Kepindahan

Perjalanan menuju bandara terasa cepat namun sunyi. Lily lebih banyak terdiam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Meski ada kegembiraan dan rasa penasaran tentang apa yang menantinya di Jakarta, ada juga sedikit rasa takut. Ia akan menghadapi kehidupan baru, di kota besar yang penuh dengan kesibukan, jauh dari tempat yang selama ini begitu akrab baginya.

Sesampainya di bandara, mereka bertiga melangkah masuk ke terminal keberangkatan. Seperti biasa, bandara ramai dengan aktivitas. Orang-orang lalu lalang dengan koper, beberapa terlihat bersemangat, sementara yang lain tampak lelah setelah perjalanan panjang. Lily mengamati sekelilingnya, mencoba menyerap suasana baru yang akan menjadi bagian dari hidupnya dalam beberapa jam ke depan.

Setelah melalui proses check-in dan pemeriksaan keamanan, mereka akhirnya duduk di ruang tunggu, menanti penerbangan menuju Jakarta. Lily merasa jantungnya berdebar semakin kencang. Meskipun ini bukan pertama kalinya ia naik pesawat, perjalanan ini terasa berbeda. Ini bukan sekadar liburan, melainkan sebuah langkah besar menuju hidup yang baru.

"Apa yang kamu pikirkan, Lil?" tanya Bu Santi sambil menyentuh lengan anaknya.

Lily tersenyum kecil. "Aku hanya berpikir... Jakarta akan sangat berbeda dari Surabaya. Aku belum pernah tinggal di kota sebesar itu. Mungkin awalnya akan sulit, tapi aku yakin aku bisa beradaptasi."

Pak Andi, yang duduk di sebelahnya, tersenyum sambil menepuk bahu Lily. "Tentu kamu bisa, Nak. Kamu sudah mempersiapkan diri dengan baik. Ayah yakin kamu akan berhasil di sana. Lagi pula, kami akan ada di dekatmu."

Mendengar itu, Lily merasa sedikit lega. Ia tahu orang tuanya akan selalu ada di sisinya, mendukungnya apa pun yang terjadi.

Tak lama kemudian, pengumuman keberangkatan pesawat mereka terdengar. Mereka bertiga pun bersiap-siap dan berjalan menuju gerbang keberangkatan. Saat melewati jalur boarding, Lily menoleh sekali lagi ke belakang, seolah ingin mengucapkan selamat tinggal pada Surabaya—tempat di mana ia dibesarkan, tempat di mana banyak kenangan manis telah tercipta.

**

Setelah beberapa jam di udara, pesawat yang mereka tumpangi mulai mendekati Jakarta. Dari jendela, Lily bisa melihat hamparan kota yang begitu luas, dengan gedung-gedung tinggi menjulang dan jalanan yang dipenuhi kendaraan. Jakarta terlihat seperti dunia yang sama sekali baru bagi Lily, berbeda jauh dari Surabaya yang lebih tenang dan teratur.

Ketika roda pesawat akhirnya menyentuh landasan, Lily merasakan sedikit guncangan, seolah menggambarkan perubahan besar yang akan segera dihadapinya. Ia menatap keluar jendela, berusaha menyesuaikan diri dengan pemandangan baru ini Jakarta, kota besar yang kini akan menjadi rumah barunya.

Setelah turun dari pesawat, mereka langsung menuju ke terminal kedatangan. Udara Jakarta yang panas dan lembap segera menyambut mereka begitu keluar dari bandara. Jalan-jalan di sekitar bandara tampak ramai, penuh dengan mobil-mobil yang berlalu-lalang. Hiruk-pikuk kota besar terasa sangat nyata, dan Lily mulai merasakan perbedaan atmosfer yang begitu mencolok.

Pak Andi memanggil taksi yang akan membawa mereka ke rumah baru di salah satu kompleks perumahan di Jakarta Selatan. Sambil menunggu taksi, Lily tak bisa berhenti memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimana kehidupan barunya di sini? Bagaimana dengan kuliah? Apakah ia akan mudah beradaptasi? Dan apakah mungkin di sini ia bisa bertemu kembali dengan sosok-sosok dari masa lalunya?

Perjalanan dari bandara menuju rumah baru mereka cukup panjang, tetapi pemandangan kota Jakarta yang dinamis terus mengalihkan perhatian Lily. Gedung-gedung tinggi, mal-mal besar, dan jalanan yang tak pernah sepi menjadi ciri khas kota ini. Lily merasa antusias sekaligus sedikit cemas.

Akhirnya, taksi mereka tiba di kompleks perumahan yang akan menjadi tempat tinggal baru. Rumah yang mereka beli tidak terlalu besar, namun cukup nyaman dan modern. Setelah sekian lama di perjalanan, Lily merasa lega bisa melihat rumah yang akan menjadi tempat barunya.

