Bee mengurung diri dalam kamar, ia menumpahkan tangisnya disana sendiri sepi itu yang dirasakan gadis itu.
Mawar dan Rafly adik-adiknya yang masih duduk di bangku SMP dan SD itu baru saja pulang sekolah, mereka heran akan kakaknya yang betah berada di dalam kamar, mereka tidak curiga sama sekali karena Bee menangis dalam diam dan mereka melanjutkan kegiatan harian seperti biasa, makan siang dan belajar serta pergi bermain bersama teman-temannya.
Hingga petang tiba, dimana sang ibunda pulang dari pabrik tempatnya bekerja dengan wajah sayu dan tampak lesu dari biasanya.
"Assalamualaikum.....Bee, sayang kau didalam?" teriak ibu Bee di muka pintu kamar yang masih tertutup rapat.
"Sejak kami pulang sekolah kakak belum keluar kamar bu, tidak tahu kenapa" ucap Mawar adik kedua dari Bee.
"Benarkah? apa jangan-jangan kakakmu sakit" Ibu Bee menerka-nerka hingga pada akhirnya ia kembali memanggil Bee untuk yang kesekian kalinya.
"Sayang kau didalam? apa kau sakit nak? ini ibu pulang buka pintu nya Bee" kembali ibu berteriak mengetuk pintu kamar putri sulungnya.
Akhirnya terdengar suara pintu terbuka menampilkan wajah Bee yang sembab dengan mata membengkak karena tangis.
"Sayang kau sakit? kenapa matamu bengkak? kau menangis?" tanya ibu cemas.
"Aku hanya tertidur bu, aku memang tidak enak badan hari ini" jawab Bee pelan.
Ibu mengajak Bee duduk di tepi ranjang anak gadisnya itu, perempuan yang sudah mulai berumur itu tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Bee.
"Jujur pada ibu, kau kenapa? apa ada masalah?"
Bee hanya menggeleng pelan, ia menjatuhkan kepalanya di pangkuan sang ibu, airmatanya kembali mengalir.
"Bu.....aku dan Zayn sudah berpisah" ucap Bee pelan.
Ibu yang semula membelai rambut Bee dengan sayang tiba-tiba berhenti mendengar apa yang baru saja anak gadisnya katakan, karena ibu tahu bahwa Bee dan Zayn tidak ada masalah sejauh ini dan sekarang tiba-tiba berpisah.
"Apa yang kau bicarakan sayang? berpisah bagaimana maksudmu?"
"Kami sudah berakhir bu, Zayn akan menikah dengan perempuan lain mereka menjalankan wasiat neneknya yang sudah menjodohkan Zayn dengan perempuan pilihan keluarga itu"
"Apa?" Ibu menarik tubuh anaknya, ia ingin menatap wajah Bee agar tidak ada tanda tanya lagi tentang hal itu.
Bee mengangguk sayu dengan mata yang kembali berair menghadap ibunya, seketika ibu mendekap Bee memeluknya erat memberi dukungan pada gadis cantik itu.
"Sayang....." ibu Bee tidak bisa berkata-kata lagi, ia hanya mengangguk pelan sambil mengelus lembut punggung Bee, ia tidak ingin bertanya lebih dalam lagi yang akan membuat Bee semakin terluka.
*****
Keesokan harinya, Bee bangun pagi karena sudah terbiasa jika hari minggu perempuan itu selalu melakukan jogging bersama Zayn bahkan itu sudah menjadi kewajiban bagi keduanya setiap weekend.
Bee seakan belum menyadari bahwa semuanya telah berubah, ia memasang sepatu dan sudah berpakaian olahraga lengkap. Perempuan itu keluar rumah, melanjutkan niat akan berolahraga pagi bersama sang kekasih.
Baru saja ia berjalan santai menuju jalan melewati sebuah taman yang tidak jauh dari rumah mereka yang mana tempat biasa mereka berjanji temu sebelum jogging bersama.
Deg deg deg.
Bee merasa sesak, ia baru saja tersadar apa yang baru saja ia lakukan, dadanya kempang kempis seakan sulit untuk mendapatkan oksigen, ia terduduk disebuah bangku tempat biasa ia menunggu Zayn jika lelaki itu telat datang.
Bee memegang dadanya.
"Apa ini? apa aku terlihat seperti orang gila? aku bahkan masih melakukan ini sedang kami sudah resmi berpisah kemarin, astaga aku kenapa....." Bee bergumam sendiri mulai terisak akan kebodohan yang baru saja ia lakukan pagi ini.
"Aku benar-benar menyedihkan" tangis Bee pecah kembali bahkan ia sampai menangis sesegukan.
