangan
102
Penyemangat
103
Terus Di salahkan
104
Begitu Sulit
105
Insecure
106
Terlalu Cepat
107
Kepergian Tanpa Pamit
108
Luka yang Mendalam
109
Tolong Dengarkan Aku
110
Apa Aku Salaah?
111
Keraguan Hati
112
Sidang Skripsi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!