"Sampai juga kita di sini," ucap Pak Andi sambil tersenyum kepada Lily dan Bu Santi. "Ini rumah kita sekarang."

Lily melangkah keluar dari taksi dan menatap rumah itu dengan campuran perasaan. Ada rasa penasaran, ada juga sedikit ketidakpastian. Namun, satu hal yang pasti ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya.

Setelah beberapa saat, mereka bertiga mulai memasuki rumah, mengamati setiap sudut ruangan yang masih kosong. Barang-barang mereka baru akan tiba beberapa hari lagi, jadi untuk sementara, mereka hanya membawa koper-koper berisi barang penting.

Sambil duduk di ruang tamu yang masih kosong, Lily merasa tenang untuk pertama kalinya dalam sehari. Meski banyak yang belum ia ketahui tentang kota ini, ia merasa yakin bahwa perjalanan baru ini akan membawa banyak pengalaman berharga.

***

Hari itu, matahari bersinar terang di atas kompleks perumahan baru yang sekarang menjadi rumah Lily dan keluarganya. Setelah beberapa hari sibuk menata rumah dan menunggu barang-barang mereka tiba, akhirnya suasana mulai lebih tenang. Ayah dan ibu Lily tampak sedang menata ruang tamu, sementara Lily sendiri duduk di teras rumah, menikmati udara sore Jakarta yang hangat.

Tetangga-tetangga mulai terlihat beraktivitas di luar rumah. Beberapa anak kecil bermain di jalanan, suara tawa mereka memecah keheningan sore itu. Lily memperhatikan sekitar dengan penuh rasa ingin tahu. Masih terasa aneh baginya bahwa ini sekarang adalah rumahnya. Meski sudah mulai beradaptasi, ada sesuatu yang masih terasa asing di tempat ini.

Namun, tiba-tiba sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dari sudut pandangnya di teras, Lily melihat sebuah mobil hitam yang tampak familiar berhenti di depan rumah yang hanya beberapa langkah dari rumahnya. Dia tidak terlalu memperhatikan awalnya, tapi saat seorang wanita keluar dari mobil, jantung Lily berdegup lebih cepat. Wanita itu tampak sangat familiar rambut panjangnya, cara berjalannya, semuanya membawa kenangan lama yang tak terlupakan.

Lily mengerutkan dahi, berusaha mengingat-ingat. "Itu... tidak mungkin," bisiknya pada dirinya sendiri.

Tepat saat itu, seorang gadis muda keluar dari mobil dan berlari ke arah wanita itu, memeluknya dengan ceria. Saat gadis itu berbalik, mata Lily membelalak.

Itu Melisa Angelina.

Lily terdiam di tempatnya, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Melisa, sahabat masa kecilnya yang sudah lama menghilang dari hidupnya, kini berdiri di depan mata, tidak hanya di satu kota yang sama, tapi di rumah yang hanya beberapa langkah dari tempatnya tinggal. Rasanya seperti mimpi, tapi semuanya begitu nyata. Setelah 12 tahun terpisah tanpa kabar, takdir seolah mempertemukan mereka kembali di tempat yang tidak pernah ia duga.