Tanpa Bee sadari Zayn pun melakukan hal yang sama, namun pria itu menyadari keanehan dirinya pagi itu sebelum mendekati taman, hingga ia lebih cepat memilih pulang agar perasaannya kembali tenang sungguh ia belum siap untuk bertemu Bee kembali setelah perpisahan kemarin.
*****
Bee kembali ke rumah dengan perasaan hampa dan kehilangan, ia tidak sengaja mendengar ibunya bicara di telepon tentang sesuatu hal yang serius.
"Bee....?" tanya ibu setelah mengakhiri panggilan tersebut, ibu menatap lekat penampilan anaknya yang tampak berpakaian olahraga seperti biasa yang Bee lakukan bersama Zayn jika di hari minggu.
"Ibu....jangan menatapku seperti itu, aku tidak akan mengulanginya lagi" jawab Bee menunduk.
Ibu hanya menghela napas dalam, ia mengerti tidak mudah berada di posisi Bee saat ini.
"Ibu mengerti, sudah ayo lupakan....kita sarapan?"
Bee mengangguk, mereka sarapan bersama.
"Ibu tadi menelepon siapa?" tanya Bee sambil membereskan piring kotor.
"Sebenarnya ada yang ibu ingin bicarakan dengan kalian" ucap ibu pada ketiga anaknya.
"Ada apa bu?" tanya Mawar.
"Kita akan pindah ke kontrakan lain sayang, ibu... ibu sudah tidak bisa bekerja di pabrik lagi, karena ada sebagian gudang yang terbakar hingga menyebabkan kerugian besar dan berdampak pada pengurangan karyawan termasuk ibu"
"Jika begitu, bagaimana nasib kita selanjutnya bu?" tanya Rafly cemas.
Bee hanya terdiam, ia tidak tahu harus seperti apa sekarang.
"Tidak sayang....ibu masih punya tabungan, kita akan pindah ke kontrakan teman ibu di dekat sekolahan yang berada di daerah W, jadi ibu bisa berjualan disana kita bisa membuka kantin disekolah itu sayang, jadi kalian tidak akan terlantar ibu berjanji, dan Bee itu sangat dekat dengan kampus mu, jadi kau hanya perlu berjalan kaki saja nak tidak akan mengeluarkan ongkos lagi"
"Bu....apa sebaiknya aku menunda saja untuk melanjutkan kuliah, aku bisa bekerja bu membantu keuangan kita" jawab Bee serius.
"Tidak....kau harus tetap kuliah, percaya pada ibu kalian tidak akan terlantar...raih cita-cita mu sayang, jika kelak kau sukses ibu berharap kau akan membantu adik-adik mu"
Bee menitikkan airmata, ia menggenggam erat tangan ibunya seraya mengangguk.
"Iya bu....Aku akan kuliah dengan benar, aku juga bisa kerja paruh waktu nantinya agar meringankan biaya kuliah ku"
Mereka berpelukan.
******
Hanya berselang seminggu, Bee dan keluarganya bersiap-siap akan pindah. Memang dalam seminggu terakhir Bee sudah tidak ingin terus terlarut dalam kesedihan karena Zayn, ia berpikir untuk terus maju ke depan demi keluarganya menjadi lebih baik.
Sampai pada suatu pagi, Bee melihat ibu Zayn sedang bicara pada ibunya di halaman.
"Bu....apa itu?"
"Sayang....ini...ini...ini undangan pernikahan Zayn yang akan berlangsung dua hari lagi" jawab ibu terputus-putus karena tidak ingin Bee kembali bersedih.
"Aku sudah baik-baik saja bu, tenanglah...."
"Bibi Rebecca meminta maaf atas semua yang terjadi, dia menitipkan salam untukmu sayang" jawab ibu pelan, sambil memberikan undangan itu ke tangan Bee.
Bee hanya mengangguk saja, ibu lebih memilih berlalu dari hadapan Bee, ia tidak sanggup melihat raut terluka putrinya akan undangan itu.
Bee menatap sekilas undangan mewah tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah tanpa membacanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Arin
rsny nysek bngt sumpah,dan sy slut mamny bee..membsrkn anak 3 seorng dri
2023-07-14
1
Lihayati Khoirul
Zayn itu juga bodoh.
gak pakai ngasih undangan lah biar gak terluka
2022-08-10
0
Cut Nyak Dien
pabriknya kebakaran ini menurut q juga keberuntungan buat bee,soale bisa pindah tempt dan g akn bisa ktemu zayn tiap hari,maaf lo buk ene bee
2021-12-19
0