Episodes
1 Awal Persahabatan
2 Keinginan yang terpendam
3 Perpisahan
4 Kepindahan
5 Mengurai kenangan yang tersembunyi
6 Langkah Pertama
7 Perjalanan Ke Mall
8 Memulai langkah baru
9 Perasaan yang sangat menguat
10 Grup Chat Misterius
11 Ospek
12 Peringatan Dari Ezra
13 Pengakuan Radit
14 Keputusan Hati
15 Hari Pertama Kuliah
16 Hubungan Toxic
17 Tugas bantuan
18 Jaga Jarak
19 Ragu
20 Red Flag
21 Keputusan yang sulit
22 Kebohongan
23 Keputusan Yang Berat
24 Menjauh
25 Sulit di hindari
26 Cinta yang tak terbalas
27 Curahan hati Ezra
28 Harapan yang mulai tumbuh
29 Ada apa dengan Ezra
30 Aldo, Mahasiswa pindahan
31 Tidak harusnya seperti ini
32 Melisa menjauh
33 Jarak yang Kian Membentang
34 Rencana Liburan
35 Nadia datang
36 Kenyataan yang menyakitkan
37 Luka yang tidak terucap
38 Haruskah Melupakanya?
39 Tidak terbendung
40 Pertunangan Ezra
41 Tidak ada harapan?
42 Menolak
43 Semakin rumit
44 Terbawa Arus
45 Ciuman tidak terduga
46 Hukuman
47 Kegelisahan Ezra
48 Lily berusaha berdamai
49 Ajakan liburan semester
50 Perjalanan canggung
51 Kesempatan
52 Apa terbalaskan?
53 Bersama keluarga Melisa
54 Tenggelam
55 Gejolak
56 Curahan
57 Tidak boleh seperti in
58 Tidak tertahankan
59 Php
60 Kejujuran?
61 Ada yang tersakiti
62 Kepastian ?
63 Berkunjung ke kost lily
64 Kegelisahan
65 Pelampiasan
66 Prustasi
67 Orang Baru?
68 Bertemu teman lama
69 Teman Ibu
70 Kecelakaan
71 Kecemasan
72 Rasa Bersalah
73 Kesempatan bertemu
74 Tidak Terduga
75 Di antar Ryu
76 Kerinduan
77 Mengalah
78 Permohonan
79 Perhatian Teman
80 Lily sakit
81 Menghindar
82 keresahan
83 Meminta Pendapat
84 Perhatian Ryu
85 Rasa penasaran
86 Curhat
87 Kekecewaan Nadia
88 Di sia siakan
89 Niatan baik
90 Kerinduan melisa
91 Pembelaan
92 Pengakuan
93 Kebohongan yang menghantui
94 Perjodohan Ryu
95 Keputusan mendadak
96 Persiapan Pertunangan
97 Hari pertunangnan
98 Semua Kecewa
99 Amarah Ibu santi
100 Keyakinan
101 Tantangan
102 Penyemangat
103 Terus Di salahkan
104 Begitu Sulit
105 Insecure
106 Terlalu Cepat
107 Kepergian Tanpa Pamit
108 Luka yang Mendalam
109 Tolong Dengarkan Aku
110 Apa Aku Salaah?
111 Keraguan Hati
112 Sidang Skripsi
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Awal Persahabatan
2
Keinginan yang terpendam
3
Perpisahan
4
Kepindahan
5
Mengurai kenangan yang tersembunyi
6
Langkah Pertama
7
Perjalanan Ke Mall
8
Memulai langkah baru
9
Perasaan yang sangat menguat
10
Grup Chat Misterius
11
Ospek
12
Peringatan Dari Ezra
13
Pengakuan Radit
14
Keputusan Hati
15
Hari Pertama Kuliah
16
Hubungan Toxic
17
Tugas bantuan
18
Jaga Jarak
19
Ragu
20
Red Flag
21
Keputusan yang sulit
22
Kebohongan
23
Keputusan Yang Berat
24
Menjauh
25
Sulit di hindari
26
Cinta yang tak terbalas
27
Curahan hati Ezra
28
Harapan yang mulai tumbuh
29
Ada apa dengan Ezra
30
Aldo, Mahasiswa pindahan
31
Tidak harusnya seperti ini
32
Melisa menjauh
33
Jarak yang Kian Membentang
34
Rencana Liburan
35
Nadia datang
36
Kenyataan yang menyakitkan
37
Luka yang tidak terucap
38
Haruskah Melupakanya?
39
Tidak terbendung
40
Pertunangan Ezra
41
Tidak ada harapan?
42
Menolak
43
Semakin rumit
44
Terbawa Arus
45
Ciuman tidak terduga
46
Hukuman
47
Kegelisahan Ezra
48
Lily berusaha berdamai
49
Ajakan liburan semester
50
Perjalanan canggung
51
Kesempatan
52
Apa terbalaskan?
53
Bersama keluarga Melisa
54
Tenggelam
55
Gejolak
56
Curahan
57
Tidak boleh seperti in
58
Tidak tertahankan
59
Php
60
Kejujuran?
61
Ada yang tersakiti
62
Kepastian ?
63
Berkunjung ke kost lily
64
Kegelisahan
65
Pelampiasan
66
Prustasi
67
Orang Baru?
68
Bertemu teman lama
69
Teman Ibu
70
Kecelakaan
71
Kecemasan
72
Rasa Bersalah
73
Kesempatan bertemu
74
Tidak Terduga
75
Di antar Ryu
76
Kerinduan
77
Mengalah
78
Permohonan
79
Perhatian Teman
80
Lily sakit
81
Menghindar
82
keresahan
83
Meminta Pendapat
84
Perhatian Ryu
85
Rasa penasaran
86
Curhat
87
Kekecewaan Nadia
88
Di sia siakan
89
Niatan baik
90
Kerinduan melisa
91
Pembelaan
92
Pengakuan
93
Kebohongan yang menghantui
94
Perjodohan Ryu
95
Keputusan mendadak
96
Persiapan Pertunangan
97
Hari pertunangnan
98
Semua Kecewa
99
Amarah Ibu santi
100
Keyakinan
101
Tantangan
102
Penyemangat
103
Terus Di salahkan
104
Begitu Sulit
105
Insecure
106
Terlalu Cepat
107
Kepergian Tanpa Pamit
108
Luka yang Mendalam
109
Tolong Dengarkan Aku
110
Apa Aku Salaah?
111
Keraguan Hati
112
Sidang Skripsi